Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Kecerdasan Buatan Bukan Pengganti Akhlak: Refleksi Kajian Ramadhan dari Unismuh Makassar

×

Kecerdasan Buatan Bukan Pengganti Akhlak: Refleksi Kajian Ramadhan dari Unismuh Makassar

Share this article

Khittah.co, Makassar  — Di tengah gegap gempita perkembangan teknologi global, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar memanfaatkan momentum Ramadhan untuk merawat spiritualitas sekaligus menjembatani nilai Islam dengan kemajuan digital. Kegiatan bertajuk “Artificial Intelligence (AI) dalam Perspektif Kajian Literasi Islam” digelar pada Rabu, 26 Maret 2025, di Balai Sidang Muktamar ke-47 Unismuh Makassar.

Kegiatan ini tidak sekadar menjadi ajang buka puasa bersama, melainkan juga ruang reflektif untuk mengevaluasi tantangan moral dan etis di era kecerdasan buatan. Hadir dalam acara ini pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, serta tamu-tamu kehormatan dari kalangan tokoh Muhammadiyah Sulawesi Selatan.

Kajian utama dibawakan oleh Prof. Dr. Eng. Ir. Muhammad Isran Ramli, ST., MT., Dekan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas).

Hadirkan Sesepuh Unismuh

Penanggungjawab acara, Prof Andi Sukri Syamsuri, menyebut bahwa acara ini merupakan acara yang rutin dilakukan setiap tahun. Para sesepuh yang diundang meliputi para mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), mantan Rektor, Wakil Rektor dan Dekan di Unismuh pada masanya.

“Kami mengundang para mantan rektor, mantan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah untuk terus mempererat silaturahmi melalui buka puasa bersama,” tandas Prof Andis, sapaan akrab Wakil Rektor II Unismuh itu.

Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan penyaluran santunan kepada 12 panti asuhan, sebagai bagian dari semangat kepedulian sosial selama Ramadhan.

Momentum Ramadhan juga dimanfaatkan untuk memberikan penghargaan kepada seorang driver ojek online bernama Muzakkir. Ia dikenal karena kejujurannya saat menemukan dompet mahasiswa Unismuh, yang berisi uang dan sejumlah dokumen.

“Karena tidak menemukan pemilik dompet, Pak Muzakkir mengantar dompet tersebut ke Unismuh, dan diserahkan ke pos security depan kampus, padahal sudah larut malam, dan hujan deras,” jelas Prof Andis.

Rektor Unismuh Makassar, Dr. Ir. Abd. Rakhim Nanda, ST., MT., IPU., menyampaikan bahwa Unismuh telah memulai langkah strategis untuk bersaing di kancah global melalui integrasi nilai Islam, teknologi ramah lingkungan, dan visi futuristik. “Unismuh kini berada dalam era baru. Tagline kami adalah Integrated Green Islamic Futuristic. Inilah wujud komitmen kampus kami terhadap ilmu dan iman,” ujar Rektor.

Menurutnya, kehadiran Prof. Isran dalam acara ini juga berkaitan erat dengan persiapan akreditasi internasional di Fakultas Teknik, termasuk Prodi Arsitektur dan Sipil. “Beliau adalah pembimbing kami untuk naik kelas ke level internasional,” kata Rakhim.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Prof Ambo Asse, dalam amanahnya menegaskan bahwa Al-Qur’an memerintahkan umat untuk membaca dan menggali ilmu. “AI adalah buah dari pembacaan alam. Dalam Al-Qur’an, ulil albab adalah orang cerdas yang memanfaatkan pikirannya untuk menangkap tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta,” ujarnya.

Prof. Ambo mengajak civitas akademika untuk tidak alergi terhadap perkembangan ilmu, namun tetap menanamkan nilai etis dan spiritual dalam pengaplikasiannya. “Ayat-ayat Allah tidak hanya yang tertulis 6.236 di Mushaf. Di alam semesta ini ayat-ayatNya tak terhingga,” kata Guru Besar Tafsir ini.

Al Bukan Pengganti Akhlak

Dalam paparannya, Prof Muhammad Isran Ramli menyebut bahwa AI tidak akan pernah menggantikan nilai-nilai akhlak dan kejujuran manusia.

Ia mengingatkan pentingnya umat Islam untuk tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi juga penafsir moral dari setiap capaian sains modern.

“AI bisa membuat ceramah, menyusun khutbah, bahkan menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an dalam hitungan detik. Tapi ingat, ini buatan. KW. Tidak ori. Harus ada verifikasi, harus ada kebijaksanaan,” ujar Isran yang juga merupakan kader Muhammadiyah.

Isran, yang mengaku membuat materi presentasi hanya dalam waktu lima menit menggunakan fitur AI Copilot di Microsoft, tidak bermaksud meremehkan kemampuan teknologi. Justru, ia ingin membuka mata sivitas akademika tentang besarnya potensi AI — sekaligus risiko jika tak disertai kesadaran etik.

Dalam pemaparannya, Isran menyebut bahwa AI bekerja berdasarkan data masa lalu dan algoritma yang meniru cara berpikir manusia. “Jangan bayangkan AI ini sakral. Ia hanya secerdas data yang dikonsumsi. Maka umat Islam harus tetap menjadi filter,” tegasnya.

AI untuk Dakwah dan Literasi Islam

Salah satu gagasan menarik yang disampaikan Isran adalah bagaimana AI justru bisa memperkuat dakwah Islam, jika diarahkan dengan bijak. Ia mencontohkan aplikasi Ikhraf dan Analyze Al-Qur’an, yang memungkinkan pengguna menggali kandungan ayat dengan cepat dan tepat.

“Bayangkan, kita dulu belajar tafsir pakai indeks Fatur Rahman, cari ayat berjam-jam. Sekarang? Setengah detik. Tapi kemudahan ini harus dibarengi dengan kesadaran. Jangan serahkan semuanya ke mesin,” ujarnya.

Isran juga mengisahkan bagaimana ia melatih dosen dan mahasiswa menggunakan aplikasi AI berbasis Quran. “Bu Dekan Keperawatan Unhas, Prof Ariyanti, bahkan ikut kajian saya,” katanya sambil tersenyum menoleh ke Prof Ariyanti, yang juga hadir dalam buka puasa Unismuh kali ini.

Namun demikian, ia tetap memperingatkan adanya sisi gelap AI, seperti penyalahgunaan dalam perjudian daring, manipulasi e-commerce, atau konten tak senonoh yang bisa diakses anak-anak. “Ini PR kita. Umat Islam harus menjadi pagar moral,” tegasnya.

Menutup ceramahnya, Isran menegaskan bahwa keberadaan AI tidak boleh membuat umat Islam kehilangan jati diri sebagai ulil albab — kelompok manusia yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai cerdas secara spiritual dan intelektual.

“AI ini cerdas, tapi bukan ulil albab. Kitalah yang harus memandu. Gunakan teknologi, tapi jangan tinggalkan hikmah,” tuturnya dengan penuh semangat.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UNISMUH MAKASSAR

Leave a Reply