KHITTAH.co, Jakarta- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menerima kunjungan Dewan Pimpinan Pusat Ahlul Bait Indonesia (ABI), Selasa, 7 Juni 2022, di PP Menteng, Jakarta.
Kunjungan PP Muhammadiyah ini diterima oleh Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Syafiq Mughni dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti.
Sementara itu, rombongan DPP Ahlulbait Indonesia (ABI) dipimpin oleh Ketua Umum Habib Zahir bin Yahya dan Wakil Ketua Umum Ahmad Hidayat.
Ketum DPP ABI mengungkapkan, pihaknya belajar pada Persyarikatan Muhammadiyah terkait pelayanan bidang sosial dan pendidikan.
Ia menegaskan, organisasinya ini berdiri di atas prinsip kebangsaan, ukhuwah, toleransi, dan perdamaian. Kami juga ingin menjadi organisasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas, komunitas, dan umat manusia,” kata Habib Zahir.
Habib Zahir mengajak Muhammadiyah untuk dapat meretas kesalahpahaman dan memperkuat ukhuwah. Pihaknya juga menyampaikan sejumlah kendala yang dihadapi organisasinya terkait inisiatif ukhuwah yang telah mereka usahakan.
Hal ini, kata Habib Zahir, kata stigma publik yang terlanjur amat kuat terhadap mereka.
Menanggapi hal tersebut, Ketua PP Muhammadiyah Prof Syafiq Mughni mengatakan, silaturahim memang diperlukan.
Karena itu, menurut Prof Syafiq, silaturahmi seperti ini penting dilakukan untuk mengurai kesalahpahaman di antara berbagai komunitas iman.
Tidak hanya itu, sifat lapang dada terhadap perbedaan dan keterbukaan dari semua pihak.
“Kita anggap perbedaan itu sebagai sesuatu yang wajar, yang penting adalah bagaimana menyikapinya secara dewasa,” kata dia.
Lebih lanjut, Prof Syafiq menegaskan upaya saling mengenal juga dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahpahaman. “Dengan saling mengenal dan memahami itulah, kemudian kita saling mencintai,” kata Prof Syafiq.
Dalam konteks iman, kata Syafiq, Muhammadiyah juga memiliki pengalaman sebagai kelompok minoritas.
Karena itu, terhadap perbedaan yang ada, Muhammadiyah memiliki pendekatan yang rasional dibandingkan dengan emosional.
“Kita punya problem yang sama. Yang penting komunikasi tidak boleh terputus, walaupun perbedaan-perbedaan itu sering mewarnai dakwah kita, tapi Insyaallah, Muhammadiyah lebih demokratis dan rasional,” ungkap Prof Syafiq.
Ia melanjutkan, dalam menghadapi segala masalah tersebut, Muhammadiyah bersikap dewasa dan tetap tidak mengkompromikan apa yang telah menjadi akidah sampai terjadinya sinkretisme.
Menyambung Syafiq, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menegaskan pentingnya relasi multikultural dan kedewasaan dalam menghadapi perbedaan yang ada.
“Kita bisa jadi komunitas karena saling memahami dan saling menerima. Kita ini sebetulnya bisa memilah mana yang prinsip yang jadi keyakinan kita dan pada hal tertentu mana yang muamalah,” kata Prof Mu’ti.
Ia melanjutkan, dengan sikap itu, seharusnya kita tidak mewarisi konflik dari generasi terdahulum, sehingga kita dapat mulai membangun paradigma baru. “Dalam konteks relasi multikultural itulah yang sejatinya dibutuhkan,” pungkas Prof Mu’ti.
Dalam pertemuan tersebut, hadir pula perwakilan Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah dan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.
Dari pighak ABI, turut hadir Anggota Dewan Syura Muhsin Labib, Sekjen Sayyid Ali Ridha, Wakil Bendahara Umum Fatah Masinai, dan Ketua Bidang Humas dan Penerangan Dede Azwar.
(Rls/ Fikar)