Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Meneguhkan IMM sebagai Gerakan Intelektual Profetik di Era Digital

×

Meneguhkan IMM sebagai Gerakan Intelektual Profetik di Era Digital

Share this article

Oleh: Lisana Sidqin Aliyan (Kader IMM)

KHITTAH. CO – Pada dasarnya, mahasiswa dalam masyarakat  menempati dua peran penting yaitu sebagai bagian dari generasi muda yang melanjutkan dan mengisi pembangunan bangsa dan sebagai bagian dari kaum intelektual. Abdul Halim Sani dalam bukunya Manifesto Gerakan Intelektual Profetik menerangkan bahwa Seorang cendekiawan merupakan penafsir jalan hidup, sebagaimana diketahui bersama, intelektual merujuk pada siapa yang memiliki wawasan yang luas terhadap segala bentuk aspek permasalahan di pendidikan formal atau non formal dalam lingkup sosial. Sebagai bentuk makhluk yang berakal selalu memiliki transisi untuk bertransformasi dari zaman ke zaman agar mampu bertumbuh pada nilai secara ideal sesuai dengan perkembangan zaman.

Patut untuk dicatat bahwa intelektual ialah seorang yang menggunakan kecerdasannya untuk selalu mengembangkan sebuah gagasan yang menjawab persoalan tentang berbagai permasalahan secara universal, dan mereka berupaya mengasah dirinya untuk mampu memenuhi nilai-nilai kebutuhan zaman. Dalam hal ini, kaum intelektual harus secara struktural dan kultural menginterupsi situasi di balik hegemoni yang menindas dalam skala nasional dan global.

Dalam konteks IMM Cabang Gowa hari ini, minimnya kader untuk merealisasikan peran dalam bentuk praksis gerakan yang menjawab realitas zaman dengan berlandaskan manifestasi kenabian. Maka perlu ada gerakan transformasi IMM Cabang Gowa ke dalam lima agenda utama yang sejalan dengan tiga pilar ilmu sosial profetik: humanisasi, liberasi, dan transendensi.

Gerakan spiritualitas selalu berakar pada hubungan vertikal yang kokoh kepada Allah Swt. IMM Cabang Gowa khususnya harus menjadikan IMM sebagai rumah spiritual yang membentuk kader dengan integritas tauhid yang kuat. Perlu adanya penguatan kajian keislaman dan ideologi serta internalisasi nilai-nilai Islam berkemajuan, IMM Gowa bukan hanya sekadar dapat melahirkan kader yang patuh terhadap gerakan spiritual saja, tetapi juga mampu bergerak dalam bidang kemanusiaan. Hal ini mampu dikategorikan sebagai kader yang Ilmu Amaliah, Amal Ilmiah.

Hal ini juga perlu disadari setiap kader Muhammadiyah terkhususnya kader IMM Cabang Gowa itu sendiri. Melihat dengan problematika kehidupan yang disibukkan dengan kegiatan gerakan tangan yang fokus pada menonton berbagai kehidupan yang tersebar melalui media sosial dan minimnya gerakan intelektualitas dalam kehidupan kader berupa membaca buku, membuat suatu tulisan, dan gerakan melalui media digital. Ini mampu melumpuhkan Gerakan IMM Cabang Gowa yang berfokus pada kehidupan spiritual yang diperkuat melalui ideologi Muhammadiyah tanpa adanya Gerakan yang signifikan dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam konteks IMM, kaderisasi berarti mengangkat potensi mahasiswa melalui pendidikan dan pemberdayaan yang mampu mencerahkan dalam bidang tripotensi IMM. Dalam analisis penulis IMM Cabang Gowa perlu mengembangkan sistem kaderisasi yang membebaskan kader dari belenggu kejumudan—mengajarkan berpikir kritis yang mampu menjawab problematika zaman, memiliki jiwa kepemimpinan etis, dan keterampilan strategis untuk membangun organisasi lebih baik ke depannya. Kaderisasi tidak hanya menghasilkan loyalis organisasi, tetapi juga pelopor perubahan yang sadar peran di masyarakat.

Dengan mencapai kaderisasi yang dibentuk dalam upaya menjawab tantangan zaman. Kader IMM Cabang Gowa tidak miskin akan pemahaman berupa upaya mewujudkan akademisi yang memiliki akhlak mulia dan ideologi kuat serta mampu memberdayakan ilmunya sebagai bentuk manifestasi dari sebuah gerakan.

Kader IMM Gowa perlu memikirkan gerakan seperti apa yang pantas untuk mencapai peran sosial dan advokasi isu di era digital saat ini. Mampu juga memikirkan Gerakan yang cocok melalu media sosial, sebagai bentuk memperluas suatu gagasan yang ingin disampaikan kepada seluruh khalayak masyarakat.

Dalam konteks keseharian kader IMM, terutama di IMM Gowa sendiri, memanfaatkan media sosial hanya sekadar penyebaran informasi-informasi yang berkaitan terhadap kegiatan yang dilakukannya. Membuat suatu flyer info kegiatan, membuat video reels berupa visualisasi kegiatan, tanpa memikirkan menggunakan media sosial lebih luas dan mampu mengadvokasi pemikiran untuk jangkauan masyarakat lebih luas.

Tidak dimungkiri, di era digital suatu medan baru dakwah profetik. IMM perlu mengembangkan media digital yang mencerdaskan, mencerahkan, dan menyatukan. Tidak sekadar menjadi pengguna media sosial. IMM Cabang Gowa juga harus menjadi produsen narasi kebaikan—dakwah yang menyentuh pikiran dan hati generasi muda. Digitalisasi juga harus masuk ke sistem tata kelola organisasi agar lebih transparan, efisien, dan partisipatif.

Gerakan profetik bukan utopia semata. Ini adalah panggilan sejarah yang dapat diwujudkan dengan kerja kolektif, kesadaran ideologis, dan komitmen pada nilai Ikatan. IMM Cabang Gowa hari ini membutuhkan pemimpin yang tidak hanya cakap mengelola struktur, tetapi juga mampu menyalakan semangat kenabian dalam setiap kader—membentuk insan-insan yang berpikir untuk umat, berjuang untuk keadilan, dan tetap teguh di jalan Tuhan serta memahami konteks zaman di era digital sebagai bentuk kebutuhan saat ini. Maka, IMM bukan hanya organisasi, tetapi mampu menempuh jalan-jalan profetik untuk menunaikan tugas suci amar ma’ruf, nahi munkar, dan tu’minuna billah.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UMSI

Leave a Reply