Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipOpini

Peradaban “Manusia Konstruktif”

×

Peradaban “Manusia Konstruktif”

Share this article

images(3)

Oleh : Muh. Farid Afandi Syam*

Peradaban manusia adalah sebuah rekonstruksi yang tereksekusi oleh waktu, lapuk dan hanya dapat di lacak dari mitologi-mitologi, yang berceritra akannya. catatan kuno seolah menjadi kitab suci kedua untuk menegaskan dan mejelaskan sebuah peradaban manusia masa lampau. Ada  peradaban yang bersisa namun ada pula peradaban yang hilang “diterkam” oleh hukum alam.

Di saat peradaban manusia, sampai pada titik jenuh teknologi, hingga benturan antara teori ilmu pengetahuan, telah menegaskan, bahwa manusia adalah catatan sejarah itu sendiri, dan manusia adalah makhlukh konstruktif itu sendiri.

Manusia yang konstruktif, telah melahirkan berbagai bentuk paradoks-paradoks yang kemudian membuat manusia lain berupaya untuk memberi arti dari pradoks itu. Walaupun paradoks itu telah tersusun sedemikian acak dan rumit, namun ilmu dan ilmuan, telah memberi sedikit pengharapan akan sebuah arti dalam peradaban manusia moderen hingga kontemporer, para ilmuan dari berbagai jenis disiplin ilmu tertentu yang berinduk pada filsafat, telah memberi gambaran akan pola pikir, dan peradaban tertentu dari masa ke masa. Peradaban manusia di nilai dari apa yang telah iya berikan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, sebuah peradaban di katakan ada jika iya memiliki sejarah yang pelit, dan terekam oleh waktu yang terus berubah, dari menit ke detik hingga detik ke jam.

Keragaman akan peradaban, terekam abadi dalam jejak sejarah dunia. hingga kini peradaban itu masih ada yang bisa terlacak dan menjadi sebuah saksi yang menyimpan cerita di setiap inci lukisan, pahatan batu dan seni kebudayaan.

Secara umum peradaban manusia dapat di lacak dari ilmu antropologi, namun jika ingin lebih spesifik (filosofis dan mendalam) ada pada ilmu arkeologi. kedua ilmu kontenporer yang telah mandiri yang sering mengundang inspirasi  yang seksi dan eksotik hingga benturan besar di kedua disiplin ilmu ini.

Namun sayangnya bukan itu yang menjadi titik tekan dalam tulisan sederhana ini. namun manusia konstruktif itu sendiri dan pluralisme agama.

Agama dan kepercayaan adalah sebuah buah karya tuhan dan manusia yang mempunyai sisi yang elegan untuk di kaji. Dimana dewasa ini, para filsuf telah memberi definisi(batasan) akan agama dan kepercayaan, bahasa sederhananya keyakinan berbeda dengan kepercayaan. Untuk tidak mencipta paradoks baru maka pandanglah kepercayaan dan keyakinan itu dalam sebuah studi ilmu pluralisme.

Dalam sebuah peradaban manusia konstruktif, agama dan keragamanya di konsepsikan sedemikian rupa dalam bentuk soceity (dalam bahasa sosologi). Agama adalah sebuah pelembagaan formal keyakinan yang di anut masyarakat dengan norma dan secara umum (universal), sedangkan kepercayaan adalah sebuah pola dan tata norma, yang berlaku dalam sebuah tradisi budaya yang di anut secara lokal. Begitu lah manusia konstruktif memberi arti definisi, akan keyakinan dan kepercayaan.

Manusia konstruktif, telah berhasil mambangun dan mencipta sebuah pola tatanan kehidupan yang terus berkembang. dan memiliki dinamika disetiap menit yang terlalui, selama waktu masih memihak kapada kemanusiaan. Karya manusia konstruktif akan terus memiliki dinamika tersndiri dan terstruktur.

Filsafat dan berbagai disiplin ilmu lain, adalah sebuah etika manusia konstruktif. Etika yang berupaya mancari akan apa yang menjadi permasalah yang kompleks dari sebuah peradaban. manusia hanyalah sebuah sebjektifitas, namun kemanusiaan, adalah objektifitas yang ingin tersusun keluar dari manusia itu sendiri, manusia konstruktif adalah benturan peradaban, dalam sebuah peradapan akan banyak tafsiran yang berbeda banyak hal yang membuat kita terjebak dalam  keraguan.

Manusia konstruktif dan pluralisme agama. adalah sebuah perpaduan peradaban yang berbeda dari segi etika dan norma, namun manusia konstruktif ingin membuat sebuah dimensi yang mampu membangun atau menyusun perbedaan untuk keluar dari sebuah peradaban, demi sebuah kehidupan yang harmonis bukan hanya dalam tampilan fasade yang damai. namun di balik fasade ada focal point yang membuat nilai kemanusian di hargai dan dihormati.

*Penulis adalah penggiat literasi Kota Makassar

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UNIMEN