Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipOpini

Menapak Jejak Kebangkitan Nasional (Refleksi Harkitnas 2016)

×

Menapak Jejak Kebangkitan Nasional (Refleksi Harkitnas 2016)

Share this article
Mukhtar Tompo, S.Psi., Anggota DPR-RI
Mukhtar Tompo, S.Psi., Anggota DPR-RI

Oleh: Mukhtar Tompo, S.Psi.

Anggota DPR-RI & Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel 2010-2014

KHITTAH.co – Kemerdekaan bangsa ini merupakan buah jerih payah pemuda abad lalu. Setidaknya, sejak tahun 1908, pemuda telah berperan penting dalam penentuan arah hidup bangsa ini. Pengorganisasian strategi perlawanan dengan metode atau gaya yang segar adalah salah satu wujud andilnya. Di tahun 1908 ini, paradigma cerah-mencerahkan hadir mewarnai pergerakan perjuangan bangsa. Pergerakan pemikiran melalui organisasi massa, model pergerakan yang belum terselenggarakan oleh rakyat sebelumnya.

Boedi Oetomolah yang tercatat sebagai peletak tonggak pertama pergerakan pemikiran rakyat ini. Berdiri sejak 20 Mei 1908, pergerakan pemuda ini mengilhami seluruh pemuda bangsa dan rakyat Indonesia pada umumnya. Pergerakan pemikiran, di samping tetap angkat senjata melawan penjajahan. Inilah yang dirintis dan diajarkan kepada bangsa kita oleh Boedi Oetomo, organisasi pemuda pertama ini.   Momentum pergerakan baru yang dipelopori pemuda 1908 inilah yang selanjutnya disebut sebagai Era Kebangkitan Nasional. Bangkitnya semangat baru rakyat secara kolektif untuk melawan. Sekat-sekat primordial, daerah, suku, atau agama, dirubuhkan dengan kesadaran bahwa persatuan nasionallah yang sejatinya merupakan keniscayaan untuk terbebas dari penjajahan.

Persatuan bangsa semakin mengerat dengan ikrar pemuda-pemudi bangsa pada tahun 1928. Indonesia, nama negeri tercinta, pertama kali dideklarasikan pada momentum sarat makna, Sumpah Pemuda. Nama Indonesia ini dihadirkan untuk menepis perspektif sektarian (kedaerahan) agar perjuangan kolektif semakin solid dan terorganisasi dengan baik. Ikrar dan kesadaran akan kesatuan tanah air, bangsa, dan bahasa diharapkan menjadi penjaga semangat kolektif, semangat persatuan nasional pemuda dan rakyat. Indonesia menjadi rumah bersama, Indonesia menjadi menjadi motif bersama. Sekali lagi, momentum ini adalah andil pemuda.

Selanjutnya, pada tahun 1945, pemuda kembali menentukan nasib bangsa. Kamis, 16 Agustus, sejumlah pemuda mendesak para pendiri bangsa untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Meski sebenarnya sebuah komite dan badan telah dibentuk untuk mempersiapkan kemerdekaan bangsa ini, namun tanpa desakan pemuda pada 16 Agustus tersebut, mungkin di tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan belum diproklamasikan. Peristiwa 16 Agustus 1945 ini dikenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok.

Selain itu, andil pemuda di tahun tersebut adalah pelaksanaan rapat raksasa di Lapangan IKADA Jakarta. Rapat 17 September ini berhasil membuka mata rakyat Indonesia dan dunia akan kemerdekaan yang telah diproklamasikan sebulan sebelumnya, 17 Agustus 1945. Rapat raksasa ini berhasil menanamkan rasa merdeka dalam diri rakyat Indonesia dan membuat gentar pasukan sekutu yang katanya akan kembali datang. Begitu juga dengan tentara Jepangyang masih bersiliweran dan sempat melarang pelaksanaan rapat raksasa ini, namun diabaikan.

Peran pemuda terus berlanjut hingga pasca proklamasi kemerdekaan. Salah satunya adalah pergerakan pemuda angkatan ’66. Di era ini, pemuda bangsaberhasil menggulingkan pemerintahan Soekarno yang saat itu dianggap sudah tidak dapat mengemban amanah rakyat dengan baik. Tritura, tiga tuntutan rakyat yang disuarakan oleh pemuda masa ’66 ini dianggap berhasil memperbaiki keadaan bangsa. PKI yang dibubarkan, ritul kabinet, serta penurunan harga/perbaikan ekonomi.

Selanjutnya, Reformasi 1998. Keadaan yang mirip dengan yang dihadapi pemuda ’66 membuat pemuda menyatukan kekuatan bersama rakyat untuk menggulingkan rezim Soeharto yang dianggap sudah tidak layak lagi. Dampak tindak pemuda ’98 yang melahirkan reformasi inilah yang membawa angin bebas-demokratis dalam hidup berkebangsaan kita hingga kini.

Apa Kebangkitan Hari ini?

Maka pertanyaannya, pemuda, perubahan seperti apa yang kita ingini saat ini? Sebesar apa pergerakan kita untuk perubahan itu? Jangan sampai pemuda abad lalu lebih maju dibanding kita kini! Karena itu kita dituntut untuk memahami zaman. Pengenalan ini akan membawa kita pada pemahaman atas kompleksitas masalah yang harus dipecahkan. Salah satu wujud pemahaman atas zaman kita adalah penguasaan piranti teknologi-informasi.

Secara, masa kita sekarang ini adalah era digital. Selain itu, research and development, khususnya human resource development harus digiatkan secara kontinyu dan intensif. Inilah kebangkitan pemuda era kini.  Karena itu, perubahan dan pergerakan pemuda haruslah kolektif seperti yang kita pelajari dari pendahulu kita.

Bagi kaum muda, kita harus memahami bahwa nafas pergerakan kita haruslah nafas perubahan untuk menjadi lebih baik.  Pergerakan kita haruslah gerak sesuai zaman. Bangsa ini membutuhkan pemuda, sementara, survival of the fittest-lah syarat pemuda tangguh, pemuda pejuang, pemuda pergerakan yang dibutuhkan untuk perubahan itu. Pemuda yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, pemuda yang mampu memberi kontribusi sarat nilai dan makna untuk kehidupan masayarakat, lingkungan, bangsanya.

Herbert Spencer, filsuf Inggris, telah mewanti-wanti kita, hanya masyarakat yang paling mampu beradaptasi dengan lingkungannyalah yang akan bertahan hidup, sementara masyarakat yang tidak mampu melakukan ini akan menemui ajalnya! Organisme yang tidak tepat guna akan menghilang. Karena itu, sekali lagi, pemuda kini haruslah merupakan pemuda yang adaptable; pemuda yang paham zaman, pemuda yang kritis-kontsruktif, bernilai guna untuk kehidupan lingkungannya, kehidupan bangsanya. Kita memang harus berubah sesuai perubahan zaman. Tidak ada yang bisa bertahan apabila kita tidak mampu beradaptasi.

Sumber: Harian Fajar, 20 Mei 2016

(http://fajaronline.com/berita/2016/05/20/733/menapak-jejak-kebangkitan-nasional)

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL