Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Bangga Umpar Kini Punya Delapan Guru Besar

×

Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Bangga Umpar Kini Punya Delapan Guru Besar

Share this article
Anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah sekaligus Wakil Ketua PWM Sulsel, Budu saat menyampaikan amanah pada pengukuhan guru besar Umpar. (Sumber foto: AA)

KHITTAH.CO, PAREPARE – Anggota Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Budu tutur hadir pada pengukuhan dua guru besar Universitas Muhammadiyah Parepare (Umpar) di Auditorium Umpar, Kamis, 2 Januari 2024. Mewakili Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, guru besar dalam bidang ilmu kedokteran ini mengaku bangga atas capaian Umpar yang kini telah memiliki delapan profesor.

Dalam sambutannya, Budu menegaskan bahwa jabatan akademik tertinggi itu tak sekadar pangkat kehormatan, melainkan wujud pendalaman ilmu seorang dosen atau peneliti di perguruan tinggi.

Karena jabatan itu tak bisa diemban sembarang dosen, maka guru besar mesti terus belajar untuk menjawab semua problematika yang ada, tentu dalam rumpun ilmu yang dikuasai.

“Jika telah meraih guru besar, maka bisa diuji ilmunya, tidak meragukan. Siapa yang lebih hebat dari orang yang telah menyeriusi ilmu, maka harus diberikan penghargaan dan penghormatan,” tutur Budu.

Selain itu, Budu juga menyebut status guru besar juga sebagai simbol pertanggungjawaban atas ilmu pengetahuan yang telah digeluti selama ini. Karenanya, selain tak berhenti belajar, Budu menekankan agar guru besar juga senantiasa memikirkan pelanjutnya.

“Guru besar adalah simbol pertanggungjawaban, atas ilmu, dan pertanyaan. Bertanggungjawab juga untuk melahirkan generasi. Tak lagi berpikir untuk diri sendiri, tapi untuk masyarakat luas,” pesan dia.

Dia juga membenarkan pernyataan Kepala LLDIKTI Wilayah IX, Andi Lukman yang saat sambutan sebelumnya menyebut guru besar memiliki perbedaan dengan jabatan lainnya di internal kampus.

“Seorang guru besar juga sesungguhnya harus menjadi role model, kalau LLDIKTI bilang berbeda, memang beda. Jadi malu kalau bertutur kata tak senonoh, maka kita harus menjunjung tinggi integritas,” tegas Budu.

Tak lupa, ia menyelamati kedua guru besar yang baru saja dikukuhkan atas dedikasinya yang tak lelah dan berpacu mengikuti perkembangan zaman. Ia yakin, prestasi kedua guru besar itu tak hanya hari ini, namun bakal melahirkan inovasi baru di masa-masa yang akan datang.

Sebelum menutup sambutan, Budu juga membeberkan bahwa Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah mengklasifikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) kedalam beberapa kategori, yakni Perguruan Tinggi Besar, Menengah, Kecil, dan Bermasalah.

“Umpar ini dengan kerja keras pak rektor yang beliau tahu betul, melahirkan dua guru besar itu adalah niat mendalam pimpinan untuk mengakselerasi kampus menjadi maju dan berkembang. Salah satu kriteria perguruan tinggi besar dan menengah adalah seberapa banyak jumlah guru besarnya,” tutur dia.

Diketahui, jumlah guru besar Umpar kini telah cukup delapan orang usai Prof. Dr. Sriyanti Mustafa, S.Pd., M.Pd., ahli metodologi inklusif bidang pendidikan dan Prof. Dr. Iradhatullah Rahim, S.P., M.P., sebagai pakar Bioteknologi Pertanian. Keduanya juga telah memaparkan hasil penelitian masing-masing di hadapan civitas akademika Umpar, tamu undangan, dan guru besar lainnya.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply