Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaTokoh

Ketika Ambo Asse Ditanyai Para Milenial soal Bagi Waktu Rektor-Ketua PWM

×

Ketika Ambo Asse Ditanyai Para Milenial soal Bagi Waktu Rektor-Ketua PWM

Share this article
Ketua PWM Sulsel, Ambo Asse dan Rektor UMS Rappang Jamaluddin Ahmad saat membawakan materi dalam Pelatihan Kontributor Media Persyarikatan, di Aula FISIP UMS Rappang, pada 20–22 Januari 2023 (sumber foto: haris)

KHITTAH.CO, Sidrap- Ada hal menarik ketika Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan Ambo Asse hadir membawakan materi dalam Pelatihan Kontributor Media Persyarikatan.

Pelatihan tersebut dihelat dua zona tersebut, yaitu Zona 1 di Universitas Muhammadiyah Sidenreng (UMS) Rappang, pada 20–22 Januari 2023 dan Zona 2 di Hotel Sultan Alauddin Makassar, pada 3–5 Februari 2023.

Kedua zona tersebut dihadiri peserta generasi milenial yang akan menjadi kontributor Khittah dan tvMu Sulsel.

Ambo Asse ditanyai terkait pembagian waktu antara Ketua PWM Sulsel dan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, rangkap jabatan Ketua PWM dan rektor, juga soal suksesi Musyawarah Wilayah (Musywil) ke 40 Muhammadiyah Sulsel.

Mendengar pertanyaan itu, Ambo Asse sempat tertawa. Hadirin lainnya pun demikian. Meski begitu, Ambo menjawab semua pertanyaan.

Soal Bagi Waktu

Ketika ditanyai tentang bagaimana membagi waktu antara Ketua PWM dan rektor, ia menjawab tidak perlu lagi dibagi. Itu karena dirinya mengurus amal usaha sekaligus Persyarikatan Muhammadiyah.

Ambo Asse mengungkapkan, kini, dirinya lebih total memikirkan dan mengurus Muhammadiyah. “Kalau pun kurang sedikit, jadinya 99,99%,” kata dia.

“Karena saya didudukkan di amal usaha Muhammadiyah. Selama saya ditunjuk jadi rektor, semua aktivitas saya, pikiran saya, semuanya terkait Muhammadiyah Sulsel,” ungkap Ambo.

Hal ini berbeda, ketika dirinya masih menjabat sebagai dekan di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Ia juga menyampaikan bahwa jika ada orang yang ingin bertemu dengan Ketua PWM sulsel, maka pergilah ke Unismuh lantai 17.

“Tidak susah untuk menemui Ketua Pimpinan Wilayah. Kalau dahulu (di UIN), nanti hari Rabu baru bisa ketemu,” kata dia.

“Tapi, apakah terus menerus jadi rektor? tentu tidak, Rektor ini adalah tugas yang diamanahkan PP Muhammadiyah, ada batas waktunya. Dan saya jadi rektor, bukan melamar, tetapi ditugaskan oleh pimpinan pusat. Sebagai kader yang baik, jika diberi amanah, harus dijalankan,” tegas Ambo.

Penetapan sebagai Rektor

Lebih lanjut, Ambo menegaskan bahwa di awal, dirinya menolak untuk menjadi rektor. Saat itu, Ketua BPH Unismuh, Syaiful Saleh menyebut namanya sebagai solusi atas permasalahan suksesi Rektor Unismuh Makassar.

“Saat itu, Pak Syaiful minta maaf ke saya. Saya kaget, minta maaf untuk apa? Nah, ternyata beliau minta maaf karena menyebut nama saya,” kisah Ambo.

“Kata Pak Saiful, kalau dia ditanya siapa yang baiknya menjadi Rektor Unismuh Makassar, maka dia akan menjawab, Prof Ambo. Saya bertanya, eh, kenapa saya? Waktu itu, saya ingat sekali, tiga kali saya katakan, eh…jangan saya, jangan saya, eh… jangan saya!” ujar Ambo Asse.

Ambo mengisahkan itu sambil memperagakan tangannya menepuk pundak Syaiful Saleh yang duduk di sampingnya.

Saat itu, rapat bersama Pimpinan Pusat Muhammadiyah tidak menghasilkan keputusan. Seusai rapat, Ambo menelpon istrinya untuk memberitahukan bahwa ia direkomendasikan untuk menjadi rektor.

“Istri saya kaget, dia bilang eh, merindingka di sini dengar itu. Jangan-ki terima! Janganki ambil itu rektor! Istri saya juga tidak mengizinkan saya jadi rektor,” ungkap dia.

Selanjutnya, dirinya dipanggil lagi bersama Syaiful Saleh dan Rektor Unismuh saat itu untuk menghadap kembali kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

“Saat itu, Pak Ketua Umum hanya bilang, siapa pun yang diputuskan oleh Pimpinan Pusat, Pak Syaiful, PWM, dan Rektor Unismuh harus amankan. Ternyata, belakangan, saya padeng yang harus diamankan,” ungkap Ambo.

Akan Mundur?

Ia mengatakan, tentang jabatan rektor, baginya bukan rangkap jabatan, tetapi Ketua PWM Sulsel yang diberi tugas tambahan oleh PP Muhammadiyah.

Ia menegaskan, hal itu bukanlah pelanggaran karena ditugaskan oleh PP Muhammadiyah, bukan kehendak pribadinya.

“Semata-mata itu adalah kebijakan Pimpinan Pusat. Sekiranya saya yang melamar jadi Rektor, PP langsung meminta saya agar mundur dari jabatan Ketua PWM Sulsel, seperti yang terjadi pada Ketua PWM yang lain,” kata dia.

“Sebagai kader sejati, Saya Sami’na wa atha’na. Apalagi, saya ini kader Muhammadiyah sejak lahir dibesarkan dan dididik oleh ibu saya tamat sekolah muhamnadiyah di Belawa ibu saya Aisyiyah dan Bapak saya Bendahara Muhammadiyah pada zamannya,” kata Ambo.

Lagipula, saat dirinya dianggap melanggar aturan karena rangkap jabatan, ternyata Pimpinan Pusat Muhammadiyah malah mengeluarkan surat perpanjangan untuk PWM Sulsel Periode 2020–2022.

“Ternyata, masih nama saya di SK itu yang tertulis Ketua PWM. Berarti Pimpinan Pusat mengizinkan dan menginginkan saya tetap memimpin,” ungkap Ambo Asse.

Suksesi Musywil

Lebih lanjut, Ambo Asse mengatakan, saat ini, dirinya seringkali ditanyaI tentang suksesi Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Sulsel.

Dirinya mengaku tidak memikirkan terkait suksesi Musywil. “Saya tidak pikir itu. Saya pikirkan sekarang adalah tugas-tugas yang masih tersisa. Musyawarah itu kita serahkan kepada pimpinan daerah dan anggota musyawarah, dan kita serahkan kepada Allah Swt,” kata dia.

“Saya bukan mencari jabatan, kalau saya dipercaya itu adalah amanah. Di kampus, saya sekarang fokus mendorong agar mahasiswa dan dosen mencapai prestasi yang baik, menunjang proses akreditasi universitas,” tegas dia.

Meski demikian, Ambo Asse mengungkapkan bahwa dirinya diminta untuk mengisi form bakal calon. Ia mengaku mengisi form itu dengan mencoret kata tidak siap.

Hal itu berarti bahwa Ambo Asse akan kembali maju sebagai bakal calon formatur pada Musywil di Enrekang.

“Karena pernah ada yang bilang, baru dimintai jadi calon sudah tidak mau, kader apa itu?Kan? Bagus juga kalau banyak calon. Itu artinya, kita banyak kader. Suksesi yang bagus itu yang banyak calonnya,” kata dia.

Tidak ada yang Terbengkalai

Ambo mengaku bersyukur karena urusan Muhammadiyah dan urusan kampus tidak ada yang terbengkalai. Ini terbukti, PWM Sulsel periode ini meraih sejumlah pengakuan dan penghargaan dari Pimpinan Pusat.

Paling tidak, majelis dan lembaga PWM Sulsel yang meraih prestasi nasional, seperti Lembaga Pembina Pesantren Muhammadiyah (LP2M), Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT), dan Majelis Pendidikan Kader (MPK).

Di periode ini, peningkatan juga dapat terlihat secara drastis terkait perguruan tinggi yang mengalami perkembangan kualitas. Tersisa satu perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang belum berubah menjadi universitas di Sulsel.

Kampus baru yaitu Institut Teknologi Sains dan Bisnis Muhammadiyah (ITSBM) Selayar berhasil berdiri menjadi PTM ke 13 di Sulsel.

Terakhir, IAIM Sinjai berhasil meningkat statusnya menjadi Universitas Islam Ahmad Dahlan (UIAD) Sinjai.

Tidak ada yang bisa menampik peran PWM Sulsel dalam pendampingan dan pembinaan AUM, termasuk pengembangan pesantren.

Untuk pesantren Muhammadiyah, dari 12 lembaga di awal periode, kini menjadi 31. Pembinaan kepada pesantren pun mendapat pengakuan PP Muhammadiyah.

Pembinaan kader juga semakin mendapat perhatian oleh Unismuh Makassar yang dipimpin Ambo Asse. Di periode ini, beasiswa penuh 100%, disediakan bagi kader unggul di semua program studi.

Unismuh Makassar dan PWM Sulsel juga memberikan bantuan pendidikan bagi kader yang menempuh S2 dan S3.

Beberapa program Unismuh Makassar, misalnya program Pendidikan Ustaz Pesantren Mahasiswa (PUPM) yang diluncurkan tgl 10 Agustus 2022 yang lalu dan Program pengabdian Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) juga mengantisipasi krisis mubalig dan pembina Muhammadiyah di daerah.

Demikian pula program pengabdian masyarakat dosen, magang, dan KKN mahasiswa. Program tersebut diakui memberikan dampak bagi pembinaan amal usaha dan cabang-ranting Muhammadiyah.

Di Unsimuh, sejumlah prestasi juga tidak luput diraihnya. Salah satunya, PTS terbaik di Wilayah L2DIKTI IX, tahun 2021 dan 2022 menurut UniRank. Demikian pula prestasi lainnya dari Kementerian Dikbudristekdikti.

Beberapa program studi juga berhasil meraih akreditasi “Unggul”.dan Baik Sekali. Demikian pula prestasi yang diraih oleh dosen dan mahasiswa. Perbaikan sistem juga mulai terasa dampaknya di kampus tersebut.

Fokus Unggul Berkemajuan

Ambo mengungkapkan, kini, dirinya fokus memikirkan hal yang harus dilakukan Persyarikatan untuk meneguhkan Islam Berkemajuan di Sulawesi Selatan.

Ia juga sedang berupaya keras untuk mewujudkan targetnya sejak awal duduk di kursi rektor, yaitu Unismuh harus meraih akreditasi “Unggul” secara institusi.

“Sekarang, semua elemen di kampus mengarah ke sana orientasinya. Insya Allah, Juli nanti baru kita diakreditasi. Semoga akreditasi ‘Unggul’ ini dapat kita capai. Itu yang targetkan, juga pembangunan Gedung FKIK 12 lantai di waktu saya yang tinggal lebih satu tahun tersisa sebagai rektor,” tutup dia. 




Reporter: Agus (Parepare) dan Roki (Makassar)

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UIAD

Leave a Reply