KHITTAH.CO, WATAMPONE — Di hadapan lebih dari 400 peserta yang terdiri dari mahsiswa dan dosen, Ketua Komisi VIII DPR RI Dr. Ali Taher Parasong, SH.,M.Hum. membawakan kuliah dengan tema “Transformasi Pendidikan Tinggi Islam Yang Berkarakter dan Berkualitas”, Selasa, 27 Februari 2018, di Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Watanpone.
Selain membahas tentang sejarah peradaban Islam. Dalam diskusi tersebut, Ketua STAIN Watampone, Prof. Dr. A. Nuzul, menjelaskan pula bahwa perguruan tinggi Islam, sebagai salah satu institusi penyelenggara pendidikan di Indonesia tidak luput dari berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan yang dimaksud berupa timbulnya aspirasi dan idealitas masyarakat yang multi kepentingan dan multi-kompleks, terutama dalam menghadapi dan memenuhi kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Dengan demikian perguruan tinggi Islam tidak lagi menghadapi kehidupan yang simplisistis, melainkan amat kompleks,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Ali Taher Parasong menyampaikan harapannya. Ia berharap STAIN Watampone segera dapat menjadi univesitas
“Bone ini tempat peradaban, sepantasnya hadir Universitas di tempat ini ke depan saya berharap STAIN sudah ditingkatkan menjadi IAIN sampai jadi universitas,” tukasnya.
Lanjutnya, dunia pendidikan tinggi di Indonesia, termasuk perguruan tinggi Islam saat ini, sedang menghadapi tiga skala tuntutan. Pertama, skala global di antaranya berupa tuntutan kualitas, relevansi dan internasionalisasi pendidikan tinggi.
Kedua, dalam skala nasional, di mana masyarakat saat ini telah mengalami perubahan dalam memandang pendidikan.
“Jika dulunya pendidikan hanya dianggap sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar akademik manusia maka saat ini pendidikan dipandang sebagai investasi,” tuturnya.
Selain itu, fakta bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia yang dipandang kurang dibanding bangsa-bangsa lain menghadirkan tuntutan peningkatan kualitas pendidikan tinggi termasuk perguruan tinggi Islam menjadi hal yang sangat wajar dan rasional.
Sementara lanjutnya, yang ketiga, tuntutan dalam ruang lingkup perguruan tinggi itu sendiri. Secara internal, perguruan tinggi dituntut senantiasa menata diri baik dengan menyatukan langkah seluruh anggota civitas akademikanya dalam mengantisipasi perubahan dan tantangan kedepan.
“Dalam konteks perguruan tinggi Islam, penting untuk melakukan refleksi dalam rangka reorientasi perguruan tinggi Islam sebagai landasan filosofis bagi upaya gerakan dan penyatuan langka bagi seluruh anggota civitas akademika,” jelasnya.
Di samping itu, penataan secara internal yang menyangkut aspek managemen, administrasi organisasi, pengembangan akademik adalah hal penting lainnya yang harus segera dilakukan.
Setelah membawakan kuliah tamu, Ali Taher bersama civitas akademika meninjau pembangunan kampus 2 STAIN Watampone. Di sela-sela kunjungannya, ia menyempatkan diri berfoto di hadapan tugu tokoh Arung Palakka.(*)