Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Resepsi Milad ke-108 ‘Aisyiyah Sulsel, Tegaskan Peran Strategis Gerakan Perempuan Berkemajuan

×

Resepsi Milad ke-108 ‘Aisyiyah Sulsel, Tegaskan Peran Strategis Gerakan Perempuan Berkemajuan

Share this article

KHITTAH.CO, Makassar — Gerakan ‘Aisyiyah menegaskan peran strategis perempuan dalam membangun ketahanan pangan sebagai bagian dari dakwah sosial dan transformasi masyarakat. Dalam Resepsi Milad ke-108 ‘Aisyiyah tingkat Wilayah Sulawesi Selatan yang digelar di Gedung Serbaguna ‘Aisyiyah, Jl Jend M Yusuf Makassar, Rabu, 29 Mei 2025, Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sulsel, Dr. Mahmudah, M.Hum., menegaskan bahwa isu pangan bukan sekadar soal teknis, melainkan ladang perjuangan ideologis perempuan Muslim.

“Dengan usia 108 tahun, ‘Aisyiyah hadir bukan sekadar eksistensi formal, tetapi sebagai gerakan yang menyatu dengan denyut kehidupan masyarakat,” ujarnya di hadapan peserta dari 24 kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan.

Mahmudah menyoroti bahwa ketahanan pangan harus dipahami dalam kerangka dakwah kemanusiaan semesta. Ia menyinggung posisi Indonesia yang masih tertinggal dalam indeks ketahanan pangan global dan tingginya angka sampah makanan, sebagai panggilan moral bagi peran perempuan dalam pendidikan keluarga dan pengelolaan pangan rumah tangga.

Dari Keluarga Sakinah Menuju Qaryah Thayyibah

Dengan mengusung tema “Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Desa Qaryah Thayyibah Menuju Ketahanan Nasional”, Milad ke-108 menjadi ajang peneguhan arah gerakan ‘Aisyiyah. Menurut Mahmudah, Desa Qaryah Thayyibah bukanlah konsep utopis, melainkan bentuk praksis nilai-nilai Islam yang menyeimbangkan hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.

“Ketahanan pangan menjadi bentuk konkret aktualisasi iman. Kampung Qaryah Thayyibah adalah tempat di mana nilai agama hadir dalam akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah,” katanya.

Konsep ini, lanjut Mahmudah, berpijak dari keluarga yang religius, damai, dan produktif. “Dari keluarga sakinah lahirlah masyarakat berkeadaban. Maka membangun bangsa dimulai dari membangun dapur dan pekarangan rumah,” ujarnya.

Lumbung Hidup dan Koperasi: Dakwah dari Akar Rumput

Sebagai bentuk konkret dakwah sosial, ‘Aisyiyah telah mengembangkan program Lumbung Hidup, gerakan yang mengintegrasikan pertanian rumah tangga, pendidikan, dan ekonomi keluarga. Gerakan ini, menurut Mahmudah, lahir dari kesadaran kolektif, bukan dari intervensi proyek pemerintah.

“Di pekarangan rumah, ibu-ibu menanam sayur, merawat ayam, dan memupuk harapan. Ini bukan sekadar ketahanan pangan, tapi juga pendidikan dan pemberdayaan,” ucapnya.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya penguatan koperasi ‘Aisyiyah, yang kini telah menjangkau lebih dari 475 unit di seluruh Indonesia. “Koperasi kita bukan hanya untuk mencari untung, tapi membangun ekonomi berbasis nilai dan maslahat,” tuturnya.

Perempuan, Islam, dan Tugas Peradaban

Dalam pidatonya, Mahmudah juga mengangkat pentingnya pencerahan ideologis bagi perempuan. Ia mengutip Surah An-Nahl ayat 97 untuk menegaskan kesetaraan peran laki-laki dan perempuan dalam mengukir peradaban Islam.

“Risalah Perempuan Berkemajuan mengajak kita untuk tidak sekadar berada di belakang. Kita berjalan sejajar, membangun bangsa bersama,” tandasnya.

Ia menutup pidato dengan seruan kepada seluruh kader ‘Aisyiyah agar terus memperkuat sinergi lintas sektor demi membangun masyarakat yang adil dan mandiri. “Kalau kita tidak mampu memberi makan keluarga sendiri, bagaimana bisa bicara tentang kedaulatan bangsa?” ujarnya.

Acara resepsi turut dihadiri oleh pimpinan Wilayah dan Daerah ‘Aisyiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Wakil Wali Kota Makassar, serta tokoh perguruan tinggi dan organisasi perempuan. Resepsi Milad ke-108 ini menjadi refleksi perjalanan panjang ‘Aisyiyah sebagai pelopor gerakan perempuan dalam pembangunan sosial berbasis nilai Islam.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply