Oleh: Syamsul Hidayat*
Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi kader yang bertujuan menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi pemuda Islam demi terwujudnya kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Keberadaan anggota yang terdidik, terlatih, dan memiliki pemahaman ideologi yang kuat merupakan keniscayaan yang harus diwujudkan Pemuda Muhammadiyah.
Selain itu, kiprah dan peran strategis Pemuda Muhammadiyah yang termanifestasi melalui kiprah kader-kader terbaiknya semakin dirasakan dalam konteks kehidupan berbangsa. Atensi masyarakat terhadap Pemuda Muhammadiyah semakin besar seiring ketertarikan banyak elemen pemuda untuk bisa bergabung dan menjadi bagian Pemuda Muhammadiyah lewat jalur-jalur formal organisasi.
Situasi ini perlu dibaca dengan saksama agar menjadi landasan bagi Pemuda Muhammadiyah untuk menjadikan masifikasi kaderisasi sebagai salah satu agenda aksi. Pemuda Muhammadiyah tidak boleh sebatas menunggu kader alumni dari IMM atau IPM, tetapi harus memperluas gerbang kaderisasi sehingga dapat mewadahi pemuda secara umum yang simpatik pada gerakan Pemuda Muhammadiyah. Apa lagi Pemuda Muhammadiyah memiliki sistem perkaderan (SPPM) sebagai instrumen yang jelas dalam aktivitas perekrutan anggota secara mandiri.
Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan memulai misi besar mencetak 10.000 kader yang mengiringi revitasilasi organisasi sampai pada tingkat kecamatan dan desa se-Sulawesi Selatan. Targetnya, di semua desa di seluruh Sulawesi Selatan akan diselenggarakan Baitul Arqam Dasar sebagai rekrutmen kader dalam jangka waktu dua tahun ke depan.
Keseriusan Pemuda Muhammadiyah dengan misi besar ini terlihat dalam pelaksanaan Pelatihan Instruktur Wilayah (PIWIL) yang menjadi agenda perdana mendahului semua kegiatan lainnya. Selain mencetak para instruktur andal sebagai aktor kaderisasi, pelatihan instruktur ini juga merumuskan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan 10.000 kader secara sistematis.
Kesadaran Kolektif
Keberadaan 10.000 kader yang dilahirkan lewat Baitul Arqam Dasar ini bukanlah sebuah hal yang utopis, melainkan target yang jelas yang akan memacu seluruh level kepemimpinan sampai tingkat cabang dan ranting untuk serius mewujudkannya. Kesadaran kolektif menjadi kunci awal masifikasi kaderisasi berjalan sukses. Bidang Kader Pimpinan Wilayah harus membangun ko0rdinasi yang baik kepada bidang kader seluruh Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang agar spirit dan paradigma agenda kaderisasi dapat diresapi dalam satu tarikan nafas yang sama.
Perkaderan Inklusif
Paradigma kaderisasi harus diperbarui sesuai dengan perkembangan psikologis manusia. Perkadran Pemuda Muhammadiyah harus mewadahi segala latar belakang pemuda tanpa meninggikan sekat eksklusifitas. Pendekatan dan metode dalam Baitul Arqam dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kecenderungan calon peserta. Prinsip metodologi yang dipahami Muhammadiyah lewat pendekatan bayani, burhani, dan irfani harus menjadi corak perkaderan agar penanaman ideologi dibangun tidak hanya sebagai sebuah kesadaran magis, sehingga kualitas kekaderan dan keislaman peserta bisa lebih kuat sebagaimana karakterisik Islam Berkemajuan.
Baitul Arqam Dasar Tematik
Materi dalam Baitul Arqam perlu menyesuaikan diferensiasi peserta dalam beragam identitas tanpa mengabaikan esensi perkaderan berdasarkan SPPM. Materi dan metode Baitul Arqam tidak boleh monoton dan kaku untuk seluruh lokasi perkaderan, tetapi harus didinamisasi berdasarkan need assessment dan tipologi peserta. Misalnya, materi Baitul Arqam untuk cabang yang berada di daerah pesisir dengan keumuman peserta yang berprofesi sebagai nelayan akan berbeda dengan alur materi pada cabang yang berada pada lingkungan bisnis ataupun lainnya.
Mewadahi dan Mengembangkan Potensi Pemuda
Perkaderan Pemuda Muhammadiyah bukanlah ajang menciptakan kepribadian baru akan tetapi sarana pengarusutamaan serta penguatan kompetensi pemuda. Diharapkan lewat Baitul Arqam selain penguatan pemahaman Islam dan kemuhammadiyahan yang semakin kuat, potensi dasar dan passion pemuda juga bisa semakin berkembang dan terwadahi.
Pemuda Muhammadiyah harus mendesain pola perkaderan berbasis komunitas dengan follow-up berbasis minat dan bakat. Stimulasi dan materi yang disajikan dalam Baitul Arqam harus mampu menjawab kebutuhan praksis calon peserta. Dengan itu, peserta yang berasal dari beragam latar belakang seperti pengusaha, kalangan profesional, petani, nelayan, dan lainnya bisa merasakan kebermaknaan berada di dalam Pemuda Muhammadiyah.
*Wakil Ketua PW. Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan (Bidang Kaderisasi)