Oleh: Ratna Pangastuti*
Allah telah menentukan bahwa sosok Muhammad SAW merupakan manusia pilihan yang membahana di dunia hingga akhirat kelak. Sosok manusia biasa namun telah terjaga sejak lahir,mengalami berbagai proses kehidupan yang tidak mudah dilalui manusia lain sebaagai bekal menjadi seorang pemimpin umat. Segala hal tentang diri Muhammad sudah tidak diragukan lagi karena jelas. Kini ada sosok lain selain beliau yang oleh Allah swt juga mendapat kursi agung, bahkan Rasulullah Muhammad SAW pun tunduk dan menghormatinya. Sosok itu adalah seoang wanita yang mendapat sandang “Ibu”.
Sosok ibu, seorang wanita yang lembut namun kuat. Seorang ibu tak akan pernah mampu membenci anak-anaknya sekali pun mereka salah dan telah menyakitinya. Justru pintu maaf dan doa keberkahan yang selalu dibalaskan oleh seorang Ibu bagi seluruh anaknya. Kedua tangan sang ibu selalu terbuka menyambut kedatangan anak-anaknya kapanpun ketika mereka membutuhkan tempat berlabuh. pelukannya begitu hangat yang mampu menenangkan dan menyelesaikan segala persoalanmaha dahsyat sang anak tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Pundaknya sangat kokoh dan kuat untuk menopang segala beban anak-anaknya. Pangkuannya yang begitu luas mampu menampung air mata anak-anaknya dengan sapuan belaian lembutnya. Dadanya pun seluas samudera untuk selalu menerima segala hal tentang keluh kesah anaknya tanpa menyalahkan. Pikirannya menjulang tinggi guna mampu memahami setiap hal tentang anak-anaknya.
Betapa pun sakit yang beliau derita, pandai sekali untuk dipetikemaskan agar tidak semua diketahui oleh manusia lain, bukan karena sok kuat atau lainnya karena sakit itu tidak sebanding dengan rasa cinta dan kasih sayang yang beliau miliki untuk terus diberikan dan bagikan kepada semuanya. Beliau mampu melakukan banyak hal dalam satu waktu bahkan dalam keadaan sakit dan terjepit. Seorang ibu ketika tersakiti hanya akan mampu menahan dalam hati, mengolahnya sebagai ujian diri yang harus terus di-istighfari hingga emosi dan jiwa terus stabil dan terkontrol. tidak mudah membuka aib atau kekurangan keluarganya dan terus menggenggamnya laksana bara api hingga benar-benar pada.
Telah banyak kisah sejak tempo nabi hingga sekarang terkait “ibu”, hal tersebut menyebabkan lahir sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam Bukhari Muslim dengan inti kandungan ceritanya bahwa ketika datang seseorang kepada Rasulullah SAW dan berkata,`wahai Rasulullah, kepada siapakan aku harus berbakti pertama kali? jawab Rasul, “ibumu”. kemudian orang tersebut kembali bertanya `kemudian siapa lagi? jawab Rasul “ibumu”. orang tersebut bertanya kembali,kemudian siapa lagi? beliau menjawab “ibumu”. kemudian orang tersebut bertanya,siapa lagi wahai Rasul, jawab Rasul kemudian ayahmu.`
Dalam sarah lain yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi, “ridlo Allah terdapat dalam ridho kedua orang tua (ibu dan bapak) dan murka Allah terdapat dalam murka kedua orangtuanya”. Tidak sedikit bukti dalam sejarah hidup ini secara nyata yang menceritakan bahwa menghormati dan menyayangi orangtua, serta mendapatkan restu khususnya dari ibu maka akan dipermudah hidupnya oleh Allah dan keberkahannya akan diraih hingga di akhirat. Doa seorang ibu dikatakan sebagai doa yang paling manjur untuk anak-anaknya.
Dua kisah yang berbeda bercerita tentang sikap anak kepada ibunya, yang pertama anak paling berbakti hingga ketika masih hidup didunia namanya selalu disebut nabi dan mendapat salam langsung dari beliau hingga menyebabkan khalifah Umar bin Khattab penasaran. Dia adalah UWAIS al QARNI. sebaliknya yang kedua anak yang telah menyakiti ibunya hingga akhir hayatnya menghadapi su’ul khotimah. Dialah Alqamah, naudzubillah. Demikian pula, betapa pun sakit hati seorang ibu pintu maaf tetap terbuka lebar dan tak pernah rela anak-anaknya dalam kesusahan, kesengsaraan, bahkan kerugian dan derita. Sungguh mulianya seorang ibu.
Terkisah ketika seorang datang ke Rasulullah dan mengeluhkan parangai buruk ibunya, apakah wanita semacam itu masih pantas dihormati? Jawab Rasulullah betapa pun buruk perangai ibumu tetap wajib dihormati sebagai sosoknya seorang ibu karena bagaimana pun juga selama 9 bulan lebih telah berada dalam kandunganya yang makin berat dan melelahkan. Ketika melahirkanpun juga tidak mudah dan nyawa sebagai taruhannya. peribahasa orang jawa “sewu loro dadi siji” (seribu rasa sakit melebur menjadi satu) ketika melahirkan. Oleh sebab itu posisi hormat kepada “ibu” tak akan tertandingi dan dikalahkan oleh siapapun dan apapun.
Bismillah, marilah bersama kita berusaha untuk melatih diri dan menjaga hati untuk terus mampu berbakti dan menghormati kedua orangtua kita, terlebih “ibu”. Ketika masih berkesempatan hidup di dunia ini kita cukupi keperluannya dan tidak menyia-nyiakannya. Berusaha untuk terus belajar tidak menyakiti hatinya dan menempatkannya sebagai nomor satu dalam hidup. Namun ketika beliau sudah wafat, marilah lisan kita tak putus untuk menghadiahkan suratul fatihah dan do’a-do’a keberkahan lain kepadanya sebagai wujud bakti kita. Seorang ibu mampu memberikan kasih sayang dan cintanya kepada semua anak-anaknya, namun seorang anak tak akan mampu membalas cinta dan kasih sayang seorang ibu. hanya satu yang bisa diberikan walau masih belum sebanding yaitu do’a untuk ibu.
* Penulis dan Dosen tetap Anak Usia Dini di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya