Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Lontara Technobraille, Inovasi Mahasiswa Unismuh untuk Tunanetra Belajar Aksara Lokal

×

Lontara Technobraille, Inovasi Mahasiswa Unismuh untuk Tunanetra Belajar Aksara Lokal

Share this article

Khittah.co, Makassar – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional. Melalui inovasi bertajuk Lontara Technobraille, Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) berhasil meraih pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI pada ajang PKM. Selasa, 15 Juli 2025.

Lontara Technobraille dikembangkan sebagai media pembelajaran aksara Lontara berbasis teknologi Arduino yang dirancang ramah bagi siswa tunanetra. Inovasi ini secara khusus diimplementasikan di SLB-A Yapti Makassar, dengan tujuan memperkuat akses pembelajaran budaya lokal bagi siswa berkebutuhan khusus.

Tim yang tergabung dalam PKM REPIKA (Revitalisasi Pembelajaran Inklusif Aksara) ini diketuai oleh Rezki Ramadhani dari Program Studi Teknologi Pendidikan. Anggota tim terdiri dari mahasiswa lintas prodi, yakni:

Azzah Aulia Syarif Teknik Informatika, 2022, Mar’atul Azizah Teknik Informatika, 2022, Irwan Aditia Teknologi Pendidikan, 2023 dan St. Zauzan Amirah PGSD, 2024.

Dengan bimbingan langsung oleh dosen pendamping Wahyuddin, S.Pd., M.Ed, program ini akan dijalankan selama tiga bulan ke depan melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan guru, serta pendampingan intensif bagi siswa tunanetra dalam mengenal aksara Lontara.

Alat Lontara Technobraille memungkinkan siswa mengenali huruf melalui titik Braille yang disertai suara pelafalan otomatis, menjadikan proses belajar lebih interaktif dan multisensori.

Gagasan program ini bermula dari hasil wawancara awal dengan pihak sekolah. Operator SLB-A Yapti, Hamka, S.Si., S.Pd, menyatakan bahwa keterbatasan media pembelajaran lokal membuat pembelajaran aksara Lontara belum optimal.

“Media pembelajaran muatan lokal sangat kurang, sehingga pembelajaran aksara Lontara belum berjalan maksimal,” jelasnya.

Salah satu siswa tunanetra, Zidan, juga menyampaikan pengalamannya:

“Kami hanya bisa menerima pembelajaran secara verbal, dan guru pengajar sangat minim.”

Mendengar kondisi tersebut, tim PKM-PM REPIKA merasa terdorong untuk menghadirkan solusi yang tidak hanya menyentuh aspek teknologi, tetapi juga budaya dan inklusivitas.

“Kami ingin anak-anak tunanetra punya hak yang sama dalam mengenal budaya lokal mereka—terutama aksara Lontara yang merupakan warisan Sulawesi Selatan,” ujar Rezki Ramadhani selaku ketua tim.

Program ini juga sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam penguatan muatan lokal sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur No. 79 Tahun 2018 dan Perda No. 5 Tahun 2023, serta mendukung SDGs poin ke-4 tentang pendidikan berkualitas dan inklusif.

Dengan dukungan penuh dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Dinas Pendidikan Kota Makassar, serta partisipasi aktif dari guru dan orang tua siswa, program Lontara Technobraille diharapkan dapat menjadi model pembelajaran inklusif nasional, khususnya di Sekolah Luar Biasa (SLB) di berbagai daerah di Indonesia.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UNISMUH MAKASSAR

Leave a Reply