Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Pembelajaran Daring di Masa Pandemi

×

Pembelajaran Daring di Masa Pandemi

Share this article

Oleh: Sri Nengsi*

Bulan yang lalu negara kita dihebohkan dengan menyebarnya wabah penyakit yang disebabkan oleh Covid-19, berawal dari munculnya wabah ini di salah satu kota China yang kemudian meluas hingga ke berbagai negara pada tahun 2020 tepatnya di bulan Maret melanda di negeri kita dan hingga saat ini masih melanda wabah tersebut. Hingga saat ini berdampak pada sektor pendidikan di Indonesia. Para pelajar mau tidak mau, bisa atau tidak bisa harus menjalani proses pembelajaran jarak jauh atau di belajar di rumah .

Pandemi Covid-19 ini menyebabkan adaptasi besar-besaran pada seluruh sektor, termasuk pendidikan. Pada tanggal 9 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mengeluarkan Surat Edaran Nomor 2 tahun 2020 dan Nomor 3 tahun 2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Kebijakan ini perlahan-lahan mulai diadaptasi oleh berbagai institusi pendidikan, mulai dari pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pembelajaran daring (online learning) rasanya sudah tidak asing lagi bagi setiap pelajar dalam setahun ini. Hal ini disebabkan oleh Pandemi Covid-19 yang berdampak pada perubahan aktifitas belajar-mengajar. Proses pembelajaran yang semula tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh yang wajib menggunakan bantuan layanan konektifitas internet.

Baiklah sebelum saya menyampaikan opini saya tentang Pembelajaran Daring, saya akan menjelaskan apa yang dimakusd dengan Pembelajaran Daring itu ? mungkin sudah banyak dari kita yang sudah tahu apa itu Pembelajaran Daring. Dan Pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia. Adapun macam-macam platform pembelajaran daring yang biasa dipakai adalah WhatsApp, Zoom, Google meet, Google Classroom.

Dari pernyataan di atas, maka saya langsung saja menyampaikan opini saya terkait Pembelajaran Daring. Dengan pembelajaran di rumah, saya dapat fleksibel mengatur waktu, seperti kapan mengerjakan tugas, membantu orang tua, istirahat, beribadah, dan lain-lain. Awalnya saya tidak tahu apa itu aplikasi Zoom atau Google meet yang digunakan saat belajar Daring.

Melalui pembelajaran jarak jauh, saya akhirnya mengetahui dan terbiasa menggunakan apikasi Zoom atau aplikasi lainnya untuk belajar. Salah satu yang saya suka dari pembelajaran jarak jauh ini adalah saya mempunyai waktu lebih banyak untuk berkumpul bersama keluarga, saya senang sekali karena sepanjang hari bisa bertemu mereka di rumah.

Tetapi, dengan semuanya serba online, mulai dari mempelajari modul pelajaran, latihan soal, mengumpulkan tugas, diskusi dengan teman, sampai ulangan. Walau pun sistem online memudahkan banyak pekerjaan, namun dalam proses pembelajaran, kami jadi mendapatkan tambahan pekerjaan, yaitu membuat dan mengirimkan foto, video, download materi, dan upload tugas yang telah dikerjakan.

Saya sampai pusing dan stres jika masih mengerjakan tugas lalu ada lagi tugas lain yang harus dikumpulkan pada jam yang sama. Ada juga tugas yang terlambat saya kumpulkan karena terkendala jaringan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran tersebut,sehingga banyak peserta didik yang tidak memanfaatkan waktu pembelajaran tersebut dengan sebaik-baiknya.

Menurut saya belajar online itu menyenangkan meskipun kurang efektif seperti belajar tatap muka seperti biasa, tetapi mengingat sekarang adanya pandemi ini semangat belajar kita tidak boleh turun justru harus lebih semangat, Pembelajaran Daring bisa menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Dan berbagai masalah yang ada salah satu masalah yang saya keluhkan sebagai pelajar, seperti selalu kesulitan dalam mengerjakan tugas karena tugas diberikan tanpa penjelasan materi terlebih dahulu, sedangkan tugas yang diberikan sangat banyak dan waktu pengerjaan tugas yang singkat. Pembelajaran secara daring memang unggul dalam feasibility waktu dan tempat, bisa dari mana saja dan kapan saja.

Dan permasalahan yang sering terjadi juga bukan hanya pada sistem pembelajarannya saja akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan guru guna untuk memfasilitasi penggunaan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet. Sedangkan bagaimana dengan orang tua mereka yang memiliki penghasilan rendah atau dari kalangan menengah ke bawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal ini menjadi beban berat bagi orangtua yang ingin melihat anaknya untuk terus dapat mengikuti pembelajaran daring tersebut.

Keluh kesah saya selama mengikuti proses daring adalah sulit mencerna materi karena tidak adanya tatap muka secara langsung. Koneksi internet seringkali menjadi kendala. Semoga kegiatan belajar mengajar normal kembali dan bisa dilaksanakan kembali seperti biasanya. Saya harap permasalahan cepat selesai dan kembali seperti semula.

 

* Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply