KHITTAH.CO, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyampaikan permintaan maaf terkait polemik Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud ke Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), dan PGRI.
“Dengan penuh rendah hati saya memohon maaf atas segala keprihatinan yang timbul dan berharap agar tokoh dan pimpinan Muhammadiyah, NU dan PGRI bersedia untuk terus memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan program yang kami sadari betul masih belum sempurna,” kata Nadiem dalam video pada Selasa (28/7).
Meski demikian, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menegaskan tetap tidak akan ikut dalam POP.
“Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk tidak ikut. Walaupun Menteri (Mendikbud) sudah buat pernyataan minta maaf kepada Muhammadiyah, NU dan PGRI,” kata Wakil Ketua Bidang Kerjasama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah, Kasiyarno, Rabu (29/7/2020).
Hal tersebut merujuk pernyataan Mendikbud pada konferensi pers, Selasa (28/7) kemarin yang justru dinilai menimbulkan pertanyaan bagi Muhammadiyah.
“Di statment-nya ada yang membuat kami ragu juga, seperti bagi OP-OP yang sudah diputuskan dan dinyatakan lulus dalam pemberitahuan hasil evaluasi proposal itu tidak usah khawatir, POP ini akan jalan terus,” ujarnya.
“Ini maksudnya apa? Apa tetap beri harapan kepada semua OP yang sudah dinyatakan lulus itu akan tetap diberi dana? Nah kan ini tanda tanya besar ini,” imbuh Kasiyarno
Tanggapan yang sama juga datang dari Ketua PP Lembaga Pendidikan Ma’arif Nadlatul Ulama (NU), Afirin Junaidi yang berteguh hati untuk tak bergabung dengan POP.
“Meski sudah ada permintaan maaf dan janji Nadiem untuk memperbaiki namun tidak serta-merta LP Ma’arif NU menyatakan gabung ke POP,” kata Arifin dalam keterangan tertulis.
“Untuk mengevaluasi dan meninjau kembali penerima POP butuh waktu. Apakah cukup waktu yang tersisa sampai akhir tahun untuk melaksanakan program tersebut?” sambung Arifin.
Selain itu, Arifin ingin ucapan Nadiem tidak hanya menjadi ucapan semata. Dia ingin ada tindakan nyata dari permintaan maaf Nadiem.
“Buktikan itu semua dalam tindak nyata bukan sekadar ucapan,” pungkas Arifin. (*)