Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Mubalig Muhammadiyah Makassar Berkumpul, Ta’mir Masjid Ridha Paparkan Program Memakmurkan Masjid

×

Mubalig Muhammadiyah Makassar Berkumpul, Ta’mir Masjid Ridha Paparkan Program Memakmurkan Masjid

Share this article

KHITTAH.CO, Makassar- Para mubalig dan pengurus masjid Muhammadiyah Kota Makassar berkumpul dalam pengajian yang dihelat pada Ahad, 19 Februari 2023.

Pengajian yang dihelat di Masjid Ridha Muhammadiyah Cabang Karunrung itu untuk menyiapkan para mubalig dan pengurus masjid dalam menyambut Ramadan.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Makassar, Nurdin Massi.

“Ini untuk menyegarkan para mubalig kita dalam  rangka menyambut Ramadan. Kita berkumpul bersama, me-refresh diri dan ghirah dakwah kita,” kata dia.

Forum tersebut juga dihelat agar mubalig Muhammadiyah Kota Makassar lebih terarah dan fokus untuk merancang dakwah Perysarikatan kepada umat.

“Bagaimana dakwah Muhammadiyah yang menyejukkan, menyentuh hati, sehingga dapat mengubah masyrakat menjadi lebih baik,” ungkap Nurdin.

Ia melanjutkan, untuk pengurus masjid Muhammadiyah, dirinya berharap, dalam menyambut Ramadan, manajemennya dikelola lebih baik lagi.

Jika demikian, kata dia, masjid Muhammadiyah akan menjadi pusat pembinaan umat. “Karena harapan kita, masjid Muhammadiyah bisa betul-betul menjadi pusat peradaban. Sehingga di masjid kita, selain tempat beribadah, pelayanan sosial, pelayanan pendidikan juga ada, di sana”.

Masjid Muhammadiyah yang menyediakan layanan tersebut, kata Nurdin, tentu akan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

“Sehingga pemakmuran masjid betul-betul terwujud. Masyarakat di sekitar masjid itu akhirnya, memanfaatkan. Masjid kita akan selalu ramai dikunjungi,” kata dia.

Ia mengungkapkan, pihaknya masih akan membuat forum lanjutan. Pengajin tersebut akan terus dihelat dalam rangka menyambut Ramadan.

“Pengajian selanjutnya itu akan kita lakukan setelah penyusunan jadwal ceramah mubalig di masjid-masjid Muhammadiyah selama Ramadan.”

“Kita juga akan menghelat diskusi. Insya Allah, tema diskusi akan menarik. Kita akan mengdiskusikan bagaimana Syiah menurut pandangan Muhammadiyah,” ungkap Nurdin Massi.

Ia berharap, momentum Ramadan dapat memotivasi para mubalig dan pengurus masjid untuk bergerak masif dan istikamah.

“Ramadan ini harus jadi momentum, sehingga berlanjut terus untuk bulan-bulan selanjutnya, dan seterusnya,” tandas dia.

Belajar dari Masjid Ridha

Dalam pengajian tersebut, Ketua Pengurus Masjid Ridha Muhammadiyah Cabang Karunrung, Muh. Alwi Uddin hadir sebagai pemateri. Ia membincang perihal strategi yang dilakukan pihaknya dalam memakmurkan masjid.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan itu mengungkapkan, pihaknya menjadikan akar kata ta’mir sebagai motivasi untuk memakmurkan masjid.

“Asal katanya, ammara, yuammiru, ta’mir. Kata ta’mir, memakmurkan, artinya, prinsip dasarnya itu meramaikan. Jadi motivasinya, masjid harus ramai,” kata dia.

Di Masjid Ridha, pihaknya betul-betul menyadari seluruh aspek yang dapat membuat masjid menjadi makmur. Karena itulah, kepengurusan yang dibentuk sesuai dengan aspek-aspek tersebut.

Laki-laki yang karib disapa Kiai Alwi itu sempat memperkenalkan pengurus-pengurus masjid tersebut, mulai dari wakil ketua hingga ketua bidang.

Selain itu, pihaknya juga memahami bahwa masjid sebagai tempat ibadah, pusat dakwah, serta pembinaan budaya Islami.

“Jadi, yang pertama di sini, salat jemaah dulu yang kita bina. Kita bina jemaah dengan pelaksanaan salat jemaah yang agak lebih sempurna. Karena ada juga yang belum sempurna itu. Jadi yang pertama, salat jemaah dulu. Salat Tarwih kita tidak pernah tidak lakukan,” ujar dia.

Kemudian, kata dia, setiap bulan, untuk keakraban jemaah, pihaknya menghelat sarapan pagi bersama.

“Di sini, setiap Ahad pagi. Karena mengikuti favorit jemaah, menunya lebih sering songkolo jintan dengan ayam nasu likku,” ujar dia sumringah.

Setiap bulan, pihaknya juga mengadakan pembagian beras. Program tersebut sebagai ewajantah dari spirit Al-Ma’un, ciri khas Muhammadiyah.

“Sudah banyak sekali anggotanya, penerimanya itu. Umumnya, orang-orang yang sudah tua, tapi, umumnya mereka tidak salat. Ada yang ditanya, sudah umur hampir 70-an, Subuh itu berapa rakaat, dia jawab, appa (empat). Di situlah kita masuk berdakwah ,” kata dia. 


Setiap pagi, Masjid Ridha juga menghelat pengajian. Terkhusus, Rabu dan Sabtu, pihaknya mengkaji kitab Riyadhus shalihin. “Sudah hampir tamat itu, alhamdulillaah,” ungkap Alwi.

Sementara itu, setiap Jumat, pengajian yang dihelat membincang terkait fikih setiap mazhab.

“Pesertanya orang-orang tua. Pengajiannya seru karena kadang-kadang hangat diskusinya. Pernah gabung mahasiswa, IMM, tapi tidak bisa mengikuti aliran. Karena orang tua, biasanya berdebat terus. Persoalan niat saja, empat pekan dibahas,” ungkap dia tertawa.

Untuk hari lain, pihaknya menggelar pengajian Tafsir Al-Muyassar. Setiap Kamis, Masjid Ridha menggelar pengajian yang diikuti oleh kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Negeri Makassar (UNM).

Untuk bidang Ekonomi, Masjid Ridha Muhammadiyah mengadakan Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM) Al-Kautsar. Hanya saja, dirinya mengaku, gerakan tersebut banyak tantangan besar.

“Persoalannya, lebih banyak uangnya keluar, tapi tidak kembali. Terutama penjual-penjual itu, apalagi waktu Covid. Jadi, kadang kita bilang, jangan-mi ditagih. Persoalan koperasi kita juga tidak ada karyawan,” beber dia sambil tersenyum.

Pihaknya juga pernah merencanakan pendirian kafe di masjid. Namun sayang, hal itu tidak terwujud.

“Harapan kita supaya jamaah sesudah salat, turun minum-minum kopi, teh, makan kue secara gratis. Tapi, yah. Sekarang itu dijadikan gudangnya ‘Aisyiyah,” ungkap Alwi.

Ia juga mengungkapkan, sebagai sarana pendidikan, Masjid Ridha juga menyediakan diniyah awaliyah dan taman pendidikan Alquran (TPA). Masjid itu juga seringkali menjadi tempat pengaderan IMM.

Tidak hanya itu, rutinitas kuliah tujuh menit (kultum) juga tidak pernah terhenti. Kultum tersebut digilir kepada setiap jemaah yang bisa dan mau. “Jadi, kita rutin kuliah tujuh menit. Kalau Ketua Ta’mir, kultumnya tujuh puluh menit,” kata dia diiringi tawa hadirin.

Terakhir, dalam pemaparannya, Mantan Ketua PWM Sulse itu menyebut beberapa rencana yang belum terwujud, yaitu pengadaan toko dan klinik kesehatan.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UNIMEN

Leave a Reply