Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Madrasah Ramadhan

×

Madrasah Ramadhan

Share this article

Oleh: Muhammad Chirzin*

KHITTAH.CO, – Marhaban ya Ramadhan… Selamat Datang bulan Ramadhan, bulan puasa, bulan ampunan, bulan Al-Quran, 1443 H. Wajah-wajah ceria dan gembira memancarkan rona keimanan penuh pengharapan akan berkah-Nya.

Kaum muslimin menyambut datangnya Ramadhan dengan rasa syukur dan suka cita. Beberapa komunitas menyelenggarakan kegiatan songsong Ramadhan dengan aneka aktivitas. Sebagian kaum muslimin Indonesia memulai berpuasa pada hari Sabtu, 2 April 2022, berpedoman pada hisab, dan sebagian yang lain pada hari Ahad, 3 April 2022, berdasarkan rukyat. Keduanya ikhtiar untuk menunaikan ibadah puasa dengan saksama.

Tidak pada tempatnya satu kelompok menyalahkan dan mendiskreditkan kelompok lain yang berpuasa mulai hari Sabtu maupun Minggu. Allah swt mengingatkan dengan tegas dalam Al-Quran,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah ada suatu golongan memperolok golongan lain; boleh jadi yang diperolok lebih baik daripada yang memperolok. Juga jangan ada perempuan yang merendahkan perempuan lain; boleh jadi yang diperolok lebih baik daripada yang memperolok. Janganlahlah saling mencela dan memberi nama ejekan. Sungguh jahat nama yang buruk itu sesudah kamu beriman. Siapa yang tidak bertobat, orang itulah yang zalim. (QS Al-Hujurat/49:11)

Apa pun motifnya, seseorang atau suatu kelompok tidak boleh mencari-cari  kesalahan dan menyalah-nyalahkan pihak lain, serta mempergunjingkannya.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka sebanyak mungkin, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah saling memata-matai, jangan saling menggunjing. Adakah di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tidak, kamu akan merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah selalu menerima tobat, Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat/49:12)

Tentang puasa Ramadhan Allah swt berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah/2:183-187.

Wahai orang yang beriman, berpuasa diwajibkan atas kamu sebagaimana telah diwajibkan atas mereka sebelum kamu, supaya kamu bertakwa.

Puasa punya arti penting jasmani dan rohani. Tanpa itu puasa seperti tempurung kosong tanpa isi. Puasa bukan beban melainkan pendidikan. Bukan untuk menyiksa diri, tetapi untuk pengendalian diri. Tuhan pun menyapa penuh kelembutan, “Wahai orang yang beriman, berpuasalah, supaya kamu bertakwa.” (QS 2:183). Berpuasa dengan saksama untuk menggapai ridha-Nya.

Berpuasa untuk beberapa hari tertentu. Jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka berpuasalah sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari yang lain. Dan bagi mereka yang mampu berpuasa (tetapi dirasa berat, lalu tidak berpuasa)  wajib membayar fidyah, memberi makan seorang orang miskin, sejumlah hari ia tak berpuasa. Siapa yang dengan suka rela memberi makan lebih banyak, baginya itu lebih baik. Berpuasa lebih baik bagimu jika kamu tahu.

Berpuasa hanya pada sebagian dari waktu sepanjang tahun, mengantarkan kepada ketakwaan, ketaatan, kesungguhan beribadah, dan mematahkan nafsu amarah, serta godaan setan. Nabi Zakaria berpuasa ketika hendak dikaruniai putra. Maryam berpuasa ketika menerima tanda-tanda kehamilan. Ulat dan ular berpuasa. Ayam juga berpuasa ketika mengeram telurnya.

Pada bulan Ramadhan itulah Al-Quran diturunkan, sebagai petunjuk bagi umat manusia, juga penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda antara hak dan batil. Siapa yang berada di tempat sendiri selama dalam bulan itu, hendaklah berpuasa. Tetapi jika ada yang sakit atau sedang dalam perjalanan lalu berbuka, maka berpuasalah sebanyak hari yang ditinggalkan, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki yang mudah bagimu dan tidak hendak mempersulit kamu. Ia menghendaki kamu mencukupkan jumlah bilangan, dan mengagungkan Allah yang telah memberi petunjuk kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Ramadhan penghulu bulan, pusat pendidikan, medan perjuangan untuk kesabaran, dan berlomba-lomba menuju kebaikan. Puasa tidak lengkap sebelum keserakahan dalam masyarakat dapat ditahan.

Pada bulan itulah Al-Quran diturunkan. Allah swt menurunkan Al-Quran edisi perdana pada bulan itu, yakni ayat pertama sampai dengan kelima surat Al-Alaq/96.

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan,

Menciptakan manusia dari segumpal darah beku yang menggantung.

Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah,

Yang mengajarkan kepada manusia menggunakan pena,

Mengajar manusia apa yang belum dia ketahui.

Allah swt memperjelas hal ini dengan firman-Nya,

Sungguh, telah Kami turunkan wahyu Al-Quran ini pada malam yang agung.

Apa yang menjelaskan kepadamu apa malam yang agung itu?

Malam yang agung lebih baik daripada seribu bulan.

Ketika para malaikat dan Jibril turun dengan izin Tuhan, menjalankan setiap perintah.

Damai. Inilah, sampai terbit fajar.

(QS Al-Qadr/97:1-5)

Bila ada hamba-Ku yang bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat sekalii kepada mereka. Aku mengabulkan permohonan setiap orang yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka juga menjalankan perintah-Ku, dan beriman kepada-Ku, supaya mereka dalam jalan yang benar.

Para ulama menyebut ayat ini sebagai sisipan yang mengandung pesan, bahwa pada bulan Ramadhan dan saat berpuasa itulah waktu yang utama untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan memohon kepada-Nya. Dia niscaya mengabulkan permohonan siapa saja yang berdoa kepada-Nya. Oleh karena itu mereka hendaknya juga menjalankan perintah Allah swt, dan beriman kepada-Nya. Dengan demikian insyaallah mereka selalu di jalan yang benar.

Dihalalkan bagi kamu, pada malam hari puasa, bercampur dengan istri kamu. Mereka pakaian kamu dan kamu pun pakaian mereka. Allah mengetahui kamu telah mengkhianati diri kamu sendiri, tetapi Allah menerima tobat kamu dan mengampuni kamu. Maka sekarang pergaulilah mereka dan lakukanlah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu. Makan dan minumlah, hingga benang putih jelas perbedaannya bagi kamu dari benang hitam di waktu fajar. Kemudian cukupkanlah puasa kamu hingga malam tiba; janganlah mencampuri istri kamu sementara kamu beriktikaf di dalam masjid. Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada umat manusia supaya mereka bertakwa.

Puasa mendidik ketahanan, keutamaan, dan kesempurnaan, giat beribadah, ikhlas, tobat, muraqabatullah, khauf, raja`, dan ridha dengan qiyamullail, i’tikaf, dan shadaqah.   Puasa Ramadhan menghimpun bekal hidup 11 bulan berikutnya, melatih sederhana dalam makan dan minum, memelihara lisan, mata, hidung, telinga, serta tangan dan kaki.         

Inti puasa tazkiyatun nafsi, membersihkan jiwa dari segala kekurangan dan menjernihkan kalbu dari segala kekeruhan, serta menyiapkan diri menuju kesempurnaan insani. Pengaruh puasa berbeda-beda menurut kadar kejujuran seseorang dalam menghadap Allah swt, dan ketulusan hati menyatukan pikiran dan menghayati interaksi dengan-Nya.

Sejauh kita mampu menangkap pesan Ramadhan, sejauh itulah keberuntungan kita. Jangan berpuasa tanpa meraih manfaat dan hikmahnya. Cuma lapar dan haus semata. Orang-orang yang berpuasa tiga golongan: kaum awam, khawash dan khawashul khawash. Puasa awam: menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Khawash: menahan diri plus amalan utama. Khawashul khawash: puasa para nabi dan orang-orang saleh. (Imam Al-Ghazali).

“Sebaik-baik amalan yang dapat dilakukan dalam menyongsong datangnya musim ketaatan ialah memperbanyak istighfar. Sebab, dosa akan menghalangi seseorang dari taufik Allah swt untuk melaksanakan ketaatan.” (Muhammad Mukhtar As-Syinqiti).

“Siapa yang menghiasi dirinya dengan banyak istighfar, Allah swt akan mempermudah rezekinya, memudahkan urusannya, dan menjaga kekuatan jiwa dan raganya. Maka, apalagi yang kau tunggu?” (Ibnu Katsir).

“Bila engkau ingin berdoa, sementara waktu begitu sempit, padahal di dadamu begitu banyak kebutuhan, maka jadikanlah seluruh isi doamu permohonan maaf dan ampunan kepada Allah swt. Karena, bila Dia memaafkanmu, semua keperluanmu akan dipenuhi oleh-Nya tanpa engkau memintanya.” (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).

Asyhadu alla ilaha illallah…

Astaghfirullah…

As`alukal jannata wa a’udzubika minannar…           

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni – Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pemaaf, mencintai pemaafan, maka ampunilah aku.”

*Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga, Dosen Program S3 Psikologi Pendidikan Islam UMY, dan Kajian Kitab Tarsir Fakultas Agama Islam UAD, anggota Tim Penyusun Tafsir Al-Quran Tematik dan Revisi Al-Quran dan Terjemahnya Kementerian Agama RI, penulis trilogi Kamus Pintar Al-Quran, Kearifan Al-Quran, dan Nur ‘Ala Nur: Sepuluh Temua Utama Al-Quran (Jakarta: Gramedia, cetak ulang 20219), dan 60an buku lainnya.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply