KHITTAH.CO, MAKASSAR – Setelah berjalan selama tiga hari di Hotel Claro, Pendidikan Khusus Kepala Sekolah/Madrasah regional Sulawesi Selatan (Sulsel) resmi ditutup, Kamis, 5 Desember 2024.
Di acara penutupan itu, Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PWM Sulsel, Erwin Akib menekankan kepada kepala sekolah/madrasah agar jabatan mereka tak dipandang hanya sebatas posisi.
“Kepala sekolah itu bukan posisi, tapi mindset. Kita mengharapkan kepala sekolah setelah mengikuti Diksuspala ini tidak lagi fixed mindset. Kalau istilahnya Saiful, menjadi kepala sekolah itu harus gila. Kepala Sekolah itu leader, dan leader mesti gila, kalau tidak gila, institusi yang kita pimpin akan begitu-begitu saja,” kata Erwin.
Sebelumnya, salah satu peserta yang merupakan Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 6 Makassar, Saiful Kaharuddin mendapat kesempatan menyampaikan kesan dan pesan selama mengikuti kegiatan.
Ia lalu menyebut fasilitator kegiatan adalah kumpulan ‘orang gila’. Gila yang Saiful maksud adalah tekad mereka dalam memajukan sekolah.
Sebagaimana diketahui, sebanyak lima fasilitator yang hadir adalah mantan kepala sekolah di daerah masing-masing. Mereka mendapat mandat menjadi fasilitator lantaran prestasi mereka yang berhasil mengubah sekolah Muhammadiyah tertinggal menjadi unggul dan maju.
“Jadi kalau ada Kepala Sekolah yang hanya senang di balik meja, jangan mimpi gedung sekolah bisa menjadi bangunan 12 lantai,” ujar Erwin.
Dikdasmen Bakal Evaluasi Kepala Sekolah Muhammadiyah di Sulsel Tahun Depan
Erwin menegaskan bakal mengevaluasi hasil Kepala Sekolah Muhammadiyah se-Sulsel yang telah mengikuti Diksuspala. Sebab, bagi Erwin, Diksuspala mestinya melahirkan Kepala Sekolah Hebat yang tak berhenti hanya pada penyusunan rencana.
“Akan kita evaluasi pada Juni 2025. Artinya, kita berkomitmen melahirkan Kepala Sekolah hebat untuk mencipta sekolah hebat. Sekarang bukan lagi waktunya berwacana,” ujar Erwin.
Ia lalu membeberkan sejumlah cara yang bisa dilakukan Kepala Sekolah dalam memajukan institusi yang dipimpin, salah satunya adalah menjalin kerja sama dengan PTMA di daerah masing-masing.
“Kami selalu mengharapkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah bersinergi dengan sekolah kita. Saya selalu bilang, mestinya, mahasiswa di kampus Muhammadiyah didominasi oleh orang-orang yang pernah menempuh pendidikan di sekolah Muhammadiyah,” ujar Erwin.
Dalam proses mengusahakan kemajuan sekolah, Erwin menekankan pentingnya kepala sekolah Muhammadiyah menjaga citra institusi. “Kepala sekolah, dijaga nama baik sekolahnya, jangan sampai ada pelecehan seksual, jangan sampai ada kekerasan dan skandal-skandal lainnya,” pinta Erwin.
Mengakhiri sambutan, Erwin menyampaikan terima kasih kepada para peserta yang telah antusias mengikuti kegiatan. “Kita bangga karena jumlah peserta yang masuk di hari pertama, tetap sama pada saat kita penutupan,” tandas dia.
Kesan dan Pesan Peserta Diksuspala
Penutupan Diksuspala memberi kesempatan kepada peserta menyampaikan kesan dan pesan selama kegiatan. Salah satunya adalah Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Tana Toraja, Herman Tahir.
Herman mengaku telah mengikuti banyak kegiatan pelatihan khusus bagi kepala sekolah. Namun, bagi dia, Diksuspala jauh lebih berkesan.
“Ketika menjadi kepala sekolah, saya kerap mengikuti pelatihan kepemimpinan di berbagai tempat, termasuk ajang yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan, tapi Diksuspala ini lebih berkesan,” ujar dia.
Saat ini, Herman tengah menjabat sebagai Kepala Sekolah milik Muhammadiyah di Toraja. Ia lantas mendapat pertanyaan dari masyarakat soal alasannya mau menjadi Kepala Sekolah Muhammadiyah.
Sebab, sebelumnya, Herman pernah terpilih sebagai Duta Pendidikan Indonesia di luar negeri, tepatnya di Den Haag, Belanda, setelah melalui serangkaian tes dari Kemendikbud, Kemenlu, BIN, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan Universitas Indonesia.
Di Belanda, ia dan keluarga menetap selama tiga tahun. “Saya pas pulang dari Belanda, memilih menjadi Kepala Sekolah Muhammadiyah di Toraja, lalu orang-orang bertanya, kenapa? Padahal kan saya sudah pernah mewakili Indonesia di Belanda. Saya bilang, saya bangga menjadi Kepala Sekolah Muhammadiyah, dan saya tidak merasa rendah,” kisah Herman disambut riuh tepuk tangan.
Tak lupa, Herman juga mengapresiasi fasiliator Diksuspala Regional Sulsel. Ia berjanji, beberapa waktu mendatang, akan ada fasilitator hebat yang berasal dari Sulsel.
“Yah kita harus berani bermimpi,” tandas Herman.
Sebelumnya, penutupan Diksuspala diwarnai dengan penampilan yel-yel dari masing-masing kelas. Suasana heboh dan riuh mewarnai forum penutupan.
Selain itu, panitia pelaksana juga membagikan sejumlah bingkisan kepada peserta. Menariknya, tiga peserta mendapatkan hadiah laptop, sebagai dukungan Dikdasmen terhadap kemajuan sekolah Muhammadiyah.