KHITTAH.CO, Makassar — Suasana haru menyelimuti acara Pelantikan, Penyumpahan, dan Ramah Tamah Alumni Program Studi D3 Elektromedis Politeknik Muhammadiyah (PoltekMu) Makassar yang dihelat pada Kamis, 6 November 2025.
Kali ini, haru tidak hanya karena pencapaian akademik para alumni, tetapi karena duka kehilangan atas wafatnya Abdul Mursin Adam, Mahasiswa D3 TEM angkatan 26 yang seharusnya menjadi peserta ramah tamah alumni.
Momen berkabung itu semakin berkesan ketika Ketua Prodi D3 TEM PoltekMu, Suwarmiyati mempersembahkan sebuah puisi berjudul “Sebelum Toga Itu Terpasang” khusus untuk almarhum Mursin. Sontak, seluruh hadirin yang memenuhi Krakatau Ballroom Hotel Horison Ultima menjadi terlarut dalam suasana haru.
Dalam puisinya, Suwarmiyati menyampaikan duka citanya atas kepergian anak didiknya. “Langit kampus hari ini tampak lebih sunyi,
seakan menundukkan kepala, kehilangan satu cahaya.
Langkah yang dulu penuh semangat kini berhenti di tengah jalan,
namun jejaknya tertinggal di hati kami —
jejak perjuangan, tawa, dan cita-cita yang tak pernah padam,” kata Suwarmiyati dalam puisi.
Ia juga mengapresiasi ketabahan dan kegigihan almarhum sehingga ia berhasil menyelesaikan semua proses akademik. “Engkau berjuang hingga akhir,
menulis kisah dengan tinta ketulusan dan kerja keras.
Meski toga belum sempat disematkan di pundakmu,
kami tahu — engkau telah lulus,
bukan hanya dari ujian ilmu,
tetapi juga dari ujian kehidupan yang sesungguhnya,” lanjut Suwarmiyati dalam puisi.
Almarhum Mursin wafat pada 9 Oktober 2025 setelah berjuang melawan sakit DBD, diabetes dan infeksi paru yang diderita. Selama kuliah dan berjibaku sehingga berhasil lulus dalam ujian tutup pada 17 Juli 2025, ia sudah membawa sakitnya itu.
Mursin berhasil lulus dengan tugas akhir berjudul Rancang Bangun Alat Ukur PH dan Kejerniha Air Berbasis RP2040. Demikian pula dengan Uji Kompetensi yang dihelat oleh organisasi profesi, almarhum juga dinyatakan kompeten.
Suwarmiyati menciptakan dan membacakan
dua puisi untuk Mursin, terakhir berjudul “Wisuda di Langit Keabadian”. Puisi terakhir itu membuat rekan-rekan almarhum Mursin berangkulan. “Selamat jalan, putra terbaik bangsa.
Hari ini, kami memakaikan toga itu dengan doa,
kami sematkan kelulusan itu dengan air mata dan kebanggaan.
Engkau telah diwisuda, bukan di aula kampus,
tetapi di ruang cahaya abadi —
di hadapan Tuhan yang Maha Penyayang.”
Penampilan puisi Ketua Prodi disambut dengan tepuk tangan meriah dan tangis haru dari para hadirin. Banyak di antara calon wisudawan, dosen, dan hadirin yang terlihat meneteskan air mata, tersentuh oleh ketulusan pesan yang disampaikan.
Salah satu hadirin yang terlihat terisak adalah Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerja Sama PoltekMu, Syahrina Tjonda. Selama momen pembacaan puisi dan mengenang Mursin, Syahrina terus tertunduk, sesekali menyeka air matanya. Bagaimana tidak, Ia masih teringat ketika dirinya mendampingi almarhum Mursin dalam PKL di RS Mata Undaan Surabaya.
“Kami banyak berkoordinasi untuk kepulangan dia dan teman-temannya ke Makassar. Aduh, anaknya santun sekali, tidak banyak bicara, tapi detail kalau mengurus, bagaimana dengan ini, Bu, itu Bu. Dia juga bilang pokoknya setelah ini, harus gas kerja alat, ujian tutup. Saya tidak mau lama-lama, Bu,” kenang Rina sambil terisak.
Acara pelantikan dan penyumpahan tersebut dihadiri oleh jajaran pimpinan PoltekMu, dosen, tenaga kependidikan, serta orang tua calon wisudawan. Momen penuh makna ini menjadi simbol perpisahan yang manis antara kampus dan para lulusan yang siap mengabdikan diri di dunia kerja dan masyarakat.





















