Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
AUM PendidikanBerita

Santri Ummul Mukminin Kunjungi PUSDAM, Studi Tur Internalisasi Ideologi Sambil Rekreasi

×

Santri Ummul Mukminin Kunjungi PUSDAM, Studi Tur Internalisasi Ideologi Sambil Rekreasi

Share this article
Wakil Kepala MA Ummul Mukminin, Andi Syuhada memberikan cenderamata kepada Zulfikar Hafid, didampingi Wakil Direktur III Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin ‘Aisyiyah Wilayah Sulawesi Selatan, Atifah Noor dan Wakil Kepala Bidang Kurikulum MA Ummul Mukminin, Rienda

KHITTAH.CO, Makassar- Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin ‘Aisyiyah Wilayah Sulawesi Selatan menggelar studi tur, pada Jumat, 11 November 2022.

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah (Pusdam) Sulsel, di Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10 Nomor 38 Makassar.

Kunjungan ini diikuti oleh 90-an siswa kelas X Madrasah Aliyah (MA) Ummul Mukminin dan diterima oleh Kepala Sekretariat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Ahmad Akhwan Siagian.

Dalam sambutannya, Akhwan menghaturkan terima kasih karena kesediaan siswa-siswa ini untuk melihat langsung gedung kebanggan warga Muhammadiyah Sulsel ini.

“Ini merupakan sekretariat, tempat berkantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, majelis/lembaga sebagai pembantu pimpinan, dan organisasi otonom tingkat wilayah, semua berkantor di sini,” ungkap Akhwan.

Akhwan mengungkapkan, saat ini, PUSDAM masih dalam tahap finalisasi atas renovasi yang dilakukan sejak 2021. Renovasi tersebut berupa penambahan sejumlah ruangan baru.

“Insya Allah, dalam waktu dekat, renovasi tersebut akan segera rampung, sebagaimana arahan dari Ketua PWM Sulawesi Selatan, Prof Ambo Asse, PUSDAM harus rampung sebelum Muktamar ke 48,” ungkap Akhwan.

Sementara itu, Wakil Direktur III Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin ‘Aisyiyah Wilayah Sulawesi Selatan, Atifah Noor mengungkapkan, studi tur ini dihelat sebagai upaya untuk memperkenalkan Persyarikatan Muhammadiyah secara riil kepada para santri.

“Dengan langsung datang seperti ini, mereka bisa melihat betapa besar Persyarikatan Muhammadiyah ini. Gedung sekretariatnya saja, alhamdulillah, besar dan indah,” ujar dia.

Karena itulah, pihaknya juga mengajak para siswa ini untuk mengunjungi langsung amal usaha Muhammadiyah.

“Supaya mereka menyaksikan sendiri betapa luar biasanya gerakan ini. Yang terpenting, mereka memahami bahwa amal usaha itu untuk dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan digerakkan dengan spirit ta’awun warga Muhammadiyah yang berinfak dan bersedekah dan pelaksanaannya tidak melupakan spirit al maun ajaran Kiai Dahlan,” ujar Atifah.

Wakil Kepala MA Ummul Mukminin, Andi Syuhada mengatakan, studi tur ini juga dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual bagi para santri.

Selain itu, studi tur ini juga dihelat sebagai ajang untuk menyegarkan pemikiran dan kondisi psikologis para santri. Syuhada mengatakan, studi tur ini memang dihelat setiap tahun.

“Dengan keluar dari pondok beramai-ramai seperti ini kan mereka bisa belajar sambil bermain di luar, tidak bosan di pondok terus, walau kita sudah biasa belajar di luar kelas. Tapi, di luar pondok, kan memang ada momentumnya, seperti sekarang ini,” ungkap Syuhada.

Sementara itu, salah seorang santri, Iis Nurjannah mengaku bersyukur atas pelaksanaan studi tur dan kunjungan ke PUSDAM ini. Ia mengatakan, ini dijadikan sebagai ajang bagi siswa untuk belajar sambil bersenang-senang.

“Ini juga dijadikan teman-teman yang kebanyakan dari luar daerah Makassar sebagai ajang rekreasi, jalan-jalan melihat Kota Makassar. Setelah ini, kami akan ke Unismuh Makassar, Center Point of Indonesia, dan Permandian Je’ne Tallasa,” kata Iis.

Dengan pelaksanaan studi rutin seperti ini, ditambah dengan program pengembangan lainnya, tidak mengherankan Madrasah Aliyah Ummu Mukminin ini meraih akreditasi Unggul dengan nilai 96 dan menjadi sekolah unggulan di Sulawesi Selatan ini.

Santri Tanyakan Sejarah dan Dana Pembangunan PUSDAM

Santri MA Ummul Mukminin, Zaskia Maharani Ishak

Keingintahuan santri Pondok Pesantren Putri Ummul Mukminin ‘Aisyiah sangat besar. Saat mengunjungi PUSDAM, santri bernama Zaskia Maharani Ishak menanyakan terkait sejarah Muhammadiyah di Sulawesi Selatan dan PUSDAM.

Pertanyaan tersebut dijawab oleh Wakil Sekretaris Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PWM Sulsel, Zulfikar Hafid.

Salah satu tim penulis buku Sejarah Muhammadiyah Sulsel ini mengungkapkan sejarah Muhammadiyah Sulsel sejak masa Mansyur Al-Yamani pertama kali pada 1923 hingga berdirinya Muhammadiyah Group Makassar dan Muhammadiyah Consoul Celebes Selatan pada 1930–1957.

Hingga akhirnya, Consoul ini berubah menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sulselra, dan berubah lagi menjadi Wilayah Sulawesi Selatan Tenggara, sampai tahun 1985, berubah nama menjadi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan.

Terkait gedung PUSDAM, santri bernama Zaskia ini menanyakan alasan bentuknya yang berbentuk rumah gadang dan sumber pendanaan pembangunannya.

Atas pertanyaan tersebut, Zulfikar menjawab, gedung ini dibangun dengan arsitektur rumah gadang sebagai bentuk penghargaan kepada ulama-ulama Minang yang membawa Islam ke Sulawesi Selatan.

“Pewakaf tanah ini, yakni Allahuyarham H Mustamin Dg Matutu, S.H. memang meminta bahwa tanah yang ia wakafkan jika dibanguni gedung, harus bermodel rumah gadang. Ini sebagai wujud penghargaan kepada ulama-ulama Minang yang membawa Islam ke Sulawesi ini,” ujar dia.

Sementara itu, terkait sumber pendanaan, lanjut Zulfikar, bangunan ini menggunakan dana yang merupakan sumbangan dari para warga dan simpatisan Muhammadiyah.

“Ciri Muhammadiyah salah satunya adalah gerakan ta’awun dan al-birr, saling menolong dalam kebaikan, memasifkan infak dan sedekah untuk hal-hal baik,” kata dia.

Ia mengisahkan bahwa pernah ada salah satu pengusaha yang menyampaikan niat untuk membantu 100% pembiayaan pembangunan PUSDAM ini.

Namun, keinginan itu ditolak oleh PWM Sulsel yang saat itu dipimpin oleh Allahuyarham KH Djamaluddin Amien.

Hal ini karena KH Djamaluddin menginginkan semangat berinfak dan bergotong royong warga Muhammadiyah terus massif.

“Selain itu, ini supaya Muhammadiyah Sulawesi Selatan tidak terikat dengan siapa pun pihak luar, sehingga Persyarikatan bisa bebas aktif dalam melaksanakan gerakannya,” tutup Zulfikar.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply