Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

PERDAMI Tegaskan Kolaborasi Multisektor sebagai Kunci Penguatan Bank Mata Indonesia

×

PERDAMI Tegaskan Kolaborasi Multisektor sebagai Kunci Penguatan Bank Mata Indonesia

Share this article

 


KHITTAH.CO, Surabaya — Ketua Pengurus Pusat Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Prof dr Budu, SpM(K), PhD, M.MedEd, menilai penguatan layanan bank mata di Indonesia membutuhkan kerja bersama lintas sektor. Pernyataan itu disampaikan dalam Surabaya Eye Bank Forum (SEBF) 2025, pada Minggu, 23 November 2025.

Kegiatan ini mengusung tema “Kolaborasi Multisektor Demi Masa Depan Bank Mata di Indonesia.”

Menurut Prof Budu, persoalan bank mata di Indonesia tidak hanya menyangkut ketersediaan jaringan donor, tetapi juga menyangkut aspek sosial, budaya, dan pengelolaan kebijakan kesehatan.

Kebutaan Kornea dan Tantangan Donor

Dalam paparannya, Prof Budu menyebutkan bahwa kebutaan kornea masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Satu dari 1.000 penduduk diperkirakan mengalami kebutaan kornea, sementara kebutuhan transplantasi diperkirakan mencapai 200.000 hingga 900.000 pasien. Di sisi lain, jumlah jaringan kornea yang berhasil dihimpun setiap tahun belum mencapai 300.

“Ketersediaan jaringan donor masih jauh dari kebutuhan. Ini menunjukkan perlunya langkah terencana dan terukur untuk memperbaiki sistem yang ada,” ujar Prof Budu.

Selain rendahnya angka donor, rendahnya pemahaman publik mengenai donor kornea juga menjadi hambatan. Pengelolaan bank mata di tingkat rumah sakit dinilai masih belum merata, dan sejumlah daerah menghadapi keterbatasan sumber daya.

Peran PERDAMI dan Arah Penguatan Sistem

Menghadapi kondisi tersebut, PERDAMI menegaskan empat fokus utama untuk memperkuat layanan bank mata. Pertama, memperkuat kerangka profesi dan standar ilmiah dalam praktik donor serta transplantasi. Kedua, memperluas koordinasi kebijakan dengan Kementerian Kesehatan, termasuk penyempurnaan regulasi terkait penggunaan jaringan donor.

Ketiga, meningkatkan kapasitas tenaga medis melalui pelatihan dan perluasan kerja sama antarrumah sakit. Keempat, mendorong riset dan sistem data yang lebih kuat untuk mendukung pengelolaan bank mata di tingkat nasional.

“Upaya mengurangi kebutaan kornea tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Pemerintah, profesi kedokteran, tokoh agama, komunitas, hingga sektor swasta perlu bergerak bersama,” kata Prof Budu.

Dalam SEBF 2025, Prof Budu tampil dalam sesi yang membahas kolaborasi pemerintah, profesi, dan masyarakat dalam penanganan kebutaan kornea. Forum ini mempertemukan berbagai institusi, mulai dari Kementerian Koordinator PMK, Direktorat Pelayanan Rujukan Kemenkes, bank mata dari berbagai provinsi, hingga organisasi profesi dan akademisi.

Menurut Prof Budu, forum semacam ini penting untuk mengidentifikasi hambatan dan menetapkan langkah bersama. “Tujuannya agar setiap pasien yang membutuhkan transplantasi memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan penglihatan kembali,” ujarnya.

Aspek Sosial dan Keagamaan

Prof Budu juga menyoroti pentingnya pendekatan budaya dan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran donor. Pemahaman masyarakat terkait donor kornea sering kali dipengaruhi norma keluarga dan tafsir keagamaan.

Karena itu, PERDAMI menggandeng tokoh agama dan ahli etika untuk memperkuat edukasi publik. Donor kornea, menurut Prof Budu, dapat dipahami sebagai tindakan kebaikan yang memberi manfaat jangka panjang bagi penerimanya.

Agenda PERDAMI Bersama Pemerintah

Dalam kesempatan lain, PERDAMI telah menyampaikan sejumlah agenda strategis kepada Kementerian Kesehatan. Beberapa di antaranya mencakup integrasi pemeriksaan refraksi dalam program layanan kesehatan masyarakat, evaluasi pembiayaan operasi katarak oleh BPJS, serta pelaksanaan survei RAAB pada 2026–2027 untuk memetakan kebutuhan jaringan kornea secara lebih akurat.

PERDAMI mendorong agar kebijakan terkait donor kornea masuk dalam agenda prioritas nasional tahun mendatang.

Prof Budu menegaskan bahwa keberhasilan penanganan kebutaan kornea bergantung pada kekuatan kolaborasi. “Setiap keberhasilan transplantasi adalah hasil dari kerja banyak pihak. Bila kolaborasi ini dijalankan dengan konsisten, kita bisa memperluas akses masyarakat terhadap layanan penglihatan yang lebih baik,” ujarnya.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner ITKESMU SIDRAP

Leave a Reply