Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiOpini

Republik Muhammadiyah (Bagian 1)

×

Republik Muhammadiyah (Bagian 1)

Share this article

Oleh:  Muhammad Chirzin*

“Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu.”

(K.H. Ahmad Dahlan)

Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar berdasarkan Al-Quran dan Sunah shahihah dengan cita-cita besar mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur –  negeri makmur dalam lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun (QS 34:15). Tanda-tanda negeri demikian itu antara lain enak dilihat, rakyatnya senang dan makmur, dan mereka dapat menikmati karunia Allah swt Yang Maha Penyayang, dan Dia tak akan menghukum kesalahan serta kelemahan manusia yang kecil-kecil.

Dalam usia satu abad plus satu windu Muhammadiyah telah memiliki lebih dari 7500 Sekolah/Madrasah, 175 Perguruan Tinggi, 475 Rumah Sakit, 315 Panti Asuhan, 55 Panti Jompo, 85 Rahabilitasi Cacat, 11.250 Masjid/Mushalla, Baitul Mal wat Tamwil, Koperasi, Minimarket, dan ribuan gedung serta tanah wakaf.

Dari waktu ke waktu Muhammadiyah dipimpin oleh para tokoh pada zamannya. K.H.A. Dahlan, 1912-1922, K.H. Ibrahim, 1923-1933, K.H. Hisyam, 1934-1936, K.H. Mas Mansyur, 1937-1941, Ki Bagus Hadikusumo, 1944-1953, Buya AR. Sutan Mansur, 1956-1959, H.M. Yunus Anis, 1959-1962, K.H. Ahmad Badawi, 1961-1965, K.H. Faqih Usman, 1968-1971, K.H. AR Fachruddin, 1971-1990, K.H. Ahmad Azhar Basyir, 1990-1995, Prof. Dr. H.M. Amien Rais, MA, 1995-1998, Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, 1998-2005, Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, 2005-2015, dan Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si., 2015-sekarang.

Selaku pendiri Muhammadiyah, K.H.A. Dahlan menulis self reminder yang patut kita camkan bersama. “Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya…”

“Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya…”

Khittah perjuangan KHA Dahlan adalah demikian.

“Tidak menduakan Muhammadiyah dengan organisasi lain.”

“Tidak dendam, tidak marah, dan tidak sakit hati jika dicela dan dikritik.”

“Tidak sombong dan tidak berbesar hati jika menerima pujian.”

“Tidak jubria (ujub, kikir, dan riya`).”

“Mengorbankan harta benda, pikiran, dan tenaga dengan ikhlas dan murni.”

“Bersungguh hati terhadap pendirian.”

Spirit perjuangan KHA Dahlan, “Tidak ada kekuatan, daya, dan tenaga, di luar kekuasaan Allah. Tidak takut kepada manusia; hanya takut kepada Allah.”

Adapun pesan-pesan KHA Dahlan yang terhimpun antara lain berikut.

“Mengingat keadaan tubuhku, kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakku semua, sedangkan aku tidak memiliki harta benda yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian.”

“Mengapa engkau begitu bersemangat saat mendirikan rumahmu agar cepat selesai, sedangkan gedung untuk keperluan persyarikatan Muhammadiyah tidak engkau perhatikan dan tidak segera diselesaikan?”

“Aku juga berdoa, berkah dan keridhoan serta limpahan rahmat Ilahi agar Muhammadiyah tetap maju dan bisa memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia sepanjang sejarah dari zaman ke zaman.”

“Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Menjadilah dokter, sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah meester, insinyur, lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”

“Pimpinan Muhammadiyah sebaiknya kyai yang intelektual atau intelektual yang kyai.”

“Memperbaiki urusan yang terlanjur salah dan disalahgunakan atau diselewengkan adalah merupakan kewajiban setiap manusia, terutama kewajiban umat Islam.”

“Aku berharap kepada seluruh umat yang berjiwa Islam akan selalu tetap mencintai junjungan Nabi Muhammad saw dengan mengamalkan segala tuntunan dan perintahnya.”

“Kemunduran umat Islam karena sebagian besar mereka terlalu jauh meninggalkan ajaran Islam, kemerosotan akhlak, sehingga penuh ketakutan seperti kambing, dan tidak lagi memiliki keberanian seperti harimau.”

“Aku terus memperbanyak amal dan berjuang bersama anak-anakmu sekalian untuk menegakkan akhlak dan moral yang sudah bengkok. Kusadari bahwa menegakkan akhlak dan moral serta berbagai persoalan Islam memang merupakan tugas berat dan sulit.”

“Jika kita terus bekerja dengan rajin disertai kesungguhan, kemauan keras, dan kesadaran tugas yang tinggi, maka insyaallah, Tuhan akan memberi jalan, dan pertolongan-Nya akan tiba.”

“Jika engkau meminta izin tidak memenuhi tugas karena alasan tidak mampu, maka beruntunglah engkau! Aku akan mengajarkan kepadamu bagaimana memenuhi tugas tersebut. Tapi, jika engkau meminta izin tidak memenuhi tugas itu hanya karena sekadar enggan, maka tiadalah orang yang bisa mengatasi seseorang yang memang tidak mau memenuhi tugas. Janganlah persoalan rumah tangga dijadikan halangan memenuhi tugas kemasyarakatan!”

“Orang Islam sejati adalah yang tetap berdiri pada tempat yang benar meskipun dunia dalam keadaan kacau.”

Sikap dan pandangan hidup K.H.A. Dahlan tersebut diwarisi oleh murid-muridnya. Hal itu tecermin pada pernyataan beberapa murid setia beliau. Ki Bagus Hadikusumo menyatakan tentang kolot dan modern sebagai berikut. “Saya marah bukan karena nafsu, tetapi karena Allah. Letaknya kolot atau modern adalah dalam cara berpikir dan bertindak; letaknya takwa dan munafik adalah pada teguh atau tidaknya memegang teguh hukum dan pendirian yang benar.”

Di antara kader terbaik Muhammadiyah, Panglima Besar Jenderal Soedirman berpesan,  “Insyaf, percaya, dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara dan bangsa, yang didirikan di atas pengorbanan harta benda dan jiwa raga dari rakyat dan bangsa itu, insyaallah tidak dapat dilenyapkan manusia siapa pun juga. Dalam menghadapi keadaan yang bagaimanapun juga tetap jangan lengah, karena kelengahan dapat menyebabkan kelemahan, kelemahan menyebabkan kekalahan, dan kekalahan berarti penderitaan.”

K.H.R. Hadjid berkata, “Memikul tugas amar makruf nahi mungkar itu selalu menghadapi berbagai tantangan, besar dan kecil, namun tidak mungkin orang akan merasakan manisnya Islam kecuali mereka yang sudah memperjuangkannya lewat amar makruf nahi mungkar. Bila engkau berhati bebek, orang akan memperlakukanmu seperti bebek. Bila engkau berhati harimau, orang akan memandangmu sebagai harimau.”

Bung Karno berpesan,  “Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Kata-kata ini bukan untuk Muhammadiyah saja, tetapi juga untuk saya.”

Menurut Mohammad Hatta, dalam segala hal, kaum inteligensia tidak dapat bersikap pasif, menyerahkan segala-galanya kepada mereka yang kebetulan menduduki jabatan yang memimpin dalam negara dan masyarakat. Kaum inteligensia adalah bagian dari rakyat, warga negara yang sama-sama mempunyai hak dan kewajiban. Dalam Indonesia yang berdemokrasi, ia ikut serta bertanggung jawab tentang perbaikan nasib bangsa. Tanggung jawab seorang akademikus adalah intelektual dan moral! Ini terbawa oleh tabiat ilmu itu sendiri yang wujudnya mencari kebenaran dan membela kebenaran.

Buya Hamka menyampaikan pesan-pesan sebagai berikut. “Di dalam perjuangan hidup kita harus mempunyai tiga pokok (modal): pertama, kekayaan benda. Kedua, kekayaan hati. Ketiga, kekayaan gengsi (prestise) diri. Di dalam perjuangan itu manusia kadang-kadang mendapat untung dan rugi. Kerugian kekayaan benda belumlah berarti kerugian, karena hilang benda boleh dicari gantinya. Tetapi kalau keberanian tak ada lagi, artinya ialah separuh kekayaan telah hilang. Dan kalau gengsi diri yang hilang, artinya semua kekayaan sudah habis.”

“Janganlah takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah mencoba melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.”

“Kerapkali orang tua menyesali pemuda, menuduhnya bekerja terburu-buru dan kurang pikir. Kerapkali orang muda menuduh orang tua lamban, lambat bertindak, dan terlalu banyak berpikir. Alangkah sibuknya dunia kalau pimpinan hanya di tangan yang muda-muda, dan dunia akan membosankan karena lamban geraknya kalau yang memimpin hanya yang tua-tua. Gabungan di antara gelora semangat yang muda dengan renung pikir yang tua itulah yang menimbulkan keseimbangan di dalam perjalanan hidup.”

Sri Sultan Hamengku Buwono IX berpesan, “Muhammadiyah adalah salah satu dari organisasi-organisasi rakyat Indonesia yang hingga sekarang mempunyai usia yang terpanjang, dan kita tahu bahwa Muhammadiyah selalu dapat dikemudikan dengan stabil, dan telah menunjukkan pula kesanggupan, keuletan, dan ketabahannya melaksanakan perjuangan untuk mencapai cita-citanya. Muhammadiyah telah membuktikan dapat lulus dari ujian-ujian zaman.”

Jika ada yang mengatakan Muhammadiyah telah kehilangan kepeloporan, maka katakan bahwa kepeloporan memang sekali saja terjadi dalam sejarah, karena terobosan yang telah diciptakan. Demikian, kata H. Djarnawi Hadikusumo.

H.M. Djindar Tamimi mengatakan, “Pada dasarnya setiap manusia memiliki empat dimensi pergaulan: pergaulan dengan sesama manusia, pergaulan dengan lingkungan hidup, pergaulan dengan diri sendiri, dan pergaulan dengan Allah swt. Landaskan empat dimensi pergaulan itu di atas ajaran Islam, niscaya hasilnya akan memuaskan, baik lahir maupun batin, dan membawa kita ke kehidupan yang istiqamah.”

Menurut Pak AR Fachruddin, pengajian adalah ruhnya Muhammadiyah. Tanpa pengajian Muhammadiyah ibarat jasad yang sudah tak bernyawa. Betapa pun hebatnya seseorang, bila nyawanya sudah tak ada, ia hanya mayat yang tidak lagi mampu memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Ia menjadi tanggung jawab orang lain untuk memandikan, menshalatkan, dan menguburkan.

Dalam sebuah Pengajian Ramadhan seseorang bertanya kepada Pak AR Fachruddin, mengapa manusia banyak yang berbuat dosa, padahal setan-setan dibelenggu selama bulan Ramadhan. Beliau menjawab, “Ya, itulah manusia. Banyak yang lemah iman. Dengan setan dibelenggu saja kalah, apalagi melawan setan lepas-lepasan.”

“Pada zaman sekarang ini banyak orang yang tidak bersedia mengamalkan ajaran agamanya. Melihat kesulitannya saja mereka sudah merasa putus asa dan tidak berani. Inilah yang menjadikan bangsa ini sulit menelurkan pemimpin yang baik dan amanah, sekalipun banyak orang di negeri ini yang memiliki ilmu agama sangat tinggi.”

Pada kesempatan lain Pak AR berpesan, “Yang penting mari kita saling menjaga silaturahmi. Kita tidak perlu saling iri, sombong, mentang-mentang berkuasa,- jadi sok kuasa. Mari kita bersama menjaga nama baik organisasi/golongan kita Islam. Jangan sampai menjelek-jelekkan satu sama lain, saling mengkafirkan, memunafikkan, atau membid’ah-bid’ahkan. Jangan tolak-menolak jika ditunjuk untuk menjadi pemimpin, tetapi jangan berebut menjadi pempimpin.”

H.M. Djazman Al-Kindi mengingatkan agar warga Muhammadiyah tidak cepat berpuas diri atas sebuah prestasi. Cepat puas diri adalah gejala dekadensi.

Menurut Prof. A. Malik Fajar, dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam yang menjanjikan masa depan diperlukan beberapa prasyarat, yakni perencanaan yang terpadu dan menyeluruh serta dukungan dengan evaluasi dan riset. Kita boleh kehilangan apa saja, akan tetapi kalau kita kehilangan cita-cita berarti kita kehilangan semuanya.

Tentang ijtihad, Prof. Asymuni Abdurrahman menulis, bahwa penggunaan kata ijtihad pada masa kini harus dikembalikan pada pengertian bahasa yang cakupannya lebih luas daripada pengertian yang selama berabad-abad berkisar pada masalah hukum dan dilakukan oleh seseorang yang menyandang peredikat mujtahid. Sementara itu, untuk menyiasati persyaratan yang cukup berat bagi mujtahid, maka bisa dilakukan ijtihad kolektif (jama’i) dengan mengumpulkan para ahli dari berbagai displin ilmu pengetahuan dalam menyoroti satu masalah dari berbagai sudut pandang sesuai dengan keahliannya.

K.H. Ahmad Azhar Basyir berpesan, “Ada tiga jenis manusia: manusia jahat, manusia biasa, dan manusia baik. Manusia jahat, sejak bangun tidur sudah berniat dan berbuat jahat. Sementara manusia biasa, tidak ingin berbuat dosa dan kejahatan, namun bila ia kepergok dengan godaan dosa dan kejahatan, ia tidak bisa menghindari. Sedangkan manusia baik, sejak bangun pagi sudah berniat dan berbuat baik, dan jika kepergok dengan godaan dosa dan kejahatan, ia mampu menghindari. Ada beberapa jenis kemarahan, namun kemarahan paling indah adalah kemarahan terhadap kebatilan. Ada beberapa jenis cinta, namun cinta pada kebenaran adalah cinta paling indah.”

Selaku mantan Ketua PP Muhammadiyah, mubaligh dan cendekiawan, Prof. H.M. Amien Rais mengemukakan pokok-pokok pikiran yang terserak tentang Muhammadiyah dan perjuangan dakwah. “Muhammadiyah itu: yen dijiwit dadi kulit, dicethot dadi otot… setan ora doyan, dhemit ora ndulit.” (dicubit malah menjadi kulit, dibetot malah menjadi otot… setan tidak bakal dosan, jin tidak akan menyentuh). Artinya, insan Muhammadiyah adalah pribadi-pribadi yang selalu bekerja dengan ikhlas, tahan banting, dan insyaallah tahan kritik, cemooh manusia, serta tahan godaan setan.

“Hidup adalah ibadah sekaligus jihad, dan mengorbankan harta/uang adalah yang paling berat dalam kehidupan. Allah memantau semua usaha keras kita, bahkan bersedia menjadi mitra kerja kita, bila kita bersungguh-sungguh. Jika kita terus-menerus mencari jalan keluar atas setiap masalah, maka Allah akan memberi jalan keluarnya. Ini sebuah sunatullah.”

“Kita selalu berbuat dan bekerja lillahi ta’ala – untuk Allah Yang Maha Tinggi. Maka seluruh usaha dan pekerjaan kita harus bernilai tinggi, sukses, berdimensi rasional dan modern, gagah dan canggih, kompetitif dan menjanjikan kemanangan. Setiap mukmin harus mempunyai etos kerja yang selalu menghargai waktu dan disiplin. Jangan puas menjadi yang terbaik di antara yang buruk, bagaikan orang bermata satu menjadi raja di kalangan orang buta.”

“Hitung di saat malammu, sudah berapa jumlah kebaikan produktif dan manfaat untuk sesama yang telah engkau lakukan di siang hari. If we do our part, God will do His part.”

Prof. H. Ahmad Syafii Maarif menulis, “Rendah hati adalah refleksi dari iman. Jika memang peradaban yang berwajah adil dan ramah yang dirindukan benar-benar telah dihadapkan kepada jalan buntu, maka iman kita mengatakan, bahwa langit pasti tidak akan tinggal diam untuk membela pilar-pilar keadilan dan kebenaran dengan cara dan mekanismenya sendiri. Save our soul, save our nation – selamatkan jiwa kami, selamatkan bangsa kami.”

“Saya justru berharap Angkatan Muda Muhammadiyah berani tampil nakal, tentu saja kenakalan yang sembadha, dengan dukungan integritas moral dan intelektual. Sebab, kenakalan justru menuntut kritikan dan kreativitas. Bukan generasi muda yang hanya mengekor dan berlindung di bawah payung kebesaran pendahulunya.”

* Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sumber ilustrasi:  LintasBatas.co

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply