Oleh: Irwan Akib (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
Sejak keluarnya Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, ditetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang diambil dari kelahiran Ki Hajar Dewantara, maka setiap tahun bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pendidikan Nasional. Pada sisi lain, tanggal 2 Mei juga merupakan hari lahirnya Pemuda Muhammadiyah, yang berdiri sejak tanggal 2 Mei 1932, sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah.
Pada tahun ini, kedua momen tersebut diperingati dengan mengambil tema yang manarik, hardiknas mengambil tema Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua, sedangkan Pemuda Muhammadiyah mengusung tema Pemuda Negarawan Totalitas Untuk Indonesia Raya. Kedua tema tersebut memiliki relevansi yang cukup erat. Menjadi Pemuda Negarawan tentu butuh proses, dan proses tersebut yang paling menentukan adalah pendidikan itu sendiri, tentu pendidikan yang memiliki kualitas yang mumpuni.
Bila menengok perjalanan panjang bangsa ini sejak kebangkitan nasional hingga saat ini, khususnya tokoh-tokoh sentral pendidikan nasional adalah orang-orang yang saat itu masih tergolong usia muda atau dalam kategori pemuda. Tiga tokoh utama pendidikan nasional yaitu Mohammad Sjafii (1893-1963), ketika mendirikan ruang pendikian INS Kayu Tanam baru berusia 33 tahun. Ki Hajar Dewantara ketika mendirikan Perguruan Taman siswa, berusia 33 tahunm. Sedangkan, Kiai Ahmad Dahlan ketika pertama merintis sekolah tahun 1911, berusai 43 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemuda sangat penting artinya bagi perjalanan suatu bangsa.
Pemuda Muhammadiyah sebagai ortom Muhammadiyah yang merupakan organsiasi kader diharapkan tidak hanya menjadi pelanjut cita perjuangan Muhammadiyah, tetapi juga diharapkan bisa memberi kontribusi bagi bangsanya. Dalam hal ini, dibutuhkan proses yang panjang melalui berbagai wahana, baik pendidikan formal maupun non formal, pelatihan, dan pelibatan dalam aktivitas organisasi.
Proses panjang ini akan melahirkan pemuda yang memiliki identitas sebagai kader Muhammadiyah yang memiliki komitmen kuat terhadap kemajuan bangsanya, memiliki visi yang jelas, yang pada gilirannya lahir sebagai pemuda negawaran. Dzulfikar Ahmad Tawalla selaku Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah mengatakan bahwa, ”Pemuda Negarawan sejatinya adalah refleksi panjang atas perjalanan bangsa Indonesia. Apa yang telah dilakukan oleh para pemuda prakemerdekaan seperti Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, dan tokoh pemuda semasanya, serta gerakan yang dimotori kaum muda seperti Sumpah Pemuda mengilhami rumusan visi Pemuda Negarawan.”
Pemuda Negarawan totalitas untuk Indonesia Raya, memberi makna mendalam tentang peran Pemuda Muhammadiyah terhadap negeri ini. Mereka diharapkan tidak hanya hadir sebagai aktivitis yang bergerak untuk kepentingan diri pribadi dan organisasinya, tetapi lebih dari itu mereka hadir dengan dedikasi yang tinggi, komitmen yang kuat, dan penuh integritas memajukan negara ini.
Pemuda Muhammadiyah harus dapat tampil menyiapkan kader-kader terbaiknya memberi solusi untuk negeri, bukan hadir untuk gagah-gagahan dan sekadar menjadi pelengkap dalam dinamika kehidupan kebangsaan. Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah mengatakan bahwa, “Pemuda Negarawan adalah mereka para pemuda yang memiliki tanggung jawab kepada bangsa dan negaranya, meletakkan kepentingan umum (bangsa dan negara) di atas kepentingan yang lain. Dalam mewujudkan visi Pemuda Negarawan, Pemuda Muhammadiyah telah merumuskan 4 pilar gerakan yaitu pilar Islam berkemajuan, pilar keilmuan atau intelektual, pilar politik kebangsaan, dan pilar kemandirian melalui kewirausahaan sosial. Selain empat pilar, karakter Pemuda Negarawan terbentuk dari nilai-nilai (values). Nilai ini digali dari praktik para pendiri dan konstitusi bangsa Indonesia serta wawasan global. Nilai Pemuda Negarawan didasarkan atas nilai utama yaitu Kemanusiaan, Persatuan, Kekeluargaan, Gotong Royong, dan Moderat.”
Pendidikan bermutu menjadi penting artinya bagi masa depan bangsa apa lagi Indonesia bertekad pada tahun 2045 menjadi Indonesia Emas. Indonesai Emas tidak akan bisa dicapai bila pendidikan nasional kita tertinggal, Aristoteles mengatakan bahwa apa yang terjadi pada masyarakat masa kini merupakan dampak dari pendidikan yang diperoleh kaum muda masa lampau.
Bila pendapat Aritolotes tersebut dilihat dalam perspektif masa depan, dapat dikatakan bahwa kondisi suatu bangsa di masa depan tergantung pengalaman pendidikan yang diperoleh kaum muda masa kini. Hal ini menunjukkan negara harus hadir memberi jaminan pendidikan kepada anak-anak generasi masa depan, karena pendidikanlah yang akan membangkitkan suatu negara dari keterpurukan. Kehadiran negara dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua tidak bisa tanpa partispasi dari berbagai kalangan. Negara membutuhkan partisipasi masyarakat.
Pendidikan bermutu untuk semua tidak cukup hanya dimaknai meratanya pendidikan di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia, tetapi juga harus memberi ruang kepada setiap anak negeri untuk menikmati pendidikan tanpa dsikrimniasi, tanpa membedakan status sosial ekonomi, latar budaya dan etnis, serta mempertimbangakan faktor fisiologis dan psikologis anak didik. Semua harus mendapatkan pendidikan yang bermutu.
Walaupun dipahami bahwa keragaman etnis, sosial ekonomi, apa lagi faktor fisiologis dan psikologis bukanlah hal yang mudah bila pendidikan dikelola secara seragam. Pendidikan perlu mempertimbangkan berbagai faktor tersebut agar pendidikan bermutu untuk semua dapat direalisasikan.
Partisipasi semesta mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua, merupakan hal yang sangat penting artinya bagi masa depan pendidikan. Pendidikan tidak bisa hanya dilihat sebagai tanggung jawab pemerintah pusat apa lagi bila pendidikan hanya menjadi tangung jawab sekolah dan guru.
Sebaik apapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat bila tidak didukung oleh pemerintah daerah, kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Disinilah, kolaborasi dibutuhkan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sebab dengan otonomi daerah pengelolaan pendidikan ada di tangan pemerintah daerah baik kabupaten kota maupun propinisi.
Di sisi lain peran masyarakat dan para tokoh masyarakat juga memiliki peran penting, lebih khusus pada pembentukan karakter peserta didik. Kita memahami bahwa anak-anak membutuhkan figur teladan dan mereka sering menjadi para pesohor, politikus, pejabat publik sebagai figur yang menjadi patron mereka. Sehingga menjadi ironis ketika para guru di sekolah telah memberikan pemahaman yang baik terkait akhlak, kejujuran, dan berbasgai karakter yang baik, namun di luar sekolah mereka menyaksikan perikalu yang bertentangan dengan apa yang mereka dapatkan di sekolah.
Mereka menyaksikan perilaku para koruptor yang nota bene adalah pejabat publik yang mungkin selama ini mereka jadikan figur dan sebagai patron. Oleh karena itu, para tokoh dan publik figur harusnya juga menjadi bagian dari upaya menghadirkan pendidikan bermutu untuk semua.
Keterlibatan semua unsur untuk menghadirkan pendidikan bermutu untuk semua, bila ditelusuri lebih jauh ke belakang, sesungguhnya partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan bukanlah hal yang baru, bahkan lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyakat telah hadir jauh sebelum negeri ini merdeka. Pendidkan Islam melalui pesantren, INS Kayu Tanam oleh Mohammad Sjafii, Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara, Pendidikan Muhammadiyah oleh Kiai Ahmad Dahlan, telah hadir jauh sebelum Indonseia merdeka. Namun demikian partisipasi tersebut perlu dikolaborasikan dengan apik sehingga tujuan bersama untuk mencerdaskan anak-anak bangsa sesuai konstitusi dapat diwujudkan.
Pendidikan bila dimaknai secara luas bukan hanya sekadar persekolahan, namun juga pendidikan non formal dan informal yang dilakoni oleh masyarakat dan oraganisasi kemasyarakat, sesungguhnya telah hadir menjadi bagian pendidikan negeri ini. Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi kader Muhammadiyah, tidak sedikit memiliki peran dalam mendidik kader-kadernya dan generasi muda melalui berbagai pelatihan, pembinaan mental, pendidikan karakter, dan pendidikan politik kebangsaan serta mendorong para kadernya untuk menjadi bagian dalam kehibupan berbangsa dan bernegara.
Pemuda Negarawan untuk Indonesia Raya dan partisipasi semesta mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua, menjadi relevan dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia berkualitas untuk memasuki Indonesia Emas 2025. Pemuda Muhammadiyah dalam hal ini menjadi bagian penting dalam proses pembinaan dan poendidikan karakter generasi muda.
Pemuda Muhammadiyah mendidik kader-kadernya dan generasi muda pada umumnya untuk menjadi bagian dari pemberi solusi. Pemuda Muhammadiyah melalui ”Empat pilar gerakan yaitu pilar Islam berkemajuan, pilar keilmuan atau intelektual, pilar politik kebangsaan dan pilar kemandirian melalui kewirausahaan sosial”, sesungguhnya menjadi bagian penting bagi pendidikan generasi muda untuk penyelesaian masalah bangsa.
Kolaborasi dan pertisapasi secara apik dari semua komponen anak bangsa menjadi penting artinya dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua. Pemuda Muhammadiyah hadir menjadi bagian penting dalam kolaborasi tersebut dan semua itu perlu ditata secara apik agar tujuan bersama mencerdaskan kehidupan bangsa dapat diwujudkan dan pada waktunya Indonesia Emas tahun 2025 menjadi sebuah kenyataan. Dan, Indonesia menjadi negara yang berdaulat, adil makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Selamat Hari Pendidikan Nasional, wujudkan pendidikan bermutu untuk semua dengan partipisasi semesata. Selamat Milad ke-93 Pemuda Muhammadiyah. Pemuda Negarawan untuk Indonesai Raya, terus hadir memberi solusi untuk bangsa.