Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Qadir Gassing: Muhammadiyah Harus Konsisten Mencerahkan dan Tidak Berpolitik!

×

Qadir Gassing: Muhammadiyah Harus Konsisten Mencerahkan dan Tidak Berpolitik!

Share this article
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Abdul Qadir Gassing dalam Musypim PDM Gowa (sumber foto: AHZ)

KHITTAH.CO, Gowa- Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Abdul Qadir Gassing didapuk untuk memberikan nasihat dan arahan dalam forum musyawarah pimpinan daerah (musypimda) Gowa, pada Jumat siang, 12 Mei 2023.

Dalam arahannya, Qadir Gassing menyampaikan, saat dirinya mengikuti Dialog Ideopolitor di Yogyakarta, ada hal yang ia garis bawahi dari amanah Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Pertama, semua unsur Persyarikatan harus konsisten melakukan pencerahan. Upaya pencerahan itu dilakukan minimal dengan dua cara.

Cara yang harus dilakukan, kata Mantan Rektor UIN Alauddin Makassar itu, yaitu menggeliatkan pengajian cabang-ranting Muhammadiyah.

Ia mengisahkan, dalam pengajian yang ia bina di Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Pattalassang, dirinya pernah didatangi alumni salah satu organisasi otonom yang berpindah ke organisasi lain.

“Anak itu mengaku dirinya adalah alumni IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah), tapi sekarang dia di gerakan sebelah karena merasa kering spritual. Di Muhammadiyah, anak itu tidak dapat pengajian seperti di sebelah,” ungkap dia.

Cara kedua, menghidupkan amal usaha Muhammadiyah (AUM). Persyarikatan ini, kata dia, memiliki amal usaha yang bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.

Untuk pelayanan sosial, kata Qadir, amal usaha Muhamamdiyah didirikan sebagai upaya mengaplikasikan filosofi Al-Maun yang ditekankan oleh Pendiri Persyarikatan, K.H. Ahmad Dahlan.

“Filosofi Al Maun itu untuk membantu sesama, baik warga Muhammadiyah maupun yang bukan Muhammadiyah, meski yang dibantukan itu sedikit. Karena memang makna dasar dari Al-Maun itu adalah benda-benda yang kecil nilainya, kecil harganya, tapi bermanfaat. Dan inilah yang menjadi ciri orang Muhammadiyah,” kata dia.

Ia menegaskan warga dan kader Muhammadiyah juga tidak lupa salat. Ia juga menjelaskan, kata saahun dalam dalam ayat an shalaatihim saahum, Allah menggunakan ‘an’ bukannya ‘fi‘.

Guru Besar UIN Alauddin Makassar itu menjelaskan, maksudnya adalah jangan lupa salat bukannya lupa dalam salat.

“Penggunaan kata ‘an’ itu tentang salat. Kita diingatkan, jangan lupa salat,” jelas Qadir di hadapan peserta musypim di Aula Pusat Dakwah Muhammadiyah (PUSDAM) Gowa.

Ciri orang Muhammadiyah lainnya adalah yura’un yang berarti tidak riya. Orang Muhammadiyah, kata Qadir adalah orang yang ikhlas, jujur, dan amanah.

Hal kedua yang ia garis bawahi adalah Muhammadiyah tidak boleh berpolitik praktis. Persyarikatan memberikan kebebasan bagi kadernya untuk berpolitik, tapi tidak dengan organisasi ini.

“Karena kita menghadapi tahun politik, prinsip dasarnya, Muhammadiyah tidak berpolitik. Orang-orang Muhammadiyah yang berpolitik itu oknum yang diberi kesempatan untuk terjun di bidang politik tanpa menentukan partai apa pun,” tegas dia.

Ia juga menekankan, suara warga Muhammadiyah tidak boleh digiring kepada satu pihak saja.

“Jadi, kita jaga jarak yang aman dengan seluruh parpol, para birokrat, dan anggota DPR. Sekali lagi, Muhamamdiyah tidak terlibat secara organisasi,” tutup dia.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply