Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
AUM Pendidikan

Mengurus Pesantren Muhammadiyah Jangan Hanya Sambilan

×

Mengurus Pesantren Muhammadiyah Jangan Hanya Sambilan

Share this article
Wakil Ketua PWM Sulsel, Mawardi Pewangi saat memberikan sambutan (sumber foto: hfs)

KHITTAH.CO, MAKASSAR- Sederhananya, ulama adalah seseorang yang menguasai ilmu agama Islam secara mendalam.

Ia menjadi tempat bertanya bagi umat dan menjadi patron dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.

Baiknya kehidupan masyarakat akan turut dipengaruhi oleh keberadaan ulama di tempat tersebut.

Kedudukan ulama saat ini dan pada masa yang akan datang sangat diperlukan. Oleh karena itu, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan hingga saat ini telah mendirikan 23 pondok pesantren, pondok tahfidz, dan Muhammadiyah Boarding School yang tersebar di beberapa kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan.

Untuk tahun ajaran baru ini, setiap pondok pesantren telah menerima calon santri baru. Rapat Koordinasi Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah dan Mudir Pondok Pesantren Muhammadiyah se-Sulawesi Selatan memaparkan data terkait santri setiap pondok.

Rapat koordinasi yang dihelat pada Ahad, 20 Agustus 2023 di Kampus Ma’had Al Birr Unismuh Makassar itu memaparkan bahwa terdapat sekitar dua ribu orang santri baru. Para santri ini sudah masuk pendidikan di pesantren masing-masing sejak bulan lalu.

Acara rapat koordinasi tersebut dibuka secara resmi oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Mawardi Pewangi.

Dalam amanahnya, Mawardi mengatakan bahwa pesantren Muhammadiyah harus lebih memberi arti bagi umat dan bangsa. Itu dapat terwujud jika pengelola bertekad keras dengan upaya konkret yang terukur.

Pesantren Muhammadiyah harus menjalankan amanah yang telah dipercayakan oleh orang tua siswa yakni menanamkan nilai-nilai dan pengetahuan agama yang kuat.

Ditambahkan oleh Ketua LP2M PWM Sulsel, Luqman Abdul Samad bahwa pengelolaan pesantren Muhammadiyah harus lebih profesional dan terfokus.

“Tidak boleh lagi ditangani secara sambilan. Seperti yang dicontohkan pondok pesantren Muhammadiyah di Jawa, yang awalnya dikelola kader-kader Muhammadiyah. Sekarang, sudah maju dan berkembang,” kata Luqman.

Para mudir atau perwakilan pondok pesantren tampak antusias mengikuti acara ini. Hal itu, salah satunya terlihat pada Amiruddin Bakri dari Luwu.

Ada juga Muhammad Adnan dari Bantaeng, serta utusan lainnya, yang sebagian besar adalah kader-kader tulen Muhammadiyah.

Syamsir Dewang Direktur Muhammadiyah Boarding School Makasssar

Di antara peserta yang hadir dalam rakor, sosok yang cukup mendapat perhatian adalah Syamsir Dewang.

Syamsir merupakan pimpinan Muhammadiyah Boarding School Makassar. Jabatan sebagai pimpinan baru diterimanya dalam dua bulan terakhir.

Dia adalah guru besar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Menyelesaikan program doktoralnya di Jepang dan pernah terpilih sebagai dosen terbaik di Sulawesi Selatan.

Agak terasa aneh memang. Namun begitulah di Muhammadiyah. Boleh dikatakan, itulah sebagai salah satu pembeda dengan pondok pesantren lain. Dia bilang tak pernah terpikirkan akan menjadi mudir pesantren. “Saya “dipaksa”, kata Syamsir.

Jangan tanyakan tentang honor atau pemasukan yang dia terima. Siswa dapat belajar dengan baik dan gurunya menerima honor, itu sudah lebih dari cukup.

Satu visinya sebagai mudir pesantren ini, sangat berbeda dengan pesantren lain. Syamsir menargetkan, dalam tahun ke depan akan mewujudkan pesantren internasional.

Kerja sama sekolah di Jepang, Australia, dan Eropa sedang dirancang. Santri pada satu dua semester akan dibawa keluar negeri belajar selama beberapa bulan.

Laporan dari: Haidir Fitra Siagian

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply