Oleh: Ian Januardi*
KHITTAH. CO – Tanggal 1 Mei merupakan Hari Buruh Internasional atau May Day. Peringatan ini memiliki makna historis yang sangat kuat, bukan sekadar seremoni tahunan. Hari Buruh adalah momen yang menyimpan sejarah perjuangan atau penghormatan bagi seluruh pekerja terhadap perjuangan panjang kaum buruh dalam memperjuangkan hak-hak mereka.
Sejarah Hari Buruh bermula pada 1 Mei 1886 di Chicago, Amerika Serikat, yang menewaskan puluhan pekerja yang menuntut hak-hak mereka yang di mana para buruh dipaksa bekerja sepuluh sampai enam belas jam per hari dalam kondisi yang berat dan upah yang rendah. Aksi damai ini berubah menjadi tragedi yang dikenal sebagai Haymarket Affair. Peristiwa ini kemudian menjadi tonggak berdirinya gerakan serikat pekerja dan memperjuangkan hak-hak buruh di seluruh dunia.
Di Indonesia, peringatan Hari Buruh diadopsi sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan kaum pekerja global. Momen ini menjadi ruang aspirasi bagi para tenaga kerja dalam meningkatan kesejahteraan di tengah dinamika sosial dan ekonomi yang terus berubah.
May Day bukan hanya peringatan hari biasa tetapi juga menjadi momentum refleksi diri bagi kita semua. Perjuangan buruh bukanlah semata-mata tanggung jawab para pekerja saja, melainkan menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa.
Namun, di tengah dinamika sosial dan ekonomi yang terus berubah, pertanyaan penting muncul, sejauh mana peran generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam melanjutkan perjuangan ini dan memperjuangkan keadilan sosial bagi para buruh?
Di Hari Buruh ini, mari kita refleksikan peran mahasiswa dalam perjuangan kaum buruh dan pembangunan bangsa. Sebagai generasi intelektual muda, mahasiswa perlu memahami sejarah perjuangan buruh dan terus menyuarakan aspirasi mereka.. Kita dapat terlibat dalam aksi-aksi solidaritas, memberikan edukasi mengenai hak-hak buruh, serta mengajak pemerintah untuk membuat regulasi yang lebih pro buruh.
Mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan) dan penerus bangsa memiliki peran strategis dalam mendukung dan memperjuangkan hak-hak Buruh. Bekal ilmu pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, mahasiswa dianggap mampu mengerti secara komprehensif akar persoalan yang dihadapi oleh para buruh, mulai dari ketidakadilan dalam sistem upah, kondisi kerja yang tidak layak, hingga minimnya perlindungan hukum bagi pekerja.
Mahasiswa dinilai penghubung antara aspirasi buruh dan kebijakan pemerintah. Sehingga, para buruh berharap akan kontribusi mahasiswa dalam memperjuangkan hak-hak mereka.
Selain itu, mahasiswa diharapkan tidak teralienasi dari masalah buruh dan masyarakat luas, melainkan turut aktif berjuang bersama kaum tertindas, mendukung pembentukan organisasi perjuangan buruh, dan menghubungkan persoalan buruh dengan akar masalah sistem kapitalisme. Sejarah juga menunjukkan peran besar mahasiswa dalam berbagai perjuangan rakyat, termasuk dalam memperjuangkan keadilan sosial dan demokrasi.
Setiap tahun, mahasiswa secara konsisten menggelar unjuk rasa pada Hari Buruh sebagai bentuk kepedulian dan dukungan terhadap perjuangan para pekerja. Aksi ini membuktikan bahwa hingga saat ini, hak-hak kaum buruh masih belum sepenuhnya terpenuhi dan banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan kesejahteraan mereka.
Melalui demonstrasi tersebut, mahasiswa ingin menyuarakan ketidakadilan yang dialami buruh, menuntut perbaikan kondisi kerja, upah yang layak, serta perlindungan hukum yang lebih kuat. Unjuk rasa ini juga menjadi pengingat bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa perjuangan buruh masih jauh dari kata selesai, sehingga diperlukan komitmen bersama untuk menciptakan sistem ketenagakerjaan yang adil dan bermartabat.
Saat ini, kondisi buruh masih menghadapi berbagai masalah yang serius dan tantangan yang cukup rumit. Banyak pekerja, termasuk buruh di sektor media, masih mendapatkan upah yang rendah serta memiliki status pekerjaan yang tidak jelas, sehingga situasi mereka tergolong memprihatinkan.
Pemerintah telah menetapkan kenaikan Upah Minimum Nasional sebesar 6,5% untuk tahun 2025, namun kenaikan ini dinilai belum mampu mengimbangi laju inflasi dan kenaikan biaya hidup, sehingga daya beli buruh tetap mengalami tekanan. Masalah pemutusan hubungan kerja (PHK) juga masih menjadi persoalan utama, dengan data menunjukkan ribuan buruh terkena PHK sepanjang tahun 2024 dan prediksi gelombang PHK diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun 2025.
Hari Buruh atau May Day adalah momentum refleksi mendalam bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan perannya dalam perjuangan buruh. Peran mahasiswa sebagai agen perubahan sosial sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa perjuangan buruh tidak berhenti di sini, tetapi terus berkembang. Sehingga, gerakan buruh dan mahasiswa tidak terpecah dan melemah di tengah tekanan kapitalisme global yang semakin kuat dan memastikan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh pekerja.
Di tengah era globalisasi yang terus bergerak cepat, dunia kerja mengalami perubahan yang signifikan. Mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan. Keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif menjadi kunci utama untuk meraih kesuksesan dalam dunia kerja. Melalui tindakan nyata dan kontribusi yang positif, mahasiswa dapat memperlihatkan peran pentingnya dalam mendukung perjuangan kaum buruh dan pembangunan bangsa.
Menurut saya “Hari buruh adalah simbol perjuangan”. Artinya, suatu momentum perjuangan bagi seluruh kaum buruh dalam memperjuangkan hak-hak mereka demi kesejahteraan. Selain itu sebagai sebuah bahan refleksi bagi seluruh mahasiswa agar lebih peka dan aktif dalam membangun kesadaran sosial tentang isu-isu buruh dan hak-hak buruh yang masih direnggut.
*Sekretaris Bidang Hikmah, Politik, dan Kebijakan Publik PC. IMM Sinjai Periode 2025-2026