KHITTAH.CO, Makassar – Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seakan-akan membuat hidup di dunia maya lebih penting dibanding hidup di dunia nyata. Paling tidak, hal yang sulit ditampik, dunia mayalah (internet) yang menentukan dunia nyata. Semua yang diperbincangkan dan berlaku di dunia nyata adalah semua yang viral. Dan, viral adalah bahasa khas, bahkan bahasa yang hanya dipakai untuk dunia maya.
Alasan itulah yang mendasari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel menggelar Pelatihan Mujahid Cyber Progresif. Acara ini mengusung tema “Masifikasi Islam Berkemajuan di Dunia Virtual”. Digelar di Hotel Laris UIN Alauddin, Sabtu-Minggu, 5-6 Januari 2019.
Menurut Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PW Muhammadiyah Sulsel Hadisaputra, sudah sejak lama Muhammadiyah menyadari pentingnya penguasaan dunia maya ini.”Bahkan, situs yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah (www.muhammadiyah.or.id) merupakan laman dengan domain terbesar di negeri ini. Laman ini dikelola sebanyak 551 subdomain website dan database. Tidak ada laman resmi organisasi yang seperti ini di Indonesia,” ungkap Hadi.
Sayangnya, dalam perjalanannya Muhammadiyah memiliki SDM yang terbatas mengikuti akselerasi di dunia maya, seperti tumbuh pesatnya aneka ragam media sosial. “Manusia modern saat ini lebih sering berjumpa secara virtual dibanding secara fisik. Oleh karenanya dakwah di berbagai lini media sosial, maupun aplikasi perpesanan, mutlak dikuasai para aktivis Muhammadiyah,” papar Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar ini.
Dari agenda ini, sambung Hadi, akan lahir mujahid cyber Muhammadiyah Progresif. Kata ‘mujahid’ merujuk pada pejuang dakwah yang secara sungguh-sungguh bersedia meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan harta untuk menjadi influencer di dunia maya. Istilah ‘progresif’ merujuk pada spirit ‘berkemajuan’ Persyarikatan Muhammadiyah.
Secara spesifik, ungkap Hadi, pelatihan berorientasi pada maksimalisasi metode dakwah transformatif Muhammadiyah berbasis teknologi informasi; masifikasi public relation atau kehumasan persyarikatan; mobilisasi sumber daya filantropi; mobilisasi advokasi kepentingan publik (politik strategis), serta untuk counter isu negatif terhadap Persyarikatan Muhammadiyah.
Sejumlah pembicara diagendakan hadir dalam acara Muhammadiyah Sulsel ini. Selain Ketua Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse, ada juga Dr. Tasrifin Tahara (Antropolog Unhas), Dr. Wahyuddin Halim (Antropolog UIN Alauddin), AS Kambie (Jurnalis Tribun Timur), Dr. KH. Mustari Bosra (Sejarawan UNM), Tim Cyber Crime Polda Sulsel, dan Tim Fasilitator Komunitas Dosen Jualan Makassar.