KHITTAH.CO, MAKASSAR – Di Indonesia, generasi Z dipahami sebagai generasi yang lahir pada tahun 1995 ke atas.
Generasi yang lahir setelah Internet ada dan dinikmati secara massal. Hampir semua aktifitas generasi ini terdigitalisasi atau tergantikan oleh robot.
Tentu, kemajuan tersebut menuai tantantangan dan kekhawatiran bagi orang tua, sebab anak anak generasi ini lebih susah fokus, dan sangat anti regulasi, apalagi didikte oleh orang yang lebih tua. Anak-anak generasi ini juga cenderung lebih individualistik, berpikir serba instan, tidak sabaran dan kurang menghargai proses.
Melihat hal itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Irman Yasin Limpo berpesan kepada para generasi Z agar senantiasa membekali diri guna menghadapi tantangan di era digital ini.
“Aktivitas keseharian kini banyak dibantu oleh aplikasi dan robot. Kini, teller bank tidak dibutuhkan lagi. Bank ada di Hape kita. Tanpa kita sadari, revolusi sedang terjadi dalam kehidupan kita,” Kata None sapaan karib Irman Yasin Limpo saat menyampaikan kuliah umum di depan civitas akademika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar, Selasa (26/02/2019)
Olehnya menurut None, ada beberapa kompetensi yang wajib dimiliki oleh generasi Z. pertama kata None adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis adalah kompetensi penting di Abad ke-21. Sebenarnya keterampilan ini bisa didapatkan melalui pelajaran Matematika, sayangnya matematika lebih sering dianggap momok menakutkan bagi siswa.
“Fenomena itu bahkan terjadi di sekolah yang dianggap sekolah unggulan. Padahal jika peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis, secara otomatis mereka akan memiliki kemampuan problem solving,” ungkapnya.
Selanjutnya, kemampuan berkolaborasi. None mencontohkan bagaimana moda trasportasi dalam jaringan seperti Gojek, mampu membangun bisnis dengan kekuatan kolaborasi. “Ada yang punya aplikasi, ada yang punya motor. Seharusnya model kolaborasi juga dibangun dalam dunia pendidikan.”katanya
None mendorong agar ada integrasi antar pelajaran, seperti olahraga dan matematika. Atau kolaborasi siswa yang memiliki perbedaan kecerdasan. Sejatinya, setiap anak memiliki kecerdasan yang menonjol.
Ada yang menonjol dari segi kecerdasan matematika, adapula yang menonjol dalam bidang musik. Peran guru seharusnya mengorkestrasi semua keterampilan tersebut. “Ubah mindset, jangan mengistimewakan satu-dua orang.”tegas penerima penghargaan Anugerah Pendidikan Indonesia 2018 lalu itu
Terakhir kata None adalah inovasi. Inovasi penting sebab ia meniscayakan kemajuan. Salah satu karakter Generasi Z adalah anti regulasi. Inti ketaatan bagi mereka adalah kesepakatan. Ketidaknyamanan yang mereka rasakan, membuat mereka memberontak. Dan kita cenderung lebih menghakimi pemberontakan. “Perubahan zaman ini perlu dipahami oleh para guru,” tukasnya
Kuliah Umum ini dibuka oleh Rektor Unismuh Makassar, Prof. Dr. Abd. Rahman Rahim, dan diawali oleh pengajian yang dibawakan Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Unismuh Makassar, Dr. Muh. Syaiful Saleh. Ratusan peserta memadati Aula Kedokteran Unismuh ini, yang terdiri dari dosen, kepala sekolah, guru, dan mahasiswa FKIP Unismuh.(R07)