KHITTAH.CO, JAKARTA- Efek negatif disrupsi digital bisa diminamalisasi. Karena itulah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Republik Indonesia untuk membentuk Pandu Digital.
Pandu Digital bertugas memberikan literasi digital kepada masyarakat dan mendorong pengenalan kode etik netizen Muhammadiyah (NetizMu).
Persyarikatan Muhammadiyah telah merumuskan kode etik itu melalui Sembilan Poin Akhlaqul Sosmediyah sejak 2017 lalu.
Kolaborasi Persyarikatan dan Kemkominfo ditandai dengan pelaksanaan Seminar dan Workshop Pembentukan Pandu Digital di Aula Lantai 6 Masjid At-Tanwir PP Muhammadiyah di Jakarta, pada Sabtu, 26 Agustus 2023 lalu.
Pembentukan Pandu Digital diikuti oleh pimpinan majelis, lembaga dan biro, serta perwakilan organisasi otonom. Hadir pula pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Jabodetabek, pimpinan PTM Yogyakarta, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta.
Dalam sambutannya saat membuka acara, Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini. Ia berharap, dengan Pandu Digital, masyarakat Indonesia tidak terseret oleh ekses negatif dunia digital.
“Kelemahan literasi bukan hanya di Muhammadiyah saja, tetapi seluruh bangsa kita. Dari 1000 orang hanya seorang yang melek membaca,” ungkap dia.
Selain itu, Dadang juga berharap akselerasi sistem digitalisasi di Muhammadiyah yang telah dibahas pada Muktamar ke-48 semakin cepat terwujud.
“Di Muhammadiyah sendiri kami sedang menjalankan digitalisasi, dimulai seminar Pra-Muktamar di UAD yang lalu, untuk membahas bagaimana lima tahun ke depan menyukseskan digitalisasi di Muhammadiyah,” ujar dia.
Sementara itu, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, Muchlas mengatakan, kerja sama terkait transformasi digital MPI dengan Kemkominfo sangat bermanfaat karena Persyarikatan ini memiliki banyak amal usaha yang terdiri atas PTM dan Aisyiyah, sekolah dasar, hingga PAUD.
“Kita memiliki 171 PTM, sepertiganya berbentuk universitas. Ini jadi sasaran literasi digital, juga ribuan SMP dan tingkat madrasah tsanawiyah (MTs), PAUD dan TK lebih dari 20 ribu,” kata Muchlas.
Angka itu, lanjut dia, menjadi modal penting untuk mengarahkan bangsa Indonesia selamat dari efek negatif disrupsi. Apalagi disrupsi digital kini telah merambah dunia pendidikan dan industri.
“Oleh karena itu, dari tiga aspek revolusi industri 5.0, peran manusia mulai didominasikan. Robot hanya membantu manusia, bukan mengganti manusia, sehingga literasi digital sangat diperlukan dalam membekali seluruh lapisan khususnya dalam bidang pendidikan. Sekolah-sekolah harus dibekali sehingga perlu disiapkan para pemandu untuk sekolah-sekolah dan PTM,” tegas dia..
Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Kemkominfo, Bambang Tri Santoso mengatakan, saat ini, Kemkominfo sedang gencar melakukan gerakan literasi digital.
“Ini penting karena indeks literasi digital kita masih tertinggal. Untuk ketertinggalan itu mari sama-sama berkolaborasi, karena Muhammadiyah merupakan organisasi yang besar untuk membantu pemerintah melaksanakan literasi digital,” katanya. Pandu Digital adalah fasilitator untuk pendamping masyarakat pendidikan, wisata, UMKM, petani nelayan dan pendampingan desa.
“Pandu digital juga concern melakukan literasi pandu digital ke masyarakat. Kami berterima kasih Muhammadiyah tanggap cakap digital, aman digital, budaya digital, etika digital,” tutup Bambang.