Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
AUM PendidikanBerita

Kiai Mawardi Tekankan Quran dan Sunah, Kiat Memajukan Gombara

×

Kiai Mawardi Tekankan Quran dan Sunah, Kiat Memajukan Gombara

Share this article

KHITTAH.co, Makassar- Saat memberikan arahan dalam Rapat Kerja Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara (Pontren Gombara), Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, K.H. Mawardi Pewangi mengingatkan ayat-ayat yang harus selalu diingat dan dijalankan oleh pesantren.

“Ayat-ayat inilah yang kita sebut sebagai ayat pesantren kita. Jadi kalau kita tidak melaksanakan ayat ini, kita belum bisa dikatakan pesantren!” ungkap Kiai Mawardi, Jumat, 10 Juni 2022 di Pusdam Sulsel.

Terkait kepemimpinan, di Muhammadiyah berlandaskan pada Surah AL-Hasyr ayat 18. “Surat ini kita sebut ayat kepemimpinannya Muhammadiyah. Bahwa yang kita lakukan ini harus memerhatikan, mempersiapkan masa yang akan datang,” kata Dia.

Kiai Mawardi mengungkapkan, untuk pembinaan, merujuk pada Q.S At-Taubah ayat 128. Kata Dia, tiga hal yang disebutkan dalam surah ini merupakan sikap-sikap yang harus dimiliki oleh guru atau pembina, yaitu peka, tanggung jawab, dan kasih sayang.

“Guru harus punya kepedulian, sangat sensitif melihat perkembangan, perubahan yang terjadi. Setelah melihat, mengetahui masalahnya apa, lahirlah tanggung jawab. Untuk melaksanakan tanggung jawab ini dilakukan dengan kasih sayang,” ungkap Kiai Mawardi.

Selanjutnya, Quran Surah An-Nisa ayat 9. Ayat ini mewanti-wanti para guru atau pembina selalu berupaya untuk memastikan penguatan generasi pelanjut.

“Kita semua bertanggung jawab. Kita harus takut, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah. Lemah agamanya, lemah pengetahuan, lemah akhlaknya.

Kalau tanggung jawab ini tidak dijalankan dengan baik, kata Kiai Mawardi, Q.S Maryam ayat 59 sudah memperingatkan. “Kita akan meninggalkan generasi yang meninggalkan salatnya dan lebih mengutamakan hawa nafsunya. Na’udzubillah,” kata Mawardi.

Wakil Rektor IV Unismuh Makassar ini menekankan, jangan sampai karena kelalaian ini, akhirnya kita ditimpa hal sebagaimana yang telah diungkapkan Q.S. Al-Ahzab ayat 68.

“Kita akan dikutuk oleh generasi muda, anak-anak kita. Mereka akan mengutuk kita. Ya Allah, siksalah mereka. Laknatlah dengan laknat yang besar, karena merekalah kami begini. Kita kurang membina, kurang mendidik,” tegas Mawardi.

Kiai Mawardi meyakini bahwa ayat-ayat tersebuitlah yang harus menjadi pegangan para pengelola dan pembina pesantren.

Koordinator Majelis Dikdasmen, Lembaga Pembinaan Pondok Pesantren Muhammadiyah (LP2M), dan Majelis Pendidikan Kader (MPK) PWM Sulsel ini juga mengkiyaskan prinsip dasar Rasulullah dalam membangun kota Yatsrib menjadi Madinah yang maju dan modern.

Menurut Kiai Mawardi, metode Rasulullah tersebut dapat dikopi untuk diterapkan dalam membina dan memajukan Pontren Gombara.

Pertama, prinsip ukhuwah atau persaudaraan. Ia mengajak seluruh civitas akademik di Gombara untuk menjaga ukhuwah jam’iyah.

“Kita menguatkan persaudaraan kita di Gombara antara, pimpinan, guru, pembina, santri. Karena pondok pesantren itu ‘kan sebenarnya suatu rumah tangga,” kata Kiai Mawardi

Kedua, prinsip tasamuh. Kata Mawardi, ukhuwah bisa dimiliki jika ada rasa toleran (tasamuh), saling memahami, dan saling mengormati.

“Orang yang tasamuh itu orang yang cerdas. Karena orang yang cerdas itu pasti lapang dada, luas pandangan, dan bijaksana menyikapi perbedaan. Kita harus toleransi terkait gaya masing-masing. Jika ini kita kedepankan, insya Allah kita tidak akan mudah berburuk sangka,” kata Kiai Mawardi.

Dengan toleransi, kata Kiai Mawardi mengatakan, kita akan memahami gaya tau karakter sendiri dan karakter orang lain.

“Kita tidak bisa dipaksa untuk jadi orang lain. Masa di Gombara sudah puluhan tahun bersama-sama masa tidak bisa saling memahami kepribadian masing-masing? Kan tidak mungkin,” ungkap dia.

Ketiga, prinsip ta’awun, prinsip gotong royong, tolong-menolong, prinsip kerja sama. “Saling melengkapi. Prinsip kekurangan, kita dilengkapi oleh yang lain. Kalau kita laksanakan ini, aman kita.”

Keempat, prinsip musyawarah. “Kalau ada apa-apa, mari kita bicarakan bersama, dan kalau ada yang sudah menjadi kesepakatan, mari kita laksanakan. Jangan lagi mengatakan tidak setuju. Jangan lagi gengsi. Laksanakan dulu, kalau ada masalah nanti dievaluasi,” kata Kiai Mawardi.

Kelima, al-adala, prinsip keadilan. “Ini kan setiap Salat Jumat kita selalu diingatkan. Khutbah pertama isinya anjuran bertakwa, khutbah kedua, keadilan.

Keenam, prinsip al-afuw, saling memaafkan dan mendoakan. “Jika ada yang salah maafkan, terus doakan, maafkan, doakan.”

Terakhir, amar ma’ruf nahi munkar. Prinsip yang harus ditekankan di sini, kata Kiai Mawardi adalah saling mengingatkan untuk mencegah keburukan terjadi.

“Tapi yang prinsip menurut saya terkait ini, keteladanan itu lebih utama daripada seribu nasihat. Marilah guru-guru kita menjadi teladan yang baik di Gombara,” imbuh Kiai Mawardi.

Ia menambahkan, dirinya yakin, jika hal-hal tersebut diamalkan dalam pengelolaan Pontren Gombara, kesuksesan, rahmat, dan keberkahan Allah akan turun kepada pontren ini.

“Saya tekankan sekali lagi, itu tadi, jangan sampai kita nanti dikutuk oleh anak-anak kita di Gombara,” tutup Kiai Mawardi

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply