Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiOpini

Pengembangan Kurikulum Perkaderan IMM: Menjawab Tantangan Zaman

×

Pengembangan Kurikulum Perkaderan IMM: Menjawab Tantangan Zaman

Share this article

Oleh: Ummu Saadah*

KHITTAH.CO., – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi mahasiswa Islam yang telah eksis selama 58 tahun. Dalam perjalanannya, IMM masif melakukan kaderisasi. Sampai saat ini,  IMM telah tersebar hampir di setiap daerah yang ada di Indonesia. Bahkan, IMM memiliki Pimpinan Cabang Istimewa di luar negeri seperti yang ada di Malaysia. Hal tersebut menunjukkan masifnya kaderisasi yang dilakukan oleh IMM, sehingga mampu ekspansi sampai ke luar negeri.

Seiring perkembangan zaman, IMM perlu melihat kembali sistem dan/atau kurikulum perkaderannya. Sebab, IMM bukan hanya berada pada perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) yang basis massanya sudah jelas, tetapi IMM juga ada di perguruan tinggi non Muhammadiyah (non PTMA) di mana mahasiswa yang bergabung di dalamnya merupakan mahasiswa yang terpanggil untuk bergabung di IMM. Tentunya, mahasiswa PTMA dan non PTMA memiliki metode yang berbeda dalam menjaring kader. Olehnya itu, kurikulum perkaderan yang ada perlu untuk disesuaikan berdasarkan konteks masing-masing di mana IMM itu berkembang.

Organisasi seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi yang bergerak pada bidang kemahasiswaan, keagamaan, dan kemasyarakatan harus kaya akan metode. Hal tersebut akan membantu organisasi untuk tetap adaptif dan relevan terhadap perkembangan zaman. Gagasan John Dewey tentang pendidikan progresif misalnya, yang menyatakan bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan nyata dan bersifat aktif, bukan sekadar pasif menerima pengetahuan. Sama halnya dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, bahwa pergerakan IMM harus relevan dengan kehidupan saat ini, yaitu aktif dan tanggap terhadap perkembangan zaman.

Kesigapan IMM dalam merespon perkembangan zaman sering kali diejawantahkan hanya dalam bentuk forum kajian semata. Respons terhadap perubahan tersebut belum banyak ditafsirkan dalam bentuk pengembangan kurikulum perkaderan. Padahal, perkaderan merupakan jantung dari sebuah organisasi.

Perkaderan juga merupakan proses pendidikan awal bagi kader baru. Kurikulum di sini dapat diartikan sebagai pedoman dari seluruh rangkaian proses pelaksanaan perkaderan dari pra, proses, dan pasca pelaksanaan serta tindak-lanjut dari perkaderan. Oleh karena itu, kurikulum harus mampu bertransformasi, artinya tidak kaku akan dinamika zaman yang ada. Tentunya, kita semua paham bahwa beda zaman, beda generasi. Olehnya itu, pengembangan kurikulum perkaderan harus dilakukan terus-menerus (continue), tidak boleh terpaku pada satu zaman.

Ayahanda Abdul Mu’ti pernah berkata “Baik-buruknya organisasi Muhammadiyah pada masa yang akan datang dapat dilihat dari baik-buruknya pendidikan kader yang sekarang ini dilakukan. Jika pendidikan kader Muhammadiyah sekarang ini baik, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang akan baik. Sebaliknya apabila jelek, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang juga jelek”. Apa yang disampaikan oleh Ayahanda Mukti merupakan sebuah penegasan akan pentingnya pendidikan kader di Muhammadiyah, utamanya pendidikan kader dalam proses perkaderan yang ada baik dalam lingkup Muhammadiyah maupun dalam lingkup organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah.

Salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kader atau perkaderan adalah dengan melakukan pengembangan kurikulum perkaderan yang seirama dengan perkembangan zaman. Menurut Ayudia dkk., dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum, bahwa dalam proses pengembangan kurikulum ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan. Pertama, prinsip relevansi yang artinya bahwa pengembangan kurikulum harus mengacu pada kesesuaian tujuan, isi, dan proses dengan kebutuhan, tuntutan, dan perkembangan yang ada.

Kedua, prinsip fleksibilitas, artinya bahwa kurikulum memiliki sifat yang fleksibel, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi daerah, waktu, serta kemampuan dan latar belakang anggota organisasi. Ketiga, yaitu prinsip integritas yang bermakna bahwa harus ada keterpaduan antara kebutuhan masa kini dan yang akan datang.

Keempat adalah kontinuitas, artinya bahwa proses pengembangan kurikulum harus berlangsung secara terus-menerus, tidak terputus-putus atau berhenti begitu saja. Kelima yaitu efisien, prinsip ini membantu memastikan bahwa kurikulum dapat diimplementasikan secara praktis dan efisien tanpa membebani suatu organisasi dengan biaya yang tinggi. Prinsip terakhir adalah prinsip efektivitas yakni, walaupun kurikulum harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya harus tetap diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut sebagai arahan yang jelas tentang apa yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.

Ada beberapa model dari para ahli pendidikan terkait pengembangan kurikulum yang dapat diadopsi ke dalam pengembangan kurikulum perkaderan yang ada di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Model pengembangan kurikulum ini diantaranya yang disebutkan oleh Thanavati & Vimaleswary (2017) dalam bukunya yang berjudul Curriculum Design and Developmentadalah sebagai berikut:

Hilda Taba’s Model

Hilda Taba’s Model juga sering disebut sebagai Grassroots Model. Menurut Hilda Taba bahwa terdapat tujuh langkah utama dalam pengembangan kurikulum diantaranya adalah: 1) diagnosis of needs; 2) formulating objectives; 3) selecting content; 4) organizing content; 5) selecting learning experiences; 6) organizing learning experiences; 7) evaluation. Langkah pengembangan kurikulum oleh Taba ini jika ditafsirkan ke dalam perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, maka langkah tersebut dapat diterapkan dalam hal pengembangan kurikulum secara mikro, yaitu sesaat sebelum perkaderan itu dilaksanakan.

Dari Taba dapat dimaknai lebih jauh, bahwa instruktur yang telah dimandat dalam perkaderan tertentu dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan analisis kebutuhan kader maupun calon kader yang akan terlibat dalam proses perkaderan. Selain itu instruktur dapat menyesuaikan materi-materi yang akan diturunkan, serta memilih dan/atau mengembangkan metode pelatihan dan penyampaian materi yang tepat, dan hal penting lainnya adalah evaluasi terkait keberhasilan kurikulum dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 

Beauchamp’s Model

Menurut Septiani dkk. (2023) dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum Teori, Model, dan Praktik, bahwa Beauchamp’s Model memperhatikan lima elemen utama dalam proses pengembangan kurikulum (Septiani et al., 2023) yaitu: 1) memutuskan arena atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum; 2) menetapkan personalia atau tim para ahli kurikulum; 3) menyusun tujuan pengajaran kurikulum dan pelaksanaan proses belajar mengajar; 4) implementasi kurikulum; 5) evaluasi kurikulum. Model pengembangan kurikulum yang ditawarkan oleh Beauchamp ini bisa diadaptasi dalam pengembangan kurikulum di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

Langkah pertama yaitu memutuskan area mana atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum, misalnya pada materi yang akan diturunkan dan teknik penyampaian materi dalam perkaderan. Kedua wilayah tersebut menjadi sasaran pengembangan kurikulum. Langkah selanjutnya yaitu menetapkan tim kurikulum.

Hal tersebut di atas penting dilakukan agar pengembangan kurikulum betul-betul diseriusi pelaksanaannya. Misalnya pada tingkat pimpinan cabang, IMM dapat membentuk tim pengembangan kurikulum yang terdiri dari bidang kader pimpinan cabang, demisioner pimpinan cabang, serta instruktur. Kemudian pada tahap selanjutnya tim inilah yang akan bertanggung jawab atas penyusunan tujuan yang ingin dicapai dalam proses perkaderan. Tim juga bertanggung jawab atas pelaksanaan kurikulum dalam perkaderan serta mengevaluasi proses pelaksanaannya.

Model-model yang telah disebutkan di atas merupakan salah satu dari sekian banyak model pengembangan kurikulum yang ada.  Model yang ditawarkan oleh Taba dan Beauchamp dapat digabungkan atau bisa mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan saja dalam proses pengembangan kurikulum di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Sebab, jika ditinjau lebih jauh, model pengembangan kurikulum Taba dan Beauchamp dapat saling melengkapi.

Menurut Hamalik (2006) dalam artikel yang ditulis oleh Rouf dkk (2020) bahwa metode atau cara yang dapat dilakukan dalam penerapan konsep-konsep pengembangan kurikulum tersebut, yaitu bisa ditempuh secara sistematis atau bisa dikatakan berdasarkan pada proses manajemen. Adapun prosedurnya adalah melakukan perencanaan kurikulum. Kegiatan ini merupakan proses intelektual sebab perencanaan yang baik harus dirumuskan berdasarkan data-data yang ada.

Kemudian, pengorganisasian kurikulum yang bermakna bahwa pengembangan kurikulum yang telah dirumuskan dapat diklasifikasikan menurut isi, tujuan, dan proses. Terakhir adalah penyusunan staf dan kontrol kurikulum. Stuffing yang dimaksud di sini adalah menyediakan orang-orang yang dapat melaksanakan suatu sistem yang direncanakan dan diorganisasikan, kalau dalam konteks IMM, mereka adalah para peserta, instruktur, panitia, dan pimpinan. Kemudian kontrol kurikulum yang dimaksud adalah pengecekan performance terhadap pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan agar dapat menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah perlu mengambil tindakan serius terkait dengan pengembangan kurikulum perkaderan ini. Bidang Kader sebagai bidang yang bertanggung jawab untuk memformulasikan arah serta kebijakan perkaderan ikatan memiliki peran penting di sini. Bagaimana kemudian bidang kader mampu mengambil langkah agar pembahasan terkait pengembangan kurikulum di internal IMM dapat dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan. Pembahasan terkait pengembangan kurikulum perkaderan juga perlu dilakukan secara serius, minimal membentuk tim pengembangan kurikulum perkaderan di internal pimpinan, dengan begitu kurikulum perkaderan IMM bisa terus selaras dengan kondisi zaman yang ada dan tentunya tanpa menghilangkan esensi perkaderan itu sendiri. Saya percaya bahwa untuk menghindari kepunahan kita perlu untuk terus bergerak seirama dengan zaman.

Sumber Gambar: madrasahdigital.co

*Kader IMM

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UIAD

Leave a Reply