KHITTAH.CO, MAKASSAR- Hal yang patut disyukuri dari pelaksanaan Salat Iduladha pada Rabu, 28 Juni 2023 di Pusat Dakwah Muhammadiyah (PUSDAM) Sulsel adalah ketertiban jemaah.
Terpantau dari drone, meski membludak sampai mengambil sebagian bahu jalan depan gedung, jemaah tetap terkontrol. Kendaraan masih dapat melintas di bahu jalan yang tersisa, meski pelan.
Para jemaah juga tetap tinggal sampai khutbah selesai. Tidak ada yang meninggalkan tempat salat hingga Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Abd Rakhim Nanda mengakhiri khutbahnya.
Kepala Kantor PUSDAM Sulsel, Ahmad Akhwan Siagian mengatakan, demi ketertiban, khususnya terkait lalu lintas, pihaknya memang melibatkan pihak kepolisian.
Selain kepolisian, panitia juga melibatkan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM). Terpantau, sejak jemaah turun dari kendaraannya, KOKAM langsung memberikan pengarahan.
“Alhamdulillah, kita bersyukur karena masyarakat pengguna jalan juga berbesar hati, bertoleransi kepada kita. Alhamdulillah, setiap tahun, beginilah pelaksanaan Salat Id di tempat kita ini,” kata dia.
Sementara itu, Fikri, salah satu jemaah yang sempat diwawancarai, mengaku, dirinya memang selalu salat di halaman PUSDAM, meski bukan warga Persyarikatan.
Saat ditanyai alasan tetap tinggal mendengarkan khutbah, meski mendapat tempat di bahu jalan, dirinya mengaku, itu karena ia memahami bahwa khutbah merupakan bagian dari rukun Salat Id.
“Khutbahnya juga bagus, tidak terlalu panjang, tidak pendek juga, pas-pas. Sound-nya juga jelas, kita bisa menyimak dengan khidmat,” kata Warga Tamalanrea itu.
Diketahui, Sekretaris PWM Sulsel, Abd. Rakhim Nanda menyampaikan khutbah berjudul “Islam Berkemajuan dan Mencerahkan sebagai Wujud Pendekatan Diri Secara Totalitas kepada Allah.
Dalam khutbahnya, ia menyampaikan, sebagai praktis ibadah atau metode pendekatan diri paling tua di kehidupan dunia ini, seharusnya nilai-nilai pendekatan kepada Allah itu dilaksanakan secara totalitas.
Totalitas itu dalam Muhammadiyah diwujudkan dalam rumusan Risalah Islam Berkemajuan dan Mencerahkan. Karakteristik Islam Berkemajuan yang pertama, lanjut dia, adalah berlandaskan tauhid (mabni ala al-tauhid).
Risalah Islam Berkemajuan juga konsisten bersumber pada al-Quran dan sunah (al-ruju’ ila al-Qurani wa al-sunnah).
Dalam Risalah Islam Berkemajuan, Muhammadiyah juga terus mengembangkan wasatiah (Tanmiyat al-Wasathiyah). Ia menerangkan, wasatiah artinya menolak ekstremisme.
Ekstremisme itu, baik dalam bentuk praktik beragama yang berlebihan (ghuluw) atau sikap mengabaikan (tafrith). Wasatiah, tegas Rakhim, tidak radikal dan tidak liberal dalam beragama.
“Dalam sikap sosial, wujud wasathiyah itu adalah tegas dalam pendirian, luwas dalam wawasan, dan luwes dalam sikap. Menghargai perbedaan pandangan dan menolak pengkafiran terhadap sesama muslim,” ujar dia.
Dengan sikap konsisten di poros tengah (wasathiyah), akhirnya Muhammadiyah juga konsisten menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (tahqiq al-rahmatan li al-alamin).
Tegas dia, Islam sebagai rahmat harus menjadi pendorong untuk tercapainya perdamaian dan kerukunan. Islam juga harus ditampilkan sebagai agama yang mewujudkan keadilan dan menghilangkan kezaliman.
“Islam harus hadir sebagai kekuatan yang membawa kesejahteraan, pencerahan, dan kemajuan universal. Dan, misi kerahmatan itu bukan hanya bagi manusia, tetapi juga bagi kemaslahatan seluruh makhluk ciptaan Allah di muka bumi,” tandas Rakhim.