KHITTAH.CO, MAKASSAR – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Hasanuddin (Unhas) Gelar Launching dan Bedah Buku yabg berjudul “Pengakuan Kader dan Alumni IMM Unhas Untuk Indonesia Berkemajuan”.
Pada Kegiatan tersebut dirangkaikan dengan Semarak Milad IMM Ke-58, menghadirkan pemantik diantaranya, Andi Afdal Abdullah (Direktur BPJS Kesehatan RI), Abdul Rachmat Noer (Ketua Fokal IMM Sulsel/ Dirut. PT. Prima Karya Manunggal), Abdul Hafid Paronda, (Dosen FT Universitas Islam 45 Bekasi).
Tambahan pemantik diantara lain, Afdaliah (Dosen PNUP), Sukmawati Syukur, (Arsitek), Rizal Pauzi, (Dosen Fisip Unhas/CEO Matakita.co) dan Syarifuddin Jurdi (Komisioner KPU Sulsel) yang di gelar secara virtual melalui aplikasi zoom, Kamis, 17 Maret 2022.
Afdaliah menyampaikan bahwa di IMM lah saya mengalami transformasi diri menjadi lebih baik. Disinilah saya bertemu dengan orang-orang baik. Teringat dengan gerakan Immawati pada saat itu ketika menjadi penegak mahasiswa berjilbab di Unhas.
Sukmawati Syukur mengawali penulisan buku bahwa di IMM lah saya mengalami makna kehidupan yang mendalam dengan keberterimaan dengan kondisi yang ada. Hidup dalam keluarga yang pluralis keyakinan beragama, sementara ayah saya seorang muballigh Tulen dari Muhammadiyah.
“Alhamdillah Ayah saya gemar keliling untuk berdakwah dengan aman dan nyaman secara toleran. Karena itu tulisan ini sengaja saya buat untuk anak-anak ku kelak,” pungkas Sukma sapaan akrabnya.
Andi Afdal Abdullah lebih banyak menyorot tentang Interaksi sesama kader harus selalu dirawat, jangan hanya berinteraksi di forum perkaderan, setelah forum perkaderan harus ada interaksi dalam keseharian untuk membangun kebersamaan.
“Selain itu Kita juga harus menampilkan kepribadian kita sebagai kader IMM dalam keseharian. Di IMM saya ditempa memiliki jiwa kompetitif yang sangat bermanfaat dalam dunia kerja,” jelasnya.
Sementara Abdul Rachmat Noer menjelaskan bahwa Dinamika pergerakan dari Tahun 1986 sampai 1993 memberikan banyak pelajaran berharga. Meski dimulai mengenal IMM dengan kebencian tetapi akhirnya menjadi cinta.
“Pesan untuk para kader agar membangun sinergitas angkatan muda, supaya kekuatan dakwah muhammadiyah bisa lebih kokoh seperti gebrakan program transformasi kader yang pernah dilakukan,” jelas Abdul Rachmat.
Berbeda halnya Rizal Fauzi dalam pemaparannya. Dirinya menegaskan bahwa Meski awalnya saya tersesat masuk IMM tetapi inilah rumah belajar yang moderat. Cerita kejayaan IMM unhas itu bisa lahir karena banyaknya variasi gerakan, misalnya propaganda untuk membangun citra IMM Unhas dan juga etos para kader untuk bertarung gagasan di forum intelektual.
“IMM juga mendorong kader untuk berkarya sehingga kita punya corak khas. Yakinlah bahwa Nalar Intelektual yang bisa membuat kita selamat dunia akhirat,” pungkasnya.
Selain itu, Syarifuddin Jurdi mengajak kepada kader IMM untuk bisa melakukan konstekstualisasi gerakan dalam perkembangan zaman.
“Pada saat itu ketika banyak problematika bangsa maka para kader menyambut dengan kegiatan diskusi terkait isu kontemporer. Juga tidak kalah penting adalah dimensi Spritualitas anak IMM menjadi magnet untuk menarik Mahasiswa masuk IMM, termasuk saya. Kampus Umum yang IMM besar hanya di Unhas jika dibanding kampus umum lainnya, dan semoga ini menjadi pemantik semangat untuk generasi penerus untuk melakukan gerakan sebagaiman tuntutan zaman,” pungkasnya.
Kegiatan yang dimoderatori Muslim Haq. M selaku editor buku tersebut, dihadiri kader IMM Se-Indonesia dan alumni IMM Unhas berlangsung secara tertib. Para peserta antusias untuk melangsungkan diskusi hingga larut jelang dini hari untuk Waktu Indonesia bagian Tengah.