KHITTAH.CO, LOMBOK – Sebanyak 10 mahasiswa yang sedang menjalankan program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) asal Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) mengunjungi tiga situs budaya di Desa Nyurlembang, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Ahad, 29 Desember 2024. Tiga situs budaya itu ialah Batu Lileh, Dende Solah, dan Pejenengan atau Kemaliq.
Berdasarkan informasi dari warga lokal, Batu Lileh adalah salah satu dari tujuh mata air yang tidak pernah kering di tempat itu. Sehingga, masyarakat lokal percaya bahwa tempat itu memiliki kesakralan tinggi.
Eksplorasi situs budaya itu dipandu oleh Riko, seorang pemuda lokal yang sangat antusias menceritakan sejarah dan tradisi situs itu. Lewat informasi Riko, mahasiswa KKM memperoleh sejumlah informasi penting dan dalam tentang prosesi adat seperti pengangkatan Kiai, Hafidz, Kepala Dusun, dan Kepala Desa yang menggunakan mata air itu.
Ketua Kelompok KKM Mandiri Integrasi UIN Malang, Muhammad Nur menyebut semua pihak bertanggungjawab dalam menjaga kelestarian adat dan budaya ditengah gempuran kemajuan teknologi digital. Menurutnya, perubahan zaman melalui modernisasi tidak menghapus nilai-nilai tradisi lokal.
Legenda Buaya Putih di Dende Solah
Perjalanan berlanjut ke situs budaya Dende Solah, yang menyimpan cerita tentang seekor buaya putih yang ditemukan warga di sawah. Setelah dirawat hingga mati, tubuh buaya itu disimpan di tempat tersebut hingga hanya menyisakan tulang belulang. Masyarakat setempat sangat menghormati dan mensakralkan situs ini karena percaya bahwa buaya tersebut adalah jelmaan.
Namun, karena kekhawatiran terhadap potensi kesyirikan, seorang kiai yang dihormati di Lombok Timur memutuskan untuk memindahkan tulang-tulang buaya tersebut. Keputusan ini diambil untuk menjaga masyarakat dari kepercayaan berlebihan yang bertentangan dengan ajaran agama.
Meski demikian, Dende Solah tetap menjadi simbol penting tradisi dan kepercayaan masyarakat Nyurlembang.
Keunikan dan Kesakralan Situs Pajenengan
Situs terakhir yang dikunjungi adalah Pajenengan atau Kemaliq, yang dikenal sebagai tempat keramat oleh masyarakat. Di dalamnya terdapat dipan berkelambu putih, dua tombak, senjata, dan alat perang lainnya.
Seorang penjaga situs bernama Deddy menjelaskan bahwa tempat itu sering dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah dengan tujuan yang beragam.
Salah satu kisah menarik dari situs ini adalah keyakinan masyarakat tentang tombak yang ada di dalamnya. Jika tombak tersebut miring ke arah tertentu, dipercaya dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Bahkan, tombak ini juga pernah digunakan untuk mendamaikan konflik antar kampung serta meredam kebakaran.
Namun, situs ini memiliki aturan ketat. Perempuan yang sedang haid atau dalam keadaan tidak suci tidak diperkenankan masuk ke area tersebut. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kesucian yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat.
Pelestarian Budaya Lewat Kemajuan Teknologi Digital
Kunjungan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mahasiswa tentang tradisi lokal, tetapi juga menjadi upaya untuk mendukung visi Kepala Desa Nyurlembang, Lukman Nul Hakim, yang ingin menjadikan daerahnya sebagai destinasi wisata budaya. Dengan memanfaatkan teknologi digital, para mahasiswa berharap dapat membantu menyebarkan informasi tentang situs-situs budaya tersebut ke khalayak yang lebih luas.
Ketiga situs budaya itu, baik Batu Lileh, Dende Solah, dan Pajenengan (Kemaliq) adalah bukti nyata betapa pentingnya menjaga tradisi dan warisan budaya lokal di tengah arus modernisasi. Di era globalisasi yang serba cepat, melestarikan nilai-nilai budaya menjadi langkah penting untuk menjaga identitas bangsa. (Rls)