Khittah.co, Pangkep — Tim dosen Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar bersama Universitas Muhammadiyah Parepare memfasilitasi pengadaan tempat sampah pilah di dua destinasi unggulan Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, yakni wisata mancing dan wisata mangrove.
Program ini merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) tahun ketiga, yang didanai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tujuannya, mendorong kesadaran masyarakat dan pengunjung untuk menjaga kebersihan serta kelestarian kawasan wisata.
Kepala Desa Bulu Cindea, Made Ali HB, SE, menyebut keberadaan fasilitas tersebut sebagai langkah awal mengubah perilaku masyarakat.
“Wisata mangrove dan wisata mancing adalah aset desa. Dengan tempat sampah pilah, kami berharap pengunjung lebih sadar membuang sampah sesuai jenisnya, demi kebersihan dan kelestarian alam,” ujarnya.
Edukasi dan Pendampingan
Penyerahan fasilitas dilakukan Koordinator Kegiatan, Dr. Ir. Rahmi, S.Pi., M.Si., IPU, didampingi tim dosen Unismuh Makassar — Asriyanti Syarif, Juliani Ibrahim, Farhanah Wahyu, Insana Salam — serta Fitri Indah Yani dari Unismuh Parepare.
Selain menyerahkan sarana fisik, mereka memberi pelatihan singkat tentang pemilahan sampah organik, anorganik, dan residu kepada pengelola wisata, pelaku usaha, dan kelompok pemuda.
“Pemilahan di sumbernya adalah kunci pengelolaan sampah yang efektif. Kami ingin program ini berjalan berkelanjutan, bukan berhenti di pengadaan sarana,” kata Dr. Rahmi.
Manfaat Ganda
Kedua destinasi wisata ini menjadi sumber ekonomi warga melalui sektor pariwisata dan kuliner. Namun, lonjakan kunjungan kerap diikuti persoalan sampah. Fasilitas pilah memungkinkan bank sampah desa mengelola sampah anorganik bernilai jual, sementara sampah organik diolah menjadi kompos untuk mendukung pertanian.
Seorang pengelola wisata mancing mengaku terbantu. “Dulu semua sampah tercampur. Sekarang, kami bisa mengelolanya dengan benar, wisata jadi bersih, pengunjung nyaman,” katanya.
Menuju Desa Wisata Ramah Lingkungan
Program ini juga mempersiapkan pengembangan unit usaha daur ulang oleh BUMDes Amanah Mandiri. Made Ali berharap model pengelolaan sampah ini menjadi contoh desa wisata berkelanjutan.
“Jika kebersihan terjaga, wisatawan betah, pendapatan warga meningkat, dan lingkungan tetap lestari,” ujarnya.
Dr. Rahmi menegaskan, keberhasilan program bergantung pada keterlibatan aktif warga dan pengunjung. “Lingkungan bersih membawa manfaat bagi pariwisata, kesehatan, dan kualitas hidup masyarakat. Kami optimistis Bulu Cindea akan menjadi ikon desa wisata berwawasan lingkungan di Sulawesi Selatan,” katanya.