Oleh : Yulisa widia wulandari*
Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil konkret dari telaah dan pendalaman/tadabbur terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Al-Quran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat: 104, maka akhirnya dilahirkan amalan konkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang melekat dalam pikiran dan denyut nadi kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Masyarakat sangat mengenal luas melalui amal usahanya, seperti contoh dibangunnya lembaga pendidikan dari mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi yang salah satunya Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, di bidang kesehatannya Muhammadiyah membangun Rumah Sakit serta Poliklinik, sedangkan di bidang sosialnya mendirikan panti asuhan,dan masih banyak lagi lainnya.
Pada 18 November 1912, tepatnya 109 tahun yang lalu telah lahir suatu organsasi Islam modernis terbesar di Indonesia, lebih tepatnya di daerah Kauman, Yogyakarta. Organisasi tersebut diberi nama dengan Persjarikatan Moehammadijah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, serta perjuangan beliau didukung langsung oleh istrinya sendiri yakni Siti Walidah atau sering dikenal dengan Nyai Siti Ahmad Dahlan, yang juga merupakan salah satu pemimpin ‘Aisyiyah.
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat: 104 yang artinya berbunyi “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.s. Ali Imran [3]: 104)
Muhammadiyah juga memainkan peran kesejarahan yang sangat penting dalam Gerakan Kebangkitan Nasional dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Contohnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathon 1918 yaitu gerakan menjungjung tinggi cinta tanah air, yang dari rahim gerakan inilah lahir seorang pemuda bernama Soedirman yang menjadi pelopor perang Grilya dan sekaligus mendapatkan gelar sebagai Bapak Tentara Nasional Indonesia.
Tidak hanya itu peran ‘Aisyiyah juga sangat penting dalam kongres perempuan pada 1928 di mana menjadi tonggak sejarah kebangkitan perempuan Indonesia. Demikian pula keploporan majalah Suara Muhammadiyah(SM) 1915 yang sejak tahun 1923 memperkenalkan penggunaan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia sebelum terjadinya Sumpah Pemuda 1928 yang sangat monumental dalam peletakan dasar Indonesia.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tidak dapat dipisahkan dari ideologi, yakni seperangkat paham tentang kehidupan dan strategi perjuangan untuk mewujudkan cita-citanya. (Kiai H.M Djindar Tamimi 1968;3). Prinsip ideologis Muhammadiyah tersebut terkandung dalam Muqaddimah, Kepribadian, Matan Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyh (MKMCH), Khittah, dan Pedoman Hidup Islam.
Milad Muhammadiyah yang ke-109 tahun bertepatan pada 18 November 2021 kemarin, mengusung tema “Optimis Menghadapi Covid-19 : Menebar Nilai Utama”. Resepsi milad Muhammadiyah dilaksanakan dan disiarkan langsung melalui YouTube dan TV Muhammadiyah. Acara ini dihadiri langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo serta Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhamadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir. M. SI.
Dalam pidatonya, Haedar Nasir selaku Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) yang dibacakan pada milad ke-109 tahun Muhammadiyah, menyatakan bahwa “Covid-19 ini telah memberikan pelajaran dan hikmah yang sangat berharga kepada manusia, serta senantiasa menjaga dan memelihara kehidupan yang baik”. Haedar juga menyampaikan beberapa poin penting/utama yang berkaitan dengan tema yang diusung yaitu sikap optimis, nila ketauhidan untuk kemanusiaan, nilai pemuliaan manusia, nilai persaudaraan dan kebersamaan, nilai kasih sayang, nilai tengahan atau moderat, nilai kesungguhan berusaha,nilai keilmuan/ilmiah, dan nilai kemajuan.
Haedar mengatakan, Muhammadiyah terus bertransformasi memberikan peran-peran yang dibutuhkan pada masanya. Muhammadiyah terus mendorong dan memainkan peran agar Indonesia menjadi bangsa dan negara yang maju dan sejahtera di berbagia bidang kehidupan, dengan tetap berpijak pada pancasila, nilai luhur agama dan kebudayaan sendiri.
Joko Widodo menyampaikan bahwa persyarikatan Muhammadiyah telah mewarnai bangsa, bersinergi, membangun kekuatan, berjuang, merasat dan memajukan Indonesia. Sejarah juga sudah mencatat, bahwa Muhammadiyah tiada henti menebarkan nilai-nilai utama untuk memperoleh umat islam yang berkemajuan sebagai kunci meraih martabat insan mulia.
Seperti halnya yang kita ketahui pada masa pandemi Covid-19 ini, Muhammadiyah sangat berjasa untuk bangsa Indonesia. Di mana Muhammadiyah tetap fokus mengatasi Covid-19 beserta dampaknya secara serius. Sejak awal Muhammadiyah konsisten bergerak produktif dalam mengatasi Covid-19 melalui program kesehatan dengan melibatkan 177 Rumah Sakit yang dikoordinasikan oleh MCCC. Bahkan menyediakan lebih dari 400 tempat tidur di seluruh Indonesia khusus untuk pasien Covid-19,serta mengadakan vaksinasi di beberapa ratusan lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pada Milad ke-109 Muhammadiyah tahun kemarin memberikan motivasi terhadap diri saya, agar senantiasa menebar kebaikan pada setiap ospek kehidupan dalam keadaan apapun dan dimanapun. Dan sudah seharusnya kita, terutama saya selaku mahasiswa yang dinaungi oleh Muhammadiyah bisa menjadi kader penerus dan pelopor kemajuan bangsa Indonesia tercinta ini agar menjadi negara yang maju dan sejahtera.
* Mahasiswa S1 Kebidanan semester 3 Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta