Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaPendidikan

Rahasia Sekolah  Juara 1 Budaya Mutu Nasional, dan Kepala  Sekolahnya Terbaik se-Kaltim

×

Rahasia Sekolah  Juara 1 Budaya Mutu Nasional, dan Kepala  Sekolahnya Terbaik se-Kaltim

Share this article

KHITTAH.CO, Kartanegara Kalimantan Timur — Tahun 2017, bukan sekolah-sekolah favorit yang ada di Jakarta, Bandung, Surabaya dan lain-lain, tapi sekolah  terpencil yang terletak di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur  yang jadi Juara Satu Budaya Mutu Nasional yaitu Sekolah Dasar 003 Kecamatan Loa Kulu. Hebatnya lagi, pada tahun 2019,  sekolah ini juga mengantarkan ibu Warni Arimbi, sang kepala sekolah, menjadi juara satu kepala Sekolah SD berprestasi se-Kaltim. Nah apa rahasia sekolah terpencil di Kutai Kartanegara ini bisa mencapai prestasi demikian?  Warni Arimbi mengungkapkan strategi-strateginya.

Warni Arimbi, saat menerima penghargaan dari bupati Kukar, Edi Damansyah, sebagai kepala sekolah terbaik tingkat SD tahun 2019 beberapa waktu yang lalu.
Siswa-siswi kelas Satu SD 003 Loa Kulu belajar berkelompok. Pembelajaran dengan berkelompok membuat siswa inklusi mudah bersosialisasi.

Menurut Warni,  untuk mendapatkan juara satu budaya mutu nasional, dia jadikan inklusi sebagai ‘jualan’.  “Selain  memperbaiki manajemen, pembelajaran aktif, dan penerapan program budaya baca, sekolah kami juga menerima dan memberikan perhatian khusus yang besar kepada anak-anak inklusi,” ujar salah satu fasilitator daerah program PINTAR Tanoto Foundation untuk Kutai Kartanegara ini, 24 Juni 2019.

Rata-rata  2-4 anak-anak inklusi terdapat di tiap kelas sekolah ini. Saat ini sekolah dihuni 325 siwa dan memiliki 12 rombongan belajar.   27 siswa diantaranya masuk kategori inklusi.  Siswa-siswa inklusi tersebut ada yang hiperaktif, tuna ganda, tuna grahita, low vision,  tuna daksa, tuna rungu, tuna wicara, autis,  dan kesulitan belajar. “Jumlah siswa inklusi tergolong  banyak, bisa mengalahkan sekolah luar biasa yang biasa per kelasnya 3-4 siswa saja,” ujar Warni.

Siswa yang dianggap belum bisa bergabung dengan kelas inklusi, ditempatkan terlebih dahulu di kelas yang khusus anak inklusi. Jumlah siswa di kelas khusus ini bisa mencapai 12 orang.

Agar sekolah profesional dalam menangani siswa inklusi, tiga guru di sekolah tersebut diutus untuk belajar khusus penanganan siswa inklusi. Ibu Suparti dan Yohana belajar di Sekolah Luar Biasa selama 3,5 bulan. Ibu Yohana kemudian diutus kembali belajar bersama ibu Zuhro kursus khusus penanganan inklusi selama 6 bulan.

Ketiga guru tersebut kemudian mengajarkan ketrampilannya pada guru-guru yang lain lewat pertemuan kelompok kerja guru (KKG) mini yang diadakan tiap Sabtu di sekolah tersebut. “Dengan program ini, secara bertahap, semua guru memiliki kemampuan dasar yang baik menangani siswa-siswa Inklusi,” ujar Warni.

Menurut Warni, sekolah mau menerima banyak anak inklusi karena sekolah inklusi yang lain jauh dari situ, yaitu di Tenggarong Kota.

Banyak sekali tantangan mengajar siswa-siswa inklusi. “Menghadapi mereka harus sabar dan harus benar-benar tahu wataknya. Ada yang suka tiba-tiba keluar menikmati hujan, ada yang tidak mau bergaul, ada yang suka naik-naik meja dan gaduh dan berbagai watak lainnya,” kata ibu Suparti, guru yang menjadi penanggung jawab khusus  inklusi.

Menurut ibu Titik, pengajar kelas satu di sekolah tersebut, penerapan metode pembelajaran aktif program PINTAR Tanoto Foundation membuat siswa inklusi lebih mudah bersosialisasi dengan kawan-kawannya. “Siswa jadi lebih banyak belajar bersosialisasi dan belajar bersikap dengan lebih baik kepada temannya karena proses pembelajaran melibatkan pembentukan kelompok,” ujarnya.

Sebelumnya pada tahun 2016,  sekolah ini juga pernah juara ke-6  budaya mutu nasional dari 134 sekolah peserta se Indonesia. Penilaian budaya mutu ditekankan pada mutu MBS, pembelajaran, UKS, ekstra kuriler, dan perpustakaan. Tidak hanya berdasarkan portofolio yang dikirimkan, petugas kementrian juga langsung turun langsung menilai sekolah selama beberapa hari. “Kalau kita menekankan pada ekstra kurikuler, kita akan selalu kalah.  Sekolah-sekolah di Jawa sangat hebat ekstra kurikulernya. Kita tekankan pada aspek inklusi, yang merupakan bagian MBS, dan juga pembelajarannya,” ujar Warni mengungkapkan strateginya.

Untuk budaya baca, sekolah ini secara aktif menyelenggarakan 15 menit membaca sebelum pembelajaran. Sekolah juga menetapkan jadwal hari wajib kunjungan ke perpustakaan bagi tiap kelas. Sekolah juga mengadakan kerjasama dengan perpusda. Seminggu sekali Perpusda datang ke sekolah dengan mobil pustaka. Sekolah juga memberikan penghargaan kepada siswa yang sering berkunjung dan membaca atau pinjam buku di perpustakaan.

Setelah terpilih Juara Satu Kepsek berprestasi tingkat SD di Kaltim, saat ini Warni Arimbi sedang mempersiapkan diri ikut lomba kepala sekolah berprestasi tingkat nasional. “Semoga terpilih dan sekali lagi mengharumkan nama sekolah,” ujarnya menutup.(rls)

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UMSI

Leave a Reply