Oleh: Kusnadi
KHITTAH.CO – Tulisan ini lahir dari pertanyaan menggelitik tentang kegemaran kita yang suka membanding-bandingkan organisasi satu dan organisasi lainnya. Lebih baik mana Muhamadiyah atau Nahdhathul Ulama? Lebih Islami mana Wahdah Islamiyah atau Jamaah Tabligh? Adalah sekian pertanyaan yang seringkali kita dapati.
Kita semua punya jawaban tersendiri. Tergantung subjektivitas dan kesan terhadap organisasi tersebut. Bagi yang dekat dengan Muhammadiyah, akan menjawab Muhammadiyahlah yang terbaik. Begitu pula sebaliknya. Jawaban demikian tentu tidak dapat dijadikan pegangan. Sebab, mengandung banyak bias kebenaran yang tentu saja
problematik.
Pertanyaan diatas sama halnya dengan membandingkan kaki dan tangan, atau mulut dan hidung. Masing-masing adalah satu kesatuan yang memiliki peran dan kemanfaatan yang saling melengkapi. Sehingga yang satu tidak dapat dikatakan lebih baik dari lainnya.
Mari menengok penjelasan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang berbunyi “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).
Hadis tersebut menegaskan bahwa umat muslim ibarat satu tubuh yang saling bekerjasama dan saling melengkapi. Satu dan yang lain ibarat bangunan dengan struktur yang saling menopang dan menguatkan. Sebagaimana sebuah kompetisi, bahwa tim yang bekerjasama dengan baik tentu akan mencapai hasil terbaik di penghujung kompetisi.
Al-Qur’an juga mengingatkan bahwa yang terbaik disisi Allah SWT adalah tingkat ketaqwaannya. Tidak peduli Muhammadiyah, NU atau organisasi lainnya, selama ketaqwaan tidak tercermin di jiwa dan lakunya, maka gelar sebagai yang terbaik tidak patut dilekatkan padanya.
Akan tetapi, sebagian umat dan individu justru senang membangga-banggakan kelompoknya sehingga lupa pentingnya kerjasama untuk saling mendukung dan menguatkan. Kalaupun terdapat anggota tubuh yang merugikan, ibarat daging menumpang atau kanker, maka bagian itu haris dipisahkan agar tidak merusak bagian lainnya.
Patut kiranya nilai di atas agar dipahamkan dan diamalkan, tidak sekedar diajarkan pada kader-kader Muhammadiyah. Ketika ortom baik Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Hizbul Wathan, dan Tapak Suci Putra Muhammadiyah saling bekerjasama, maka Muhammadiyah akan memanen kader-kader yang unggul. Tentu harus disupport pula oleh ayahanda di setiap Pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di setiap daerah.
Hal tersebut akan berdampak pada kemajuan amal usaha dan Persyarikatan Muhammadiyah di manapun berada. Pada akhirnya, kecerahan hati dan keterbukaan pikiran bermula dari pemahaman dan pengamalan dari nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Taddampengaka maraja iyya atatta”
Penulis: Kusnadi (Ketua Prodi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam, IAIM Sinjai)