Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Lele Bulu Tellele Abiasang

×

Lele Bulu Tellele Abiasang

Share this article

Oleh: Irwan Akib (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)

KHITTAH. CO – Sebuah kisah yang pernah viral di media sosial terkait seorang lulusan dari perguruan tinggi ternama yang lulus cum laude tetapi ketika melamar pekerjaan tidak satupun perusahaan yang berkenan menerimanya. Kisahnya kurang lebih seperti berikut.

Seorang gadis usai kelulusannya di sekolah menengah melanjutkan studinya di Prancis. Pertama kali tiba di negara tersebut, dia memperhatikan sistem tiket tranportasi umum yang semuanya dikeluarkan oleh mesin. Dia juga tidak melihat ada petugas pemeriksa tiket yang bertugas sebagaimana transportasi umum pada umumnya. Hal itu mendorongnya untuk tidak membeli tiket.Saya seorang mahasiswa dan jika saya bisa menghemat uang dengan tidak membeli tiket, mengapa tidak?,” pikirnya.

Namun, inilah akibat dari hal yang menurunya sepele dan wajar itu. Dia ditolak saat melamar pekerjaan sebagai lulusan universitas prestisius di berbagai perusahaan. Merasa ada yang janggal, suatu hari gadis itu meminta jawaban alasan ditolak kepada manajer perusahan.

Dia menyangka ada alasan diskriminasi di balik itu semua. Namun, jawaban yang diberikan sungguh tak terduga.Nona, kami tidak membeda-bedakanmu. Sebaliknya, kami sangat menghargai ketertarikan Anda untuk bekerja dengan kami, kami juga terkesan dengan latar belakang pendidikan dan prestasi akademis Anda,” jawab manajer.” Kalau begitu, mengapa Anda menolak saya?” gadis itu bertanya.”Karena dari pemeriksaan latar belakang yang kami lakukan terhadap Anda, kami mengetahui bahwa Anda tiga kali tidak membeli tiket saat menggunakan transportasi umum,” jelasnya.

Memang kedengaran sepele, namun perilaku tersebut mencerminkan beberapa sikap yang kurang baik.Yakni tidak patuh terhadap peraturan, dengan sengaja menemukan celah untuk melanggar peraturan, dan tidak dapat dipercaya. Manajer kemudian mengatakan: “Moralitas dapat melengkapi kebodohan, tapi kecerdasan tidak akan pernah membenarkan buruknya etika seseorang.”

Cerita tersebut memberi palajaran berharga membekali siswa di sekolah dengan kemampuan intelektual yang tinggi tidaklah cukup untuk bekal memasuki dunia baru. Boleh jadi otak mereka penuh dengan ilmu sarat dengan pengetahuan, bahkan prestasi akademiknya cemerlang tetapi jiwanya tidak bersih sehingga dengan mudah melakukan pelanggaran untuk kepetingan pribadinya.

Kebiasaan kecil yang dilakukan tidak menutup kemungkinan akan terus berulang dan menjadi bagian dari hidupnya, terbiasa dengan pelanggaran kecil dan merasa tanpa pengwasan, pada akhirnya suatu waktu bisa melakukan pelanggran yang lebih besar demi kepentingan pribadinya. Pepatah mengakatan ”ala biasa karena biasa”, yang dalam pesan orang bugis dikatakan ”Lele bulu tellele abiasang, Abiasang. Lele mua abiasangnge, abisang topa palelei”. (bulu = rambut yang ada di badan, kalau ditulu bulu’ = gunung), kalau bulu’ dimaknai gunung maka artinya ”gunung boleh bergeser tetapi kebiasaan tidak bisa berubah”.

Hanya kebiasan yang dapat mengubah kebiasaan. Tetapi kalau bulu = rambut, maka dapat dimaknai  semua yang melekat di badan bisa berubah, rambut bisa berubah jadi putih, fisik bisa melemah karena usia tetapi kebiasaan tidak bisa berubah. Hanya kebiasaan yang dapat mengubah kebiasaan.

Sekolah tidak cukup menghadirkan pengajaran, tetapi perlu menghadirkan pendidikan. Salah satu pendidikan yang sangat penting bagi anak-anak generasi masa depan adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter ini tidak cukup diceramahkan, dan diskusikan tetapi perlu pembiasaan.

Perilaku yang baik perlu dibiasakan sejak dini sehingga menjadi bagian dari kehidupan setiap anak, sedang kebiasaan yang buruk, tercela perlu segera diubah sejak dini, cara mengubahnya melakukan pembiasaan juga. Sebagai contoh kecil, di sekolah yang kami rintis, anak-anak tidak diperkenankan membawa sendiri kendaraan bermotor. Kenapa? karena siswa SMP belum cukup umur untuk mendapatkan SIM, jelas ini pelanggaraan.

Kalau kebiasaan melanggar yang dianggap kecil itu dibiasakan tidak menutup kemungkinan akan melakukan pelanggaran hukum yang lebih besar dan berulang-ulang sehingga bagi mereka melanggar dianggap hal yang biasa.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mukti, M.Ed, telah meluncurkan ”Gerakan 7 (tujuh) kebiasaan anak Indonesia hebat”. Dikutip dari laman Pusat Penguatan Karakter Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa program tujuh kebiasaan utama yang diyakini mampu menciptakan generasi penerus yang tangguh secara mental, emosional, dan sosial. Berikut elaborasi dari masing-masing kebiasaan:

Pertama, Bangun Pagi. Bangun pagi merupakan kebiasaan bangun di pagi hari yang apabila dilakukan setiap hari akan memberikan manfaat di antaranya melatih kedisiplinan, meningkatkan kemampuan mengelola waktu, meningkatkan kemampuan mengendalikan diri, meningkatkan keseimbangan jiwa dan raga yang dapat berkontribusi pada kesuksesanseseorang.

Kedua, Beribadah. Kebiasaan beribadah merupakan fondasi penting dalam pembentukan karakter positif pada anak yang bermanfaat untuk mendekatkan hubungan individu dengan Tuhan, meningkatkan nilai-nilai etika, moral, spiritual, dan sosial, serta meningkatkan pemahaman tujuan hidup dan arah yang bermakna, meningkatkan kebersamaan dan solidaritas, serta peningkatan diris ecaraber kelanjutan.

Ketiga, Berolahraga. Kebiasaan berolahraga merupakan bagian penting dari gaya hidup sehat yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik dan mendukung kesehatan mental, menjaga kebugaran tubuh, meningkatkan potensi diri, dan meningkatkan nilai sportivitas.

Keempat, Makan Sehat dan Bergizi. Kebiasaan makan sehat dan bergizi berkaitan dengan prinsip dan nilai tentang pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh untuk mendukung kehidupan yang sehat, seimbang, dan bermakna. Kebiasaan ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik sebagai investasi jangkap anjang, memaksimalkan potensi tubuh dan pikiran, menjaga tubuh tetap sehat sebagai tanggung jawab individu, serta meningkatkan kemandirian.

Kelima, Gemar Belajar. Kebiasaan gemar belajar adalah kebiasaan yang sangat penting dalam perkembangan pribadi dan akademis. Kebiasaan ini bermanfaat untuk mengembangkan diri, menumbuhkan kreativitas dan imajinasi, menemukan kebenaran dan pengetahuan, serta membentuk kerendahan hati dan rasa empati.

Keenam, Bermasyarakat. Kebiasaan bermasyarakat adalah perilaku terlibat dalam kegiatan sosial, budaya, atau lingkungan di komunitas tempat tinggal seseorang. Kebiasaan ini bermanfaat untuk menumbuhkembangkan nilai gotong royong, kerja sama, saling menghormati, toleransi, keadilan, dan kesetaraan, serta meningkatkan tanggung jawab terhadap lingkungan, dan rasa sekaligus menciptakan kegembiraan.

Ketujuh, Tidur Cepat. Tidur cepat merupakan kebiasaan tidur tepat waktu di malam hari pada waktunya sesuai usia anak agar dapat bangun pagi. Kebiasaan tidur cepat ini dipengaruhi waktu ideal yang dibutuhkan anak.

Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dirancang untuk diterapkan di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA. Melalui pendekatan berbasis kelas, budaya sekolah, dan kegiatan masyarakat, program ini diintegrasikan dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Guru dan orang tua berperan sebagai teladan sekaligus fasilitator, memastikan nilai-nilai ini tertanam secara konsisten dalam kehidupan anak-anak. Dengan membiasakan tujuh kebiasaan ini sejak dini, diharapkan anak-anak Indonesia tumbuh menjadi individu yang sehat, berkarakter, dan berdaya saing global. Kebiasaan yang terbentuk tidak hanya memberikan manfaat bagi diri mereka sendiri, tetapi juga untuk kemajuan bangsa secara keseluruhan.

Hadirnya program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini, diharapkan dapat menjadikan anak-anak peserta didik menjadi generasi yang cerdas secara intelektual, memikili iman yang kuat.  Berkarakter positif yang dalam bahasa agama berkahlakul karimah, fisik yang kuat dan terampil dalam berkarya. Sehingga, dengan demikian mereka hadir menjadi generasi emas yang akan membawa negara bangsa sebagai bangsa yang bermartabat, bangsa yang merdeka menentukan nasibnya sendiri, berdiri tegak di tengah bangsa-bangsa lain. Selain itu, mereka mampu membawa negara ini menjadi negara yang makmur berkadilan,  negara yang sejalan dengan cita-cita para peletak dasar negeri ini, sejalan dengan cita-cita kemerdekaan dan pada gilirannya di tahun 2025 menjadi Indonesia emas.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply

Opini

Oleh: Irwan Akib (Dosen Pendidikan Matematika Unismuh Makassar)…