KHITTAH.CO, Bulukumba- Musyawarah Daerah (Musyda) ke 13 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Bulukumba digelar di Batang, Bontotiro, pada Sabtu–Ahad, 29–30 April 2023.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bulukumba menjadi salah satu PDM pertama yang menggelar Musyda bersama PDM Enrekang dan PDM Bantaeng.
Musyda tersebut dihadiri oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Ambo Asse.
Dalam sambutannya, Ketua PWM Sulsel menekankan, bahwa untuk kesuksesan gerakan dakwah Muhammadiyah di Bumi Panrita Lopi, sinergitas semua elemen harus digalakkan.
“Tidak boleh kita terpecah belah, tidak boleh tercerai-berai. Harus bersatu! Allah mencintai orang-orang yang selalu merapat barisannya yang melakukan perjuangan memajukan umat, bangsa, dan daerahnya,” tegas dia.
Ambo Asse menekankan, pengurus Muhammadiyah tidak boleh berkonflik. “Bahkan, Allah melarang kita untuk menyerupai berkonflik. Baru menyerupai saja sudah tidak boleh, apalagi kalau benar-benar berkonflik,” kata Ambo.
Ketua PWM Sulsel berharap, gerakan Muhammadiyah di Bulukumba terus menggoreskan tinta emas. Terlebih, untuk meneguhkan pelaksanaan Risalah Islam Berkemajuan, produk Muktamar ke 48.
“Saya berharap, ini menjadi salah satu prioritas yang diprogramkan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bulukumba dalam musyawarah daerah,” ujar Ambo.
Ia mengingatkan, terdapat lima poin intisari dari Risalah Islam Berkemajuan. Gerakan Muhammadiyah harus berpegang teguh pada tauhid.
“Jangan heran kalau Muhammadiyah sangat tegas kalau terkait syirkubillah. Tegas kepada orang-orang yang minta-minta ke kuburan padahal setiap salat baca iyyakana’budu wa iyya kanasta’in,” kata dia.
Kedua, Muhammadiyah menegaskan ajarannya bersumber pada Quran dan As-Sunah. Ketiga, Muhammadiyah masih membuka pintu ijtihad.
“Dalam Quran masih bisa di-ijtihadkan, kecuali soal akidah dan ibadah yang sudah jelas. Kalau hanya soal cara atau metode, seperti terkait hisab dan rukyat, kita masih bisa diskusi, supaya ada titik pertemuan,” kata dia.
“Jadi terbuka untuk didiskusikan, tidak boleh orang main ancam-ancam. Kalau terjadi perbedaan, mari didiskusikan, jangan diancam-ancam,” ujar Ambo sambil tersenyum.
Keempat, Muhammadiyah tegas dengan prinsip beragama wasathiyah. Ia menegaskan, Muhammadiyah tidak ekstrem kanan, tidak pula ekstrem kiri.
Terakhir, arah Risalah Islam Berkemajuan adalah rahmatan lil ‘alamin. “Bagaimana membangun kedamaian dalam masyarakat, persatuan, ukhuwah. Itulah inti dari ayat jangan menyerupai orang yang berpecah-belah, orang yang berkonflik,” tutup dia.