KHITTAH.CO, Makassar — Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Prof Dr H Ambo Asse, membuka secara resmi Daurah Tahfidz dan Bahasa Arab Angkatan III yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) PWM Sulsel. Pembukaan berlangsung di Masjid Subulussalam Al-Khoory, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sabtu, 5 Juli 2025.
Pada pelaksanaan kali ini, santri putri untuk pertama kalinya diikutsertakan dalam program daurah. Jumlahnya bahkan melampaui peserta laki-laki. Dari total 112 peserta, sebanyak 57 berasal dari kalangan santri putri dan 55 dari santri putra. Seluruh peserta berasal dari sebelas pesantren Muhammadiyah yang tersebar di berbagai wilayah Sulawesi Selatan.
Program daurah ini sebelumnya hanya diikuti oleh santri putra. Keterlibatan santri putri dalam angkatan ketiga menandai perluasan jangkauan dan meningkatnya partisipasi pesantren Muhammadiyah terhadap program kaderisasi penghafal Al-Qur’an yang diinisiasi LP2M PWM Sulsel.
“Ini adalah kemajuan yang patut disyukuri. Dari empat pesantren pada angkatan pertama, kini bertambah menjadi sebelas. Jumlah peserta pun meningkat secara signifikan. Ini menunjukkan program ini mendapat kepercayaan yang semakin luas,” ujar Prof Ambo dalam amanah pembukaannya.
Selama dua bulan, seluruh peserta akan menjalani pembinaan dalam format karantina. Santri putra ditempatkan di Pondok Pesantren Babul Ilmi Malino, sedangkan santri putri menjalani program di Ma’had Al-Bir Unismuh Makassar. Peserta tidak diperkenankan membawa telepon seluler atau menerima kunjungan selama program berlangsung.
Prof Ambo menyampaikan bahwa karantina ini dirancang untuk menciptakan suasana yang tenang, teratur, dan mendukung proses penghafalan secara maksimal. Ia juga menekankan bahwa para santri tidak hanya sedang menghafal teks, melainkan sedang berperan sebagai penjaga kemurnian wahyu Allah.
“Allah berfirman dalam Al-Hijr ayat 9, bahwa Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan Dia pula yang menjaganya. Maka kalian, para penghafal, menjadi bagian dari penjagaan itu,” ucapnya.
Dalam amanah tersebut, Prof Ambo juga meluruskan kekeliruan umum yang masih ditemukan di masyarakat, termasuk di kalangan mahasiswa dan pengajar, mengenai jumlah ayat Al-Qur’an. Ia menegaskan bahwa jumlah ayat yang benar adalah 6.236, bukan 6.666 seperti yang sering disebut.
“Pengetahuan dasar seperti ini penting. Kita harus menghitung sendiri, tidak sekadar mengutip tanpa kajian,” katanya.
Prof Ambo juga menyoroti pentingnya pemahaman terhadap sunnah Nabi Muhammad SAW dalam pelaksanaan ibadah. Ia mengingatkan bahwa banyak praktik ibadah seperti jumlah rakaat salat berasal dari penjelasan Nabi, bukan dari teks Al-Qur’an semata. Oleh karena itu, menolak sunnah akan membuat umat kehilangan pedoman dalam menjalankan ajaran Islam secara utuh.
Dalam kaitan pengembangan kelembagaan, Prof Ambo menginformasikan bahwa PWM Sulsel telah menerima hibah berupa bangunan ruko dua lantai di Jalan Abdullah Daeng Sirua. Ruko tersebut akan dimanfaatkan sebagai rumah tahfidz. Selain itu, tersedia lahan wakaf seluas hampir 500 meter persegi yang direncanakan akan dibangun masjid dan pusat kegiatan keislaman lainnya.
“Wakaf adalah amal jariyah. Orang yang menyerahkan hartanya di jalan Allah berarti telah mengirimkan pahala ke akhirat,” tuturnya.
Ia mengajak seluruh peserta untuk menjaga niat, berkomitmen, dan bersungguh-sungguh selama mengikuti program. Ia berharap minimal 106 dari 112 peserta dapat menyelesaikan program dengan baik. Pada angkatan sebelumnya, dari 53 peserta, sebanyak 50 berhasil menyelesaikan program secara penuh.
“Kalian membawa nama baik pondok pesantren masing-masing. Jaga semangat, kedisiplinan, dan akhlak. Jangan buat malu almamater kalian,” ujarnya.
Peserta daurah tahun ini datang dari berbagai daerah, antara lain dari Cece, Masamba, Ahlushuffah, Tolada, Ummul Mukminin, MBS Palopo, dan Darul Arqam Gombara. Beberapa peserta diantar langsung oleh ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah setempat, menunjukkan dukungan struktural terhadap kaderisasi tahfizhul Qur’an.
Sementara itu, Ketua LP2M PWM Sulsel, Lukman Abd. Shamad, mengajak seluruh peserta Daurah Tahfidz dan Bahasa Arab Angkatan ke-3 untuk menjadikan momentum 10 Muharam atau Asyura sebagai semangat dalam menempuh program pembinaan tersebut.
“Anak-anak harus fokus. Buang jauh-jauh pikiran lain. Harus punya tekad yang kuat,” tegasnya di hadapan peserta daurah yang mayoritas merupakan pelajar tingkat menengah.
Lukman juga mengimbau para orangtua untuk memberikan dukungan penuh kepada putra-putri mereka selama mengikuti program. Menurutnya, faktor gangguan dari luar, termasuk komunikasi melalui telepon, menjadi salah satu penyebab rendahnya capaian peserta pada angkatan sebelumnya.
“Kami berharap tidak ada intervensi atau gangguan dari luar, karena itu bisa menghambat konsentrasi anak-anak. Angkatan kedua banyak yang gagal karena terlalu sering terganggu,” ujarnya.
Dalam program daurah sebelumnya, sejumlah peserta mampu menyetor hafalan hingga lima lembar per hari. Capaian itu dinilai sebagai indikator kecerdasan sekaligus semangat yang tinggi dari para peserta.
“Lima lembar per hari itu luar biasa. Itu yang tercepat. Kita berharap pada angkatan ketiga ini ada yang mampu menembus satu juz hanya dalam waktu kurang dari satu bulan,” kata Lukman.
Ia juga menambahkan, peserta putri diharapkan menunjukkan performa yang lebih tinggi. “Kalau peserta putra bisa lima lembar, peserta putri harus bisa tujuh lembar per hari,” tambahnya.
Daurah Tahfidz dan Bahasa Arab merupakan program unggulan LP2M PWM Sulsel yang dirancang untuk mencetak generasi penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya mumpuni secara hafalan, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual dan integritas kepribadian. Melalui program ini, Muhammadiyah Sulsel berharap dapat memperkuat tradisi pesantren sekaligus menyiapkan generasi Islam yang berkemajuan.