Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Milad 107 tahun Muhammadiyah, Dekan FKIP Unismuh Makassar: Momentum Peneguhan Gerakan Ilmu

×

Milad 107 tahun Muhammadiyah, Dekan FKIP Unismuh Makassar: Momentum Peneguhan Gerakan Ilmu

Share this article

KHITTAH, MAKASSAR – 18 November 2019, Persyarikatan Muhammadiyah telah berusia 107 tahun. Dalam merefleksikan Milad tersebut, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar Erwin Akib Ph.D. berpandangan, agar Muhammadiyah kembali meneguhkan identitas Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu.

Hal itu disampaikan Erwin, Senin (18/11) di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, Jl. Sultan Alauddin. “Ini sejalan dengan tema Milad ke 107 Muhammadiyah, “Mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Menurutnya, tema tersebut merupakan penegasan khittah perjuangan Muhammadiyah, sejak dilahirkan hingga kini. Memang sejak awal kelahirannya, kata Erwin, Muhammadiyah telah meneguhkan diri sebagai Gerakan Ilmu. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk pengajian, pendirian sekolah dan penerbitan majalah.

“Bahkan menurut sejarawan Taufiq Abdullah, tiga kata dalam pembukaan UUD 1945, yaitu ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ merupakan usulan para tokoh Muhammadiyah di Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,” jelas Erwin.

Oleh karena itu, sebagai pencetus gagasan, sambung Erwin, Muhammadiyah perlu memberi contoh dengan melakukan penguatan SDM ke seluruh komponen persyarikatan Muhammadiyah.

Sayangnya, ungkap Dekan FKIP Unismuh ini, setelah 107 tahun ide tersebut dikumandangkan, nampaknya habitat tempat Muhammadiyah tumbuh dan berkembang belum beranjak jauh. “Bangsa ini masih memiliki budaya keilmuan yang rendah, misalnya rendahnya budaya baca, minimnya produktivitas karya ilmiah, dan kreativitas teknologi,” jelas alumni S3 Universitas Teknologi Malaysia ini.

Erwin menjelaskan, lemahnya budaya ilmiah menyebabkan bangsa Indonesia tidak mampu mengeksplorasi kekayaan alam semaksimal mungkin, membangun keadaban publik, melahirkan produk budaya yang unggul, dan menggunakan teknologi secara produktif.

“Kelemahan dalam budaya keilmuan juga menyebabkan sebagian warga bangsa sering bertindak tidak rasional, primordial yang sempit, dan beragam perilaku klenik atau mistis yang mematikan akal sehat,” katanya.

Oleh karena itu, kata Erwin, Muhammadiyah harus terus melanjutkan kontribusi riil dalam pembangunan bangsa, termasuk penguatan kapasitas SDM di berbagai pelosok, seperti wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar.

Menurut nakhoda FKIP Unismuh Makassar ini, bangsa Indonesia perlu membangun keunggulan dengan mengembangkan masyarakat ilmiah melalui budaya baca, menulis, berpikir rasional, bertindak strategis, dan menggunakan teknologi untuk hal-hal yang positif dan produktif.

“Hemat saya, hanya Muhammadiyah yang bisa membantu negara mewujudkan itu,” tutupnya.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UNISMUH MAKASSAR

Leave a Reply