KHITTAH.CO, Melbourne — Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Australia menggelar Musyawarah Cabang Istimewa (Muscab) ke-3 pada Sabtu, 6 Desember 2025. Kegiatan berlangsung secara hybrid, dipusatkan di City Library Melbourne dan diikuti secara daring oleh kader ‘Aisyiyah dari berbagai negara bagian di Australia.
Pada periode 2023–2025, PCIA Australia mencatat berbagai capaian penting. Salah satu yang paling menonjol adalah keberhasilan meraih grant dari pemerintah setempat untuk program pemberdayaan para senior Indonesia di Melbourne. Program tersebut dinilai semakin memperluas kontribusi PCIA Australia dalam pelayanan sosial, peningkatan kesejahteraan, dan kualitas hidup warga senior diaspora.
Muscab tahun ini membahas empat agenda utama, yakni:
- Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban PCIA Australia Periode 2023–2025.
- Pengesahan hasil sidang pleno terkait organisasi, program kerja, dan rekomendasi.
- Penetapan 10 calon tetap anggota PCIA Australia Periode 2025–2027.
- Penetapan 7 anggota PCIA Australia Periode 2025–2027 beserta ketuanya.
Salah satu keputusan penting Muscab adalah penetapan kembali Rina Febrina Sarie sebagai Ketua PCIA Australia untuk periode 2025–2027. Ia kembali dipercaya memimpin setelah menuntaskan periode sebelumnya. Adapun tujuh anggota terpilih dari sepuluh calon tetap yakni: Almas Arafatul Musfirah, Badra Al Aufa, Fauzia Farah Az Zahra, Khilda Wildana Nur, Pheby Mawaddah Situmorang, Rina Andriana, dan Rina Febrina Sarie.
Dalam sambutannya, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia, Yudhistira Ardhi Nugraha, menegaskan bahwa keberadaan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Australia membawa tanggung jawab besar sebagai representasi wajah Indonesia dan Islam.
“Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Australia adalah wajah Indonesia. Karena itu, kita harus menunjukkan teladan yang baik dan menebarkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayyinah, memberikan arahan agar PCIA Australia memaksimalkan masa kepemimpinan yang cukup singkat, yakni hanya dua tahun. Menurutnya, program yang dibuat harus realistis dan berdampak langsung bagi komunitas.
“Periode dua tahun ini singkat, jadi rancanglah program yang benar-benar dibutuhkan dan berdampak nyata,” pesannya.
Di tengah dinamika kehidupan diaspora, PCIA Australia dinilai mampu menjaga semangat fastabiqul khairat dengan terus memperkuat kebersamaan serta menghadirkan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi umat dan masyarakat luas. Penguatan ukhuwah, keterlibatan aktif dalam kegiatan persyarikatan, serta kolaborasi dengan komunitas lokal disebut menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan dakwah ‘Aisyiyah di Australia.
Muscab ke-3 ini diharapkan menjadi momentum konsolidasi sekaligus penguatan organisasi untuk menghadirkan lebih banyak program yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak bagi komunitas Indonesia di Australia.
(Khilda Wildana Nur)





















