Oleh : Dr.Yustin Paisal, M.T*
“Sebaik – baik orang beriman yang berjalan di permukaan bumi ini adalah yang bisa menafakkuri dan mentadabburi ayat – ayat kauni-Nya dan ayat – ayat qauli–Nya, dengan demikian mereka selalu terbimbing oleh perintah Ilahi dan nasehat orang-orang suci”. Demikian nasehat mukhasyafah-irafani-falsafati-Ilahiyah, Insya Allah. Dan, ini semoga menjadi motivasi bagi putera-puteri bangsa ini guna merancang masa depan dalam golongan “derajat tertinggi di sisi Allah!.
Bahwasanya, bumi Sulawesi dan kawasan timur indonesia adalah fakta nusantara dan tanda kebesaran Tuhan yang Maha Esa. Kita mesti menafakkuri dan mentadabburinya lalu menjadi dasar amaliyah pembangunan secara holistik-suci di nusantara ini?
Sebagai hipotesis, bahwa, banyak hal yang perlu direnungkan bagi stake holder guna pembenahan di negeri ini, khususnya pemerintah pusat. Bahwa, ketika akan melakukan moratorium ebtanas yang hampir menelan biaya rutin 500 M rupiah setiap tahunnya, maka pada salah satu sisi perlu mempertimbangkan kehadiran Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Kawasan Timur Indonesia [LIPI-KTI] di Makassar sebagai pintu gerbang menuju Indonesia Bagian Timur dan sebagai kawasan strategis pusat riset nasional-internasional pengembangan & pengelolaan SDA terintegrasi dengan penekanan pada kurikulum pendidikan holistik berbasis kompetensi-observasi dan bioteknologi. Ini adalah suatu keniscayaan!
Sudah menjadi fakta, bahwa, terjadinya kesenjangan kualitas pendidikan di KTI dibandingkan dengan kualitas pendidikan di kawasan barat ibu pertiwi sudah menjadi sedemikian rupa parahnya. Sebagai indikator, hanya berapa persenkah murid tamatan SMA negeri dan swasta ataupun Madrasah Aliyah yang berasal dari KTI yang dapat masuk ke perguruan ternama di Jawa? Barangkali, sangat minim sebagai jawaban.
Fenomena ini, jika benar adanya, maka dapat dikatakan, bahwa, distribusi kualitas pendidikan di nusantara ini boleh jadi mencerminkan ketidakadilan dalam program pendidikan yang selama ini telah dicanangkan oleh pemerintah pusat, sejak proklamasi hingga kini. Ini perlu direvisi secara fundamental!. Lalu, bagaimana hal ini dibedah dan diberi solusi?.
Menurut hemat penulis, hal ini mesti menjadi perhatian para stake holder pusat-daerah. Khususnya, presiden selaku pemimpin nomor wahid di Indonesia hendaknya lebih berkonsentrasi pada pengamatan spesifik atas kualitas distribusi pendidikan di Indonesia sebagai program strategis bagaimana meningkatkan mutu rata-rata peserta anak didik di KTI.
Barangkali salah satu yang menghambat untuk mengejar ketertinggalan ini adalah tidak adanya lembaga riset terintegrasi yang merupakan konsorsium dari segenap dunia pendidikan melalui LIPI yang selama ini tidak ada di KTI. Ini perlu ditindaklanjuti dan dipercepat guna memangkas biaya riset yang terlalu mahal sehingga bermuara pada kualitas penelitian yang sangat sulit untuk go nasional – go internasional.
Dengan adanya LIPI-KTI, maka ini adalah salah satu solusi! Sebab, dengan LIPI KTI, para guru dalam semua strata pendidikan, terlebih lagi para dosen di KTI akan lebih mudah dalam meningkatkan kualitas sdm-nya sehingga bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan peserta didik sejak usia PAUD hingga jenjang perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri, baik sekolah umum maupun pesantren, begitupun masyarakat luas. Disisi lain, pemerintah pusat dapat memangkas pengadaan biaya riset yang terpaku pada seluruh perguruan tinggi saja yang mana cenderung dikelola dengan management secara eksklusif dan sangat langkah dengan management secara inklusif!.
Disamping itu, jika melihat KTI memiliki ribuan pulau kecil dan lokasi sangat jauh namun sangat kaya dengan keanekaragaman hayati-non hayati atau dalam kaca mata paradigma pengelolaan SDA secara terintegrasi, maka LIPI-KTI ini diperlengkapi dengan alat transportasi fundametal seperti angkutan darat dan angkutan laut bahkan udara. Ataupun kapal baruna jaya yang dimiliki itu sudah semestinya dapat diadakan khusus di kawasan KTI. Para peserta didik, guru, dosen KTI dapat mengaksesnya demi peningkatan riset fundemental-aplikatif sesuai dengan capaian yang diinginkan. Bagi penulis, saat ini sangat kurang yang mendalami secara fundamental bioteknologi sebagai konsep terkini untuk menggali potensi sumber daya alam kita yang berlimpah.
Namun demikian, yang juga sangat fundamental untuk ditelaah adalah konsorsium dunia pendidikan, baik antar sekolah, antar pesantren, antar perguruan tinggi, dan perguruan tinggi-LSM guna memperbaiki kualitas kurikulum menuju kurikulum berbasis kompetensi-observasi. Kurikulum ini memadukan antara kurikulum seperti teaching industrial program seperti di sekolah Vokasi UGM dan kurikulum berbasis kompetensi dan karakter. Bahwa penambahan kata observasi menunjukkan adanya sikap kritis-kreatif-inovatif pada pemahaman mendalam melalui tafakkur dan tadabbur atas fenomena ayat kauni dan ayat qauli.
Patut menjadi contoh gebrakan dalam hal kurikulum kompetensi-observasi adalah Universitas Karya Darma Makassar (UKDM) dan UPRI Makasar yang mana dulu bernama Universitas Veteran Republik Indonesia, berusaha memperjuangkan kurikulum kompetensi-observasi bahkan pada setiap mata kuliah yang didalami oleh fakultas teknik. Bagi UKDM, Ini barulah program usulan guna meningkatkan mutu pendidikan tinggi setelah langsung dikelola oleh Dewan Pimpinan Pusat Veteran Jakarta. Kedepan UKDM menjadi salah satu perguruan Veteran Negeri di tanah air, insya Allah! Demikian pula pendirian SMK Biosains Baturappe Muhammadiyah, yang berpusat di Baturappe, Kab. Gowa Sulsel sebagai mitra UKDM dan UPRI. Hal ini disarankan oleh penulis sendiri untuk memperjuangkan adanya LIPI-KTI dan Pesantren Biosains Internasional di Bumi Sulawesi Selatan khususnya dan KTI pada umumnya. Pimpinan Pusat (Via Dr Muhajir & Prof. Ayat Dimiyati), Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah menanggapi positif setelah penulis dan H Lawa dkk mengadakan audensi atas pengembangan SMA Muhammadiyah menuju Pesantren Biosains Baturappe Muhammadiyah di UNISMUH sekitar bulan september 2016. Semoga LIPI-KTI dan Pesantren Biosains dapat booming di KTI. Insya Allah!!!
*Penulis adalah Direktur Pusat Studi Energi dan Sumber Daya Alam.