KHITTAH.CO, Makassar- Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengeluarkan maklumat NO. 01/MLM/I.1/E/2022.
Maklumat tersebut berisi tentang Salat Gerhana Bulan pada 13 Rabiulakhir 1444 H bertepatan dengan 8 November 2022.
Dalam maklumat tersebut dikabarkan, Gerhana Bulan Total akan terjadi pada pukul 17:17 WIB/18:17 WITA/19:17 WIT, dan berakhir pada pukul 19:49 WIB/20:49 WITA/ 21:49 WIT.
Sehubungan dengan hal tersebut, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengimbau kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah untuk melaksanakan salat gerhana bulan (salat khusuf), serta melakukan pengamatan gerhana bulan.
Lokasi Salat Gerhana
Hingga tulisan ini disusun, Tim Khittah baru mendapatkan laporan terkait lokasi Salat Gerhana di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Adapun lokasi tersebut, yakni sebagai berikut:
Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara
Imam : Abbas Baco Miro
Khatib: Abbas Baco Miro
Ta’mirul Masajid Jalan Banda Kota Makassar
Imam: Rustan Hasbullah
Khatib: Herfin Yuftah
SMA Muhammadiyah 6 Makassar Jalan Muhammadiyah
Imam: Eka Mahendra
Khatib: Saiful Kaharuddin
Masjid Subulussalam Al-Khoory Kampus Unismuh Makassar
Imam : Ahmad Nashir
Khatib: Ahmad Nashir
Masjid Rahamtul Ummah Muhammadiyah Pandang-Pandang Gowa
Imam : Mukhtasim Billah
Khatib : Mukhtasim Billah
Dasar Tuntunan Salat Gerhana
Islam mengajarkan bahwa Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan adalah peristiwa astronomi yang merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, tidak berkaitan dengan nasib buruk seseorang atau suatu negara.
Sejumlah peristiwa Gerhana Matahari telah terjadi di Indonesia, baik Gerhana Matahari Total, Gerhana Matahari Sebagian, Gerhana Matahari Cincin, Gerhana Bulan Total, maupun Gerhana Bulan Sebagian.
Peristiwa gerhana tersebut harus disikapi secara ilmiah dan dituntunkan untuk berzikir melalui salat gerhana.
Hadis-hadis berikut ini merupakan dasar tuntutan pelaksanaan Salat Gerhana
Dari ‘Aisyah (diriwayatkan) ia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari lalu Rasulullah saw memerintahkan seseorang menyerukan aṣ-ṡalātu jāmi‘ah. Kemudian orang-orang berkumpul, lalu Rasulullah saw salat mengimami mereka. Beliau bertakbir …., kemudian membaca tasyahud, kemudian mengucapkan salam. Sesudah itu beliau berdiri di hadapan jamaah, lalu bertahmid dan memuji Allah, kemudian bersabda: Sesungguhnya Matahari dan Bulan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Oleh karena itu apabila yang mana pun atau salah satunya mengalami gerhana, maka segeralah kembali kepada Allah dengan zikir melalui salat [H.R. an-Nasāī].
Dari ‘Aisyah, istri Nabi saw, (diriwayatkan) ia berkata: Pernah terjadi gerhana Matahari pada masa hidup Nabi saw. Lalu beliau keluar ke mesjid, kemudian berdiri dan bertakbir dan orang banyak berdiri bersaf-saf di belakang beliau. Rasulullah saw membaca (al-Fatihah dan surah) yang panjang, kemudian bertakbir, lalu rukuk yang lama, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan sami‘allāhu li man ḥamidah, rabbanā wa lakal-ḥamd, lalu berdiri lurus dan membaca (al-Fatihah dan surah) yang panjang, tetapi lebih pendek dari yang pertama, kemudian bertakbir lalu rukuk yang lama, namun lebih pendek dari rukuk pertama, kemudian mengucapkan sami‘allāhu li man ḥamidah, rabbanā wa lakal-ḥamd, kemudian beliau sujud.
Sesudah itu, pada rakaat terakhir (kedua) beliau melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat pertama, sehingga selesai mengerjakan empat rukuk dan empat sujud. Lalu Matahari terang (lepas dari gerhana) sebelum beliau selesai salat. Kemudian sesudah itu beliau berdiri dan berkhutbah kepada para jamaah di mana beliau mengucapkan pujian kepada Allah sebagaimana layaknya, kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka segeralah salat [H.R. Muslim].