Khittah.co, Makassar — Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, Prof Bambang Setiaji, mendorong transformasi pendidikan tinggi Muhammadiyah melalui penguatan program studi berbasis teknologi informasi. Transformasi ini dinilai menjadi langkah strategis menghadapi perubahan zaman yang kian dinamis serta persaingan global yang semakin kompetitif.
Hal tersebut disampaikan Prof Bambang dalam forum diskusi kelompok terpumpun (FGD) yang digelar di Lantai 17 Menara Iqra, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Selasa (8/4/2025). FGD ini dimoderatori Rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong, Dr Rustamadji, dan dihadiri 33 pimpinan perguruan tinggi Muhammadiyah–‘Aisyiyah (PTMA) dari berbagai daerah.
“Fakultas Kedokteran itu penting, tapi bukan tujuan akhir. Kita harus menyiapkan sub-sub IT dalam berbagai program studi sebagai jawaban atas tantangan masa depan,” ujar Bambang.
Ia menegaskan, kampus tidak boleh stagnan dan terlalu lama larut dalam kejayaan masa lalu. Justru, kata dia, perlu keberanian untuk melakukan inovasi dan pembaruan. “Jangan berhenti berubah. Kita harus terus bergerak, memperbarui diri, dan menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang IT,” katanya.
Bambang mengkritisi pola penerimaan mahasiswa baru di sejumlah perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-BH) yang dinilainya “ugal-ugalan”. Di sisi lain, banyak program studi di perguruan tinggi swasta cenderung stagnan dan tertinggal dari perkembangan zaman.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya menciptakan ekosistem belajar yang mendukung penguasaan teknologi, sekaligus memberikan bimbingan psikososial yang menyeluruh bagi mahasiswa. “Kita ini pemimpin perubahan. Harus punya mimpi besar dan berani masuk ke dunia kompetitif,” ujarnya.
Menurutnya, banyak program studi lama sudah tidak lagi relevan. Bahkan, tidak sedikit yang “hampir masuk liang kubur”. Karena itu, kampus Muhammadiyah harus berani meninggalkan pola lama dan fokus membuka prodi yang menjawab kebutuhan zaman.
“Majelis Diktilitbang bercita-cita mendirikan Universitas IT Muhammadiyah. Ini proyek besar masa depan Muhammadiyah,” ungkap Bambang.
Arah Baru Pendidikan Muhammadiyah
Diskusi juga menghadirkan Direktur Politeknik Kesehatan Muhammadiyah, Mustari Bosra, yang menyoroti tantangan nyata di kampus-kampus Muhammadiyah, terutama di daerah. Menurutnya, keterbatasan dana dan SDM tidak boleh menjadi penghalang untuk maju.
“Dengan semangat transformasi dan kolaborasi antarkampus, kendala itu bisa kita atasi,” ujar Mustari.
Ia juga mendorong agar PTMA tak hanya bergantung pada program studi di bawah naungan Kementerian Agama. Kampus, katanya, harus berani membuka program-program baru di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, terutama yang berbasis teknologi informasi.
“Jangan bertahan hanya pada prodi lama meski menggiurkan. Kita harus berpikir ke depan dan menciptakan perubahan,” kata Mustari.
Dalam lima tahun ke depan, Muhammadiyah menargetkan menjadi kekuatan utama dalam pengembangan pendidikan tinggi berbasis teknologi di Indonesia. Kampus-kampus Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi ruang belajar yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif.
“Banyak institusi tumbang karena tidak melakukan inovasi. Oleh karena itu, mari kita melangkah menyongsong masa depan dengan semangat perubahan dan transformasi,” tutup Bambang.