Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaNasional

Prof Haedar: MPI Harus Jalankan Fungsi Tajdid Muhammadiyah di Era Digital

×

Prof Haedar: MPI Harus Jalankan Fungsi Tajdid Muhammadiyah di Era Digital

Share this article

KHITTAH.co, Yogyakarta- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir memberikan sambutan dalam Silaturahim Nasional (Silatnas) dan Rapat Koordinasi yang dihelat oleh Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, Sabtu, 11 Juni 2022.

Dalam video sambutannya, Prof Haedar menekankan, forum ini diharapkan dapat menjadi ajang konsolidasi strategi syiar Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Surakarta.

“Peran penting MPI dalam memanfaatkan ruang jelang muktamar ini untuk menjalankan program, sebagai pilar pembantu pimpinan, dalam menyebarkan atau melaksanakan peran publikasi dan informasi serta pustaka Muhammadiyah,” tutur Prof Haedar.

Di era baru kehidupan masyarakat kini, Haedar menekankan, MPI harus menjadi pilar terdepan dalam menjalankan peran Muhammadiyah untuk bukan hanya beradaptasi, tetapi juga memanfaatkan era Revolusi Industri 4.0.

“Manfaatkan era digital ini untuk menjadi sarana dakwah. Dakwah Muhammadiyah, tablig Muhammadiyah, termasuk lewat tulisan, lewat sistem digital yang sangat sophisticated, dan kompleks, tapi sangat cepat, efisien, dan mudah harus menjadi komitmen kelembagaan dan sudah dimulai,” ungkap Haedar.

Guru Besar UMY ini menegaskan MPI harus mengembangkan Persyarikatan ini untuk mampu berperan dalam menjalankan fungsi dakwah dan tajdidnya di era digital.

“Maka rumuskan berbagai macam ide dan langkah yang paling bisa kita lakukan agar Muhammadiyah mampu hadir di era digital dengan peran yang proaktif, dinamis, progresif, dan bisa menghadirkan dakwah yang mencerahkan, dakwah yang memajukan, dakwah yang memberdayakan, dan dakwah yang mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Lebih lanjut, Haedar mengatakan, saat ini, seluruh organ yang menjadi Pelaksana Muktamar untuk segera bersinergi dan berintegrasi menyukseskan syiar Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah melalui MPI.

“Maka peran syiar yang bersifat digital, media sosial, dan penggunaan seluruh teknologi informasi yang meluas, menjadi keniscayaan,” tegas Haedar.

Prof Haedar kembali menekankan, MPI harus mencurahkan perhatian untuk memproduksi berbagai macam informasi, gagasan, bahkan hal lain yang menyangkut pelaksanaan Muktamar.

“Saya percaya, dengan syiar yang kita rancang-bangun dengan baik dan dilakukan secara total, akan menjadikan syiar Muktamar ini meluas dan membekas serta memberi makna,” tutur Haedar.

Ia juga menekankan, MPI harus memastikan syiar terkait Persyarikatan ini tidak hanya berkonsentrasi di Yogyakarta dan Jakarta.

“Harus ada demokratisasi syiar. Tidak hanya berkonsentrasi di Surakarta, Yogyakarta, atau Jakarta. Tapi harus meluas sampai di daerah-daerah seluruh Indonesia,” kata Haedar.

Sosiolog ini juga mengungkapkan, MPI harus memberikan pencerdasan dan pencerahan bahwa komunalitas yang bersifaat jemaah di Muhammadiyah harus hidup di akar rumput.

“Tantangan Muhammadiyah yang bersifat komunal saat ini, pertemuan-pertemuan Muhammadiyah harus memiliki daya hidup di komunitas, menggerakkan komunitas, dan menambah simpatisan, anggota Muhammadiyah,” tutup Haedar.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply