Oleh: Diyah Pusputarini
(Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah)
KHITTAH.CO – Pelepasan jenazah Pak Yunahar Ilyas oleh Pak Haedar Nashir di Masjid Gedhe Kauman selepas salat Jumat menyiratkan pesan yg sangat dalam bagi saya. Pak Yun dan Pak Haedar bersahabat cukup lama.
Pak Haedar menyampaikan jika dulu selagi masih muda Pak Yun sering menemani dan membawakan tas Pak AR dan Pak Muchlas Abror ketika berdakwah. Di Muhammadiyah, kami mengenal dengan sebutan kader inthilan (pengikut) yang artinya suka menginthil (mengikuti) dimana tokoh berdakwah. Bahkan terkadang kader inthilan ini lebih dekat melebihi saudara.
Pak Haedar juga menyampaikan, bersama dengan Pak Yun sejak di BPK (Badan Pendidikan Kader) PP Muhammadiyah hingga melabuhkan mereka bersama di struktur PP Muhammadiyah beberapa periode. Kebersamaan yang tercipta tidak hanya sesaat, namun banyak pergumulan perbedaan sudut pandang atau kebersamaan yg menjadikan ikatan persahabatan semakin kokoh.
Ketika Pak Haedar dikukuhkan menjadi Profesor, beliau sempat meneteskan air mata ketika akan mengucapkan terimakasih kepada Pak Yun. Sungguhlah tetesan air mata yang terdalam di atas kerinduan dan pengharapan dari seorang sahabat.
Kemarin pagi pun ketika Pak Haedar takziyah almarhum di Kantor PP Muh Cik Di Tiro, beliau terlihat sangat bersedih hati.
Dan di saat pelepasan jenazah, seorang sahabat karib akan selalu menyampaikan kesaksiannya kepada sahabatnya yg berpulang atas apa yang dilakukannya dalam berdakwah selama bersama.
Ya, kita nanti pun juga pasti akan bersaksi atas sahabat seperjuangan berdakwah, berorganisasi yg lebih dulu mendahului kita berpulang.
Pak Yun, Pak Haedar adalah contoh persahabatan yang berfaedah, seperti yang sudah dicontohkan persahabatan para sahabat Nabi hingga persahabatan murid-murid Kiai Dahlan di masanya.
Persahabatan yang memajukan umat dan bangsa.