(Profil Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si.)
KHITTAH.CO, MAKASSAR — Jika akreditasi adalah wajah universitas, maka tata kelola keuangan dan administrasi adalah nadinya. Dr. Hj Ihyani Malik, M.Si., Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, hadir sebagai sosok yang memastikan “nadi” itu berdenyut teratur. Dilantik pada Selasa, 8 April 2025, perempuan kelahiran Ujung Pandang, 15 Mei 1971 ini memikul tanggung jawab besar: membidangi SDM, keuangan, aset, dan administrasi umum. Visinya jelas: membangun sistem yang transparan, efisien, dan berintegritas sebagai fondasi reputasi akademik Unismuh di kancah Asia.
Dari Pesantren Hingga Birokrat Kampus
Lingkungan Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara menjadi sekolah pertama bagi Ihyani. Di sana, ia belajar bahwa kepercayaan tidak datang instan, tetapi dibangun dari ketertiban dan konsistensi.
Prinsip itu ia bawa hingga meraih gelar sarjana Administrasi Negara di Unismuh (1994), magister Administrasi Pembangunan di Universitas Hasanuddin (2003), dan doktor Ilmu Administrasi Publik di Universitas Negeri Makassar (2013). “Pesantren mengajarkan saya: sistem yang baik dimulai dari kebiasaan kecil yang disiplin,” ujarnya.
Sebelum menduduki posisi Wakil Rektor II Unismuh, Ihyani telah membuktikan diri sebagai penggerak sistem. Ia pernah menjadi Sekretaris Kantor Penjaminan Mutu, Wakil Dekan II, lalu Dekan FISIP Unismuh selama dua periode.
Di luar kampus, pengalamannya sebagai Asesor Badan Akreditasi Sekolah/ Madrasah dan anggota Tim Seleksi KPU Sulsel memperkaya pemahamannya tentang tata kelola yang akuntabel. Ia juga dikenal sebagai Pengamat Kebijakan Publik.
Ihyani juga merupakan aktivis Muhammadiyah sejak belia. Pernah menjadi aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), kini ia merupakan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Takalar sekaligus Ketua Komunitas Aisyiyah Unismuh Makassar.
Agenda Strategis
Sebagai Wakil Rektor II, Ihyani menggulirkan agenda strategis. Pertama, membangun sistem keuangan terintegrasi di seluruh fakultas agar data dapat dipantau secara real-time. Kedua, memastikan laporan keuangan mudah diakses oleh pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal.
Untuk menyokong hal ini, ia mendorong digitalisasi proses keuangan lintas unit, menyusun SOP seragam, serta menyelenggarakan pelatihan rutin bagi staf administrasi. Tak lupa, ia mengusulkan penempatan staf keuangan khusus di tiap fakultas guna menjamin konsistensi prosedur.
“Kita tidak bisa bicara reputasi akademik jika sistem administratif rapuh. Integritas keuangan adalah fondasi yang tidak bisa ditawar. Dengan sistem keuangan yang tertata, riset dan kerja sama internasional akan lebih mudah diakselerasi,” ujarnya.
Namun, tantangan tak kecil menanti. Mengubah budaya kerja dari manual ke digital, serta memastikan seluruh unit patuh pada SOP, membutuhkan kesabaran dan komitmen.
Bagi Ihyani, ini bukan hal baru. Sejak kecil, ia terbiasa dengan ritme disiplin pesantren. “Kepercayaan tidak dibangun dengan retorika, tapi dengan bukti transparansi dan akuntabilitas,” katanya. Di tangan ahli administrasi yang pernah membawa FISIP Unismuh melesat ini, harapan untuk tata kelola pendidikan yang bersih dan modern bukan sekadar mimpi.
Ihyani Malik bukan hanya penjaga angka-angka, tetapi juga perajut kepercayaan. Di tengah ambisi Unismuh menuju panggung Asia, ia mengingatkan semua pihak: kampus yang besar tidak hanya lahir dari riset gemilang, tetapi juga dari sistem yang mampu dipercaya.