Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Rektor Unismuh Ingatkan Muballigh: Dakwah Tak Cukup Ceramah, Harus Berbasis Ilmu dan Akhlak

×

Rektor Unismuh Ingatkan Muballigh: Dakwah Tak Cukup Ceramah, Harus Berbasis Ilmu dan Akhlak

Share this article

KHITTAH.CO, MAKASSAR – Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr. Abd. Rakhim Nanda, menegaskan bahwa dakwah tidak boleh dipahami sebatas aktivitas ceramah atau rutinitas keagamaan musiman. Dakwah, menurutnya, merupakan tugas kerisalahan yang menuntut tanggung jawab intelektual, integritas moral, dan keteladanan nyata di tengah masyarakat.

Hal itu disampaikan Rakhim saat membuka pembekalan Muballigh Hijrah di Balai Sidang Muktamar, Kampus Unismuh Makassar, Jumat, 26 Desember 2025. Dalam forum tersebut, ia tidak hanya menyampaikan sambutan seremonial, tetapi juga memberikan materi penguatan tentang profil dan kepribadian muballigh Muhammadiyah.

Rakhim menilai program Muballigh Hijrah memiliki arti strategis bagi Unismuh. Ia menyebut kegiatan ini “sangat urgen” dengan dampak berlapis, baik bagi mahasiswa, persyarikatan, maupun masyarakat luas. Namun, ia juga mengkritisi tingkat partisipasi yang dinilainya belum sebanding dengan besarnya jumlah mahasiswa Unismuh.

“Kalau jumlah mahasiswa belasan ribu, lalu yang ikut hanya ratusan, itu terlalu kecil. Seharusnya balai sidang ini penuh oleh mahasiswa yang berangkat mendakwahkan Islam,” ujarnya.

Dalam pandangan Rakhim, dakwah kampus tidak semestinya dibatasi pada mahasiswa berlatar belakang keagamaan. Ia menyoroti kecenderungan peserta Muballigh Hijrah yang relatif homogen dan mengingatkan bahwa sejak awal program ini justru dirancang bersifat lintas disiplin. Unismuh, katanya, adalah perguruan tinggi Islam, sehingga tanggung jawab dakwah melekat pada seluruh sivitas akademika, tanpa sekat program studi.

Untuk itu, Rakhim bahkan mengusulkan agar keterlibatan mahasiswa dalam dakwah lapangan diberi pengakuan akademik. Menurutnya, pengabdian satu bulan di masyarakat semestinya dapat dikonversi sebagai beban studi, agar mahasiswa non-keagamaan tidak merasa kehilangan waktu belajar, tetapi justru memperoleh pengalaman pembelajaran sosial yang utuh.

Masuk pada substansi dakwah, Rakhim menegaskan bahwa muballigh Muhammadiyah harus berpijak pada ilmu. Ia mengingatkan larangan Al-Qur’an untuk mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, seraya menekankan bahwa setiap ucapan dai akan dimintai pertanggungjawaban, bukan hanya secara sosial, tetapi juga secara moral dan spiritual.

“Dakwah tidak boleh tiba masa tiba akal. Tidak punya bekal, lalu bicara. Itu berbahaya,” katanya.

Selain berbasis ilmu, dakwah juga harus berwatak keteladanan. Rakhim menekankan pentingnya kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Ia mengingatkan bahwa Allah mencela orang yang mengatakan sesuatu tetapi tidak mengerjakannya, dan karena itu muballigh harus terlebih dahulu membina dirinya sebelum membina orang lain.

Dalam kerangka itu, ia merumuskan profil muballigh Muhammadiyah dengan meneladani kepribadian Rasulullah SAW: jujur (sidik), dapat dipercaya (amanah), cerdas (fatanah), dan konsisten menyampaikan kebenaran (tabligh). Ia juga menegaskan larangan mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, karena satu kesalahan kecil dapat merusak seluruh pesan dakwah.Rakhim juga memberi penekanan khusus pada makna sabar dalam dakwah. Menurutnya, sabar tidak boleh dimaknai pasif atau menyerah, melainkan sikap dinamis yang melahirkan daya tahan, ketangguhan, dan kemampuan menyelesaikan persoalan. Dakwah, katanya, adalah proses panjang yang menuntut ketekunan dan keberanian moral.

Dalam konteks Muhammadiyah, Rakhim memosisikan muballigh sebagai salah satu mata rantai penerus tugas kerisalahan Nabi. Karena itu, ia mengingatkan peserta agar tidak mencari alasan untuk menghindari tugas tabligh. Selama niat diperbaiki dan dakwah dijalankan secara kolektif dan terorganisasi, ia meyakini perlindungan Allah akan menyertai.

Menutup pesannya, Rakhim mengingatkan etika dakwah kolektif: menjaga kekompakan dan tidak mempertontonkan perbedaan secara terbuka di hadapan masyarakat. “Kalau ada kekeliruan, perbaiki dengan cara yang beradab. Jangan saling menjatuhkan,” ujarnya.

Melalui pembekalan ini, Rakhim berharap muballigh Unismuh tidak hanya hadir sebagai penyampai pesan agama, tetapi sebagai figur teladan yang mampu menghadirkan Islam secara mencerahkan, rasional, dan berkemajuan di tengah kehidupan sosial masyarakat.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply