Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Sekolah Muhammadiyah Bisa Unggul, Asal?

×

Sekolah Muhammadiyah Bisa Unggul, Asal?

Share this article
Para pembicara dalam forum Pencerahan Revolusi Mental Sekolah Unggul Berkemajuan (sumber foto: zh).

KHITTAH.CO, MAKASSAR– Ketua Majelis Dikdasmen PNF PWM Sulsel, Erwin Akib mengatakan, pihaknya siap menjalankan perintah Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir untuk melaporkan pada H-1 Muktamar ke 49 pada 2027 mendatang bahwa sudah ada 3700 sekolah unggulan Muhammadiyah.

“PR kami di Sulsel, ada 168 sekolah yang harus unggul. Kami berusaha lari kencang untuk mewujudkan ini. Karena, alhamdulillah, di Majelis DIKDASMEN-PNF ini, kami 70% diisi oleh anak muda, tapi kami tentu pake rem juga supaya tidak terjungkir,” kata dia.

Erwin mengaku, itu adalah pekerjaan rumah yang amat berat. Meski demikian, pihaknya optimis untuk berupaya maksimal mewujudkan itu.

“Hitungannya sederhana, 1 kabupaten-kota, ada 7 sekolah unggulan untuk setiap satuan pendidikan. Ini PR kita bersama. Karena itu, ini harus jadi komitmen bersama, antara PWM, Majelis, PDM, dan sekolah, termasuk PCM,” tegas dia.

Dekan FKIP Unismuh Makassar itu juga menegaskan, sebagai pemimpin, pihaknya memang harus punya mimpi. Namun, ia memastikan mimpi itu tidak sekadar fantasi, tapi disertai dengan aksi untuk memberi bukti.

Erwin menyampaikan itu saat Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen-PNF) Pimpin Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan menggelar forum Pencerahan Revolusi Mental Sekolah Unggul Berkemajuan.

Agenda yang dihelat pada Senin, 7 Agustus 2023 di Lantai 2 Balai Sidang Muktamar Kampus Unismuh Makassar itu dirangkaikan dengan pencanangan koperasi siswa dan penanaman 10000 pohon sekolah/ Madrasah Muhammadiyah se-Sulsel.

Sulawesi Selatan menjadi provinsi kedua setelah Jawa Tengah sebagai provinsi pencanangan program koperasi siswa.

Sementara itu, Wakil Ketua PWM Sulsel, Pantja Nurwahidin mengingatkan teologi al-Ashr yang juga menjadi salah satu nafas penggerak Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah dan amal usahanya termasuk orang beruntung karena melakukan amal salih, seperti mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun, Pantja menegaskan itu semua bergantung niatan ikhlas lillaahi taala. Ia juga menekankan, amal salih melalui AUM itu harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi profesionalitas.

“Namanya amal usaha, segala sesuatu yang kita lakukan semua didasari keimanan, tapi tidak bisa juga dilepaskan dari sistem profesional. Tidak bisa berkembang amal usaha kita kalau tidak dikembangkan dengan sistem profesional,” tegas dia.

Forum itu menjadi ajang mencurahkan hati para guru dan kepala sekolah Muhammadiyah. Para guru dan kepala sekolah yang mengajukan pertanyaan kepada Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK RI Didik Suhardi, menyampaikan masalah di sekolah mereka.

Menanggapi keluh para guru, Didik Suhardi yang juga Ketua Majelis DIKDASMEN-PNF Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengingatkan filosofi amal usaha Muhammadiyah (AUM). Pengelola AUM, kata dia harus selalu senantiasa beramal dan mengedepankan profesionalitas berusaha.

Ia membeberkan, salah satu sekolah Muhammadiyah yang kini dikenal besar dan unggul di Pulau Jawa, juga pernah merasakan kesah dan kesulitan yang dikeluhkan para tenaga pengelola pendidikan di Sulsel.

Ia menekankan kembali materi yang ia paparkan sebelumnya, bahwa penggiatan koperasi bisa menjadi solusi bagi sekolah mereka.”Misalnya siswa sebulan Rp1000 atau Rp2000 saja. Masa sih gak bisa?” kata dia.

Didik memberi contoh, sekolah Muhammadiyah di Pulau Jawa yang menerapkan prinsip koperasi, yakni gotong royong. MBS Prambanan Sleman, ungkap dia, berkembang dengan prinsip gotong royong. Akhirnya, kata dia, kini sekolah itu telah memiliki 3100 siswa dan lahan seluas 18,5 hektar.

“Saya tahu persis karena saya ikut membidani. MBS itu dimulai dari tidak memiliki apa-apa, tahun 2008. Puasa Senin-Kamisnya luar biasa. Tanahnya aja patungan. Ada yang kasih semeter, sepuluh meter. Keinginan pengurusnya yang kuat mencari bantuan. Sekarang, bagaimana? Dalam waktu yang tidak cukup 20 tahun,” gugah Didik.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply